
DN Aidit, Agama dan Pancasila
Kredit ilustrasi: Alit Ambara (Nobodycorp) SOSOK Aidit selalu populer setiap peristiwa Gestok/65 digulirkan dalam pertarungan wacana. Di tingkat akar rumput, banyak yang menilai dan
Kredit ilustrasi: Alit Ambara (Nobodycorp) SOSOK Aidit selalu populer setiap peristiwa Gestok/65 digulirkan dalam pertarungan wacana. Di tingkat akar rumput, banyak yang menilai dan
Prancis tengah bergejolak. Pemicunya adalah kebijakan penaikan usia pensiun. Namun itu hanya permukaan. Orang-orang memang muak dengan pemerintah yang berbuat sesukanya. Tatanan mulai retak.
Informalisasi ekonomi dan deindustrialisasi meluas yang dialami Indonesia menghasilkan generasi anak muda yang bekerja serabutan dan tidak memiliki kepastian kerja
Bagaimana gerakan sosialis Cile mampu bangkit dari kekalahan dan akhirnya berkuasa?
Sejarah seluruh masyarakat merupakan sejarah perjuangan kelas, kata Marx. Kalau kemerdekaan Indonesia?
Mungkin tidak ada kata yang sepopuler istilah ‘critical’/’kritis’ dalam ilmu sosial dan humaniora dewasa ini. Selain ‘seksi’, istilah ini sering dipakai untuk memberikan nuansa ‘kebaruan’, ‘tidak ikut arus utama’ maupun ‘anti-tradisi.’ Mirip dengan penggunaan istilah-istilah lain—walau berbeda makna—seperti ‘interdisipliner’, ‘transdisipliner’ dll, kata ini menjadi paspor agar sebuah analisis dianggap ‘berkualitas’. Namun, seringkali kata ini kehilangan makna dan digunakan tidak lebih dari sekedar bungkusan belaka. Terutama di bawah payung postmodernisme, istilah ‘kritis’ ditelanjangi dari akar sejarahnya dan digunakan untuk semangat dekonstruksi tanpa rekonstruksi.
MENYUSUL pelaporan publik akun Twitter @shandyanggar melalui linimasanya akan indikasi penjiplakan (plagiarisme) yang dilakukan oleh Eva Novi Karina, dalam tulisannya yang diterbitkan Harian IndoPROGRESS dengan
Kami mengundang para pembaca budiman untuk berpartisipasi di rangkaian acara Workshop Perencanaan dan Transisi Sosialisme dalam Tradisi Marxis lewat tiga konteks: kapitalisme negara ala NEP Uni Soviet/Lenin, “Sosialisme berkarakter Cina” ala PKC/RRC/Xi Jinping, dan Debat Kalkulasi Sosialis.
Bagi kebanyakan orang mungkin judul artikel ini terdengar remeh temeh. Saya tidak menyalahkan pandangan demikian. Banyak orang merasa mampu mendengarkan musik, tentu dengan asumsi bahwa pendengaran mereka berada di tingkat yang cukup mampu untuk dapat mendengarnya. Properti fisik dan mental mereka mendukung untuk mendengar musik. Bahkan sebagian individu mendaku bahwa musik sudah sejiwa dengan hidup mereka, sehingga judul artikel ini bak lelucon baginya. Pertama-tama saya harus memperjelas apa yang tidak hendak dikatakan artikel ini. Artikel ini bukan mengenai apa itu esensi musik atau kategori ontologis sehingga sesuatu bisa dikatakan sebagai musik. Artikel ini juga tidak membahas estetika. Oleh karenanya, saya mohon maaf jika ketidakpuasan akan muncul pada pembaca yang berharap menemukan kategori estetis.
“…lemahnya supremasi sipil disebabkan oleh lemahnya pemerintahan sipil itu sendiri dan munculnya kesadaran dalam kubu militer mengenai kekuatan ekonomi-politik mereka di konteks Indonesia, yang diikuti dengan upaya untuk mempertahankan kekuatan dan privilese tersebut.”
Penentuan indikator kunci peringkat-peringkat demokrasi melibatkan pengambilan keputusan yang subjektif dan merefleksikan penilaian dari mereka yang berkuasa.
Menggulingkan imperialis Inggris serta melenyapkan sisa-sisa feodal adalah dua tuntutan objektif yang harus diselesaikan oleh revolusi demokrasi baru ala Malaya
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.