Neoliberalisme Bukan Sekadar Uang Kuliah Mahal dan Pelitnya Negara Memberi Subsidi
Percakapan soal neoliberalisasi pendidikan tinggi perlu ditinjau ulang dan diperdalam. Sejauh ini diskusinya baru terbatas pada persoalan biaya.
HomeHarian Indoprogress
Percakapan soal neoliberalisasi pendidikan tinggi perlu ditinjau ulang dan diperdalam. Sejauh ini diskusinya baru terbatas pada persoalan biaya.
Pengakuan bahwa 17 Agustus 1945 adalah hari kelahiran Republik Indonesia yang sebenarnya telah menyebabkan masalah pelik di Belanda. Pengakuannya juga ternyata cuma setengah hati.
Artikel ini memberikan kita cerita sekaligus petunjuk bagaimana proses persatuan diupayakan oleh elemen sosialis. Kita di Indonesia, yang masih mempercayai jalan sosialisme, perlu secara saksama mempelajari dinamika sejarah gerakan sosialis sebagaimana yang disampaikan oleh artikel ini.
Eksploitasi satwa liar untuk memenuhi kebutuhan pasar sudah terjadi sejak dulu kala. Buku dari Budi Gustaman memberikan gambarannya.
Buruh-buruh Cina di Indonesia juga menghadapi situasi sulit. Sama pula seperti buruh lokal, mereka pun melawan. Itu semua penting kita ketahui dan bahas agar terhindar dari prasangka rasis.
Memikirkan kembali perjalanan studi doktoral selama satu tahun membuat saya semakin menyadari banyak hal. Bahwa pekerja kampus sama seperti pekerja lain; betapa pentingnya kerja perawatan; pembangunan tak merata; dan mendesaknya iklim akademik yang sehat
Melimpahnya tenaga kerja yang tidak dibarengi dengan lapangan kerja menyebabkan kecenderungan tenaga kerja untuk ikut di dalam organisasi vigilante. Dalam konteks politik, mereka menjadi “penggerak” di jalanan.
Kita boleh menengok Prancis sebagai model negara kesejahteraan, tapi pelajaran terpenting justru dari Tiongkok: kegagalan membangun sistem perlindungan sosial akan mendorong kegelisahan sosial yang sulit dibendung
Oligark dengan kepentingan ekonominya menjadi latar utama menguatnya rezim legalisme otokrasi dan sistem hukum represif di Indonesia
Slogan “local pride” sekadar slogan konsumsi. Slogan ini dipakai untuk mencintai Indonesia secara salah kaprah, yaitu dengan mengonsumsi produk dalam negeri tanpa melihat orang-orang yang bekerja di dalamnya.
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.