
“Perang Rakyat” di Balik Penanganan COVID-19 di Tiongkok
Penanganan COVID-19 di Tiongkok berbeda bukan karena budayanya, tapi karena warisan revolusi
Homeartikel
Penanganan COVID-19 di Tiongkok berbeda bukan karena budayanya, tapi karena warisan revolusi
Baik yang bertahan maupun pindah, semuanya merasakan dampak dari energi kotor dan tidak dibiarkan menjalani hidup yang aman dan nyaman
Sembari melawan di dalam negeri, orang-orang Maori juga melihat ke sekitar, menemukan orang Papua sebagai subyek jajahan, dan karena itu menjulurkan lengan solidaritas.
Bagaimana gerakan kelas pekerja harus menyikapi lumpenproletariat?
Keliru jika kerusakan alam sepenuhnya dialamatkan kepada manusia secara umum ketika kapitalisme adalah biang keroknya.
Mengganti kapitalisme dengan mutual aid berskala besar membutuhkan waktu dan perjuangan luar biasa. Bukan berarti tidak bisa dilakukan sekarang.
Bagaimana gerakan sosialis Cile mampu bangkit dari kekalahan dan akhirnya berkuasa?
Ketimbang mendorong solidaritas terhadap buruh-buruh informal, narasi kaum populis justru kerap meromantisasi kesuksesan para majikan “wirausahawan” kecil.
Fakta bahwa banyak dari orang-orang yang dituduh komunis ini menyerahkan diri dan tidak melawan bukanlah bukti bahwa mereka lemah atau naif.
Uang juga merupakan teknologi. Ia mulanya hanya eksis sebagai komoditas penyetara universal pertukaran komoditas.
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.