
Kemenangan Idul Fitri: Antara Yang Hakiki dan Yang Ilusi
BEBERAPA hari lagi kaum muslim akan merayakan hari raya Idul Fitri. Hari yang dinanti-nanti oleh jutaan muslim sedunia setelah menjalankan puasa selama sebulan penuh di
BEBERAPA hari lagi kaum muslim akan merayakan hari raya Idul Fitri. Hari yang dinanti-nanti oleh jutaan muslim sedunia setelah menjalankan puasa selama sebulan penuh di
Selama masih ada bentuk masyarakat dengan penindasan satu kelas atas kelas lain yang dilanggengkan melalui eksploitasi, maka marxisme akan tetap selalu relevan entah bagaimanapun tampilannya.
Reformasi Pendidikan Tinggi (Higher Education Reform) menjadi isu yang sangat krusial di Indonesia pasca-1998. Jika ditarik pada level global, isu ini juga menjadi isu yang berkembang di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara lainnya (Mok, 2010), serta Afrika (Mamdani, 2007). Wacana yang ditawarkan oleh Bank Dunia dan WTO ini menjadi rujukan banyak negara untuk melakukan perubahan-perubahan aturan tentang pendidikan tinggi di negara mereka, yang pada intinya melakukan pelepasan tanggung jawab negara terhadap pendidikan dan menyerahkannya pada mekanisme pasar.
Konsekuensi dari pelepasan tanggung jawab negara ini adalah pembebanan tanggung jawab masyarakat dalam membiayai pendidikan. Dalam konteks pembebanan tanggung jawab kepada mahasiswa, UU Pendidikan Tinggi berpotensi menutup akses mereka yang tidak mampu untuk masuk ke perguruan tinggi. Padahal, akses terhadap pendidikan adalah amanah konstitusi (Pasal 31 UUD 1945). Selain berpotensi menutup akses, UU ini juga akan menjadikan biaya kuliah tidak terjangkau oleh masyarakat yang miskin dan bodoh, sehingga pendidikan tidak dapat membebaskan mereka dari kemiskinan sebagaimana diamanahkan pembukaan UUD 1945.
Warisan gerakan komunis 100 tahun silam: membentuk budaya perlawanan, membangun gerakan rakyat demokratis, menjalin solidaritas dengan sesama kelas buruh di berbagai belahan dunia.
“Kerja 20 tahun di sini cuma bisa dapat pesangon yang habis dalam tiga bulan. Kayak begini adil? Kan enggak.”
Kemenangan Prabowo menandakan keberlanjutan demokrasi illiberal. Tetapi, kita tidak boleh terjebak oleh kepanikan moral. Yang kita butuhkan adalah analisis yang lebih bernuansa mengenai trajektori politik sekarang dan yang akan datang. Ancaman bagi demokrasi di bawah kekuasaan Prabowo merupakan gejala bagi persoalan yang lebih besar, yaitu kuasa oligarki di negara-negara Selatan.
“Persoalan pajak adalah soal keadilan yang fundamental bagi sebuah masyarakat. Oleh karenanya tidak akan pernah ada cara mudah untuk mengatasi kerumitannya. Political will saja tidak akan pernah memadai untuk keperluan ini. Dibutuhkan pula political capabilities dan economic savvy untuk melihat persoalan pajak.”
“Kesempatan mengenyam pembelajaran di rumah sebagai imbas pandemi yang mula-mula saya pikir akan membuat jenuh ternyata membawa segelintir hikmah. Di luar rutinitas menyelesaikan pekerjaan sekolah, kelebihan waktu luang dapat digunakan untuk merefleksikan apa yang saya dapatkan di pendidikan dasar dan menengah selama hampir 12 tahun terakhir dan apa pengaruhnya untuk kepribadian saya.”
Perdana Putri, kuliah sastra Rusia UI tingkat akhir, bekerja di Remotivi. Anggota SEMAR UI & Komune Rakapare. Judul buku : Fortunes of Feminism: From
Bentuk utopia ala Marx dan Engels bergantung pada dinamika perjuangan terhadap kondisi sejarah yang ada. Mereka menjadikan utopia sebagai sebuah kemungkinan historis yang terbuka dan bukan sebagai imajinasi yang statis.
Tidak ada kelas pekerja dalam wacana geopolitik yang bercorak nasionalis dan militeris. Oleh karena itu ia mesti diartikan secara produktif.
Deru debu di Kawasi memang sudah memberi nafkah bagi ribuan orang, tapi ratusan di belakangnya harus rela bernapas tersengal-sengal.
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.