
Pemimpin Kuat
BEBERAPA waktu lalu, wartawan senior Michael Vatikiotis di harian The New York Times (2/21/2014) menulis tentang kondisi demokrasi di Indonesia yang dianggapnya sangat rapuh. Kerapuhan
HomeHarian Indoprogress

BEBERAPA waktu lalu, wartawan senior Michael Vatikiotis di harian The New York Times (2/21/2014) menulis tentang kondisi demokrasi di Indonesia yang dianggapnya sangat rapuh. Kerapuhan

PERTAMA, kami hendak meminta maaf terlebih dahulu atas keterlambatan kami dalam merancang dan meluncurkan gerakan ini. Semestinya, gerakan ini lahir lebih cepat. Sayangnya, kami hidup

‘MENGAPA manusia menghancurkan buku?’ Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang selalu hadir dalam setiap zaman, dalam setiap konteks sosial historis yang pernah ada, semenjak manusia mengenal cara merekam pengetahuan yang dimilikinya dalam media tertentu. Kini pertanyaan ini kembali mengemuka ketika beberapa waktu lalu terjadi peristiwa yang merupakan repetisi dari segala jaman yang merasa terganggu dengan lahirnya pengetahuan tertentu: pelarangan mendiskusikan buku tentang Tan Malaka oleh sekelompok ormas yang mengatasnamakan Pancasila dan Islam. Meskipun pelarangan mendiskusikan buku tersebut tidak diikuti dengan penghancuran buku dimaksud, tetapi pada akhirnya peristiwa tersebut adalah suatu contoh bagaimana buku menjadi arena kontestasi antara arus utama dan the others, antara kelas yang berkuasa dan kelas yang dikuasai, antara keperluan untuk melanggengkan hegemoni dan upaya untuk menggugat status quo.

TAHUN 2005, antara bulan Mei-Juli, saya berkunjung ke rumah Pramoedya Ananta Toer. Sekedar mencari tahu cerita yang pernah diceritakan oleh Mohamad Charis (Kakek dari pihak

SEJAK permulaan abad ke-21, perekonomian Asia Pasifik ditandai oleh dua fenomena besar. Pertama adalah booming tambang di Australia yang ditandai dengan investasi besar-besaran di bidang

SEJAK dirilisnya film Jagal (The Act of Killing), Peristiwa G30S untuk pertama kalinya menjadi perhatian serius masyarakat internasional. Sebelumnya, peristiwa genosida dan barbarik itu di

Pengantar DALAM beberapa tahun terakhir ini dunia sedang bergolak. Gelombang protes massa yang menuntut demokrasi langsung dan mengritik kesenjangan ekonomi-politik yang bersifat struktural merebak, mulai

Pesta pemilu 2014 sudah tiba. Kita saksikan, para calon legislatif dan calon presiden, serta partai politik sudah jauh-jauh hari sebelumnya berkampanye, menyosialisasikan program-programnya. Program-program itu

Tawaran Menyinergiskan Teori dan Praktik Gerakan Pengantar DI AKHIR pemerintahan otoriter Soeharto, gerakan rakyat mulai tumbuh dengan subur meskipun dihadapkan pada tindakan represi yang sadis.

MAX Lane meramalkan bahwa, seperti pada pemilu 2009 lalu, pemilu legislatif 2014 juga kembali akan dimenangkan Golongan Putih. Ini memang bukan ramalan yang mengejutkan. Tetapi akan tetap mengherankan jika kita melihat beberapa kemungkinan statistik bahwa, meskipun kemenangan golput kali ini akan jauh lebih mutlak, namun fakta itu tetap tidak akan mengubah keadaan. Kemenangan golput tetap bukan sebuah kemenangan politik. Itu karena golongan ini masih akan merupakan ‘passive-abstentious-voters,’ pemilih pasif yang tak-hadir, atau yang keberadaannya tak punya signifikansi politik. Demokrasi kita masih akan tetap dikendalikan partai-partai elitis.
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.