
Impunitas dan Kegilaan Sepanjang Dua Jam
Kredit ilustrasi: Alit Ambara (Nobodycorp) KEGILAAN sepanjang dua jam itu menonjok kita lewat segala media: narasi dramatis di surat kabar komplit dengan gambar
HomeLilik Hs
Kredit ilustrasi: Alit Ambara (Nobodycorp) KEGILAAN sepanjang dua jam itu menonjok kita lewat segala media: narasi dramatis di surat kabar komplit dengan gambar
Gambar diambil dari The New York Times SORE 8 September 2016 kemarin adalah aksi Kamisan ke-458, dengan tema dua belas tahun Munir dibunuh. Seperti kamis-kamis
TEPAT sepekan lalu, 3 April 2016, sebuah kisah sedih datang dari sebuah desa di Karawang, Jawa Barat. Seorang biduan dangdut bernama panggung Irma Bule –
Surabaya, Desember 1996 DENGAN toga pengacara yang tampak kedodoran, tubuh kecil dengan rambut merah itu melangkah ringan memasuki ruang persidangan Pengadilan Negeri Surabaya. Melewati kami
Adakah duka lebih duka yang kita punya kawan meninggal dan darahnya kental di pipi tapi kenangan kesayangan punya tempat dalam hati BARIS-barus di atas penggalan
KAPANKAH terakhir kali kaurasakan ini, dadamu kuyup dibekap haru manakala berdiri di tengah-tengah lautan manusia, menyanyikan Indonesia Raya, lalu bersama-sama mengangkat kedua jari membentuk victory?
Anakku BEBERAPA hari lalu kubaca kabar di koran, seorang wartawan senior, disebut-sebut sebagai wartawan investigasi terhandal, gigih membela sang jendral yang tangannya berdarah-darah. Si penyuka
Kehidupan perempuan yang sanggup berdiri tegak menjulang di antara barisan para raksasa pemikir sosial demokratik yang didominasi laki-laki itu harus berakhir tragis. Setahun setelah revolusi Bolshevik yang dengan gemilang meledak di Rusia, rezim fasis Hitler menamatkan riwayatnya. Tengah malam, di bulan Januari 1919, setelah menjalani perburuan panjang, beserta Wilhelm Pieck dan Karl Liebknecht, — kawan-kawannya– ia ditangkap tentara Jerman. Dalam perjalanan ke penjara, mereka disiksa habis-habisan. Batok kepala Luxemburg dihantam dengan popor senjata, remuk. Belum selesai di situ, kepala perempuan yang sarat pikiran-pikiran radikal ini dihujani berpuluh-puluh peluru.
JUMAT, 1 Maret 2013. Patung dan Rumah Sejarah Jendral Soeharto diresmikan di desa Kemusuk, Bantul, Yogyakarta, tanah kelahirannya. Dengan senyum lebar, putri sulungnya, Tutut Soeharto, membuka selubung patung berbaju militer setinggi 3,5 meter. Para tetamu, di antaranya menteri – menteri zaman Orde Baru, bertepuk tangan penuh haru.
Probosutedjo, adik tiri Soeharto pidato berapi-api, tentang tujuan dibangun rumah itu, ‘Agar generasi pelanjut sejarah tidak kehilangan jejak Pak Harto dan selalu mengenang tanda-tanda kepemimpinannya!’ Tak lupa Probosutedjo menyertakan sanjung puji bahwa Soeharto pemimpin sederhana, tegas dan berjiwa besar.
RAKYAT jelata membuat sejarah. Tidak percaya? Mari palingkan wajah sejenak ke dunia seberang. Hari itu, 1 Januari 2001. Usai hingar-bingar pergantian tahun baru, dunia sontak menoleh ke Chiapas, provinsi termiskin di Meksiko. Tiga ribu petani angkat senjata. Mereka merangsek ke kota, memprotes pemerintah Meksiko yang bersekutu dengan Amerika Serikat dan Kanada meneken perjanjian kawasan perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA). Akibat liberalisasi perdagangan itu, petani miskin – kebanyakan masyarakat adat Indian – dipaksa bersaing dengan pemodal raksasa dari negara-negara besar.
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.