1. Beranda
  2. /
  3. Harian Indoprogress
  4. /
  5. Liputan Khusus
  6. /
  7. Page 4

Liputan Khusus

Lingkaran Setan Penindasan Tak Berujung

Kebencian terhadap Perempuan di Kalangan Trans Laki-Laki   “CEWEK tuh kalo udah mabok, pasti mau diajak ngewe!” kata seorang trans laki-laki, “Gue mah nggak ngincer.

Bulan Madu dan Masa Lalu Dua Bangsa

Kredit foto: Fransiskus Pascaries   Perjalanan melihat ulang pendudukan Indonesia terhadap Timor Leste selama tiga dekade.   MOBIL Timor Travel, yang membawa kami dari Kupang,

Perempuan paska Wasior Berdarah

Kekuatan di balik kepungan konsesi dan stigma Malam itu kunang-kunang tak berpendar riuh di pepohonan angin laut bawa kabar buruk pada manusia-manusia daratan di penghujung

Kenangan Punne

Militerisme, gerakan mahasiswa dan kehancuran Partai Komunis Thailand.   MALAM itu, 13 Oktober 2013, Universitas Thammasat menggelar opera Cina di aulanya. Para pemain berbicara dalam

Musim Penyiksaan

SEHARI sebelum ia meninggal, teman sekampusnya yang berumur lebih muda menjenguk dan melihat kondisinya yang mengenaskan. Perutnya membesar akibat luka dalam membengkak, kepala, tangan, dan kaki terlihat kecil. Ia tidur telentang di atas tikar dengan kaki terlipat, seakan-akan kita melihat bentuk tubuhnya serupa katak.

Pendidikan, Perempuan, Politik, Pinang, dan Bahasa Indonesia di Papua

BAGI warga desa terpencil di Kabupaten Nabire, Papua dan Wondama, Papua Barat, jadi pintar dan bekerja layak adalah bagian dari mimpi. Tak semua orang berhasil walau kesempatan terbentang. Warga membicarakan mimpi ini sambil mengunyah sirih dan pinang; sebagai bentuk ikatan mereka dari masa lampau.

Sejumlah perempuan, dengan mulut bergerak kiri kanan mengunyah pinang, dan bayi menggelendot di gendongannya melihat sulit menuju kehidupan cerah bila pasangan mereka bergaya barbar; mabuk, memukuli. Perempuan menyebutnya, laki-laki ringan tangan. Sebuah istilah yang tak beda dengan mulba..mulut ba air–berbicara tanpa bukti– yang ditujukan bagi politikus. Satu perempuan sedikitnya memiliki pengalaman minimal dipukuli 3 kali dalam hidup, baik oleh orangtua maupun oleh pasangannya. Lainnya, sebagian warga Papua, memiliki pengalaman lebih dari dua kali memilih pemimpin politik yang mulba.

Menemui Filep Karma

FILEP JACOB SEMUEL KARMA tak pernah bisa melupakan peristiwa 14 tahun silam pada suatu pagi di bulan Juli, di tempat kelahirannya sendiri, Biak, Papua. Bersama ratusan demonstran lainnya, dia mulai dikepung dan ditembaki aparat keamanan gabungan di sebuah tempat Tower Air, tak jauh dari pelabuhan kota tersebut.

Mereka telah bertahan selama empat hari untuk mengibarkan bendera Bintang Kejora, lambang kemerdekaan bangsa Papua, di menara tersebut. Kejadian 6 Juli 1998 itu kelak dikenal dengan peristiwa Biak Berdarah.

Filep sendiri ditendang kepalanya lebih dari sepuluh kali. Kedua kakinya ditembak peluru karet. Kepalanya dipopor dengan gagang senjata hingga pingsan sampai sadar kembali. Filep diseret, sebelum diangkut ke mobil truk bersama demonstran lainnya.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.