Penyingkiran Kaum Miskin Kota dan Hak Atas Kota
HARI-HARI setelah Idul Fitri/lebaran seharusnya menjadi momen dimana warga Jakarta kembali ke kehidupan seperti biasanya: bekerja membanting tulang dalam kesemrawutan ibu kota demi melanjutkan hidup.
HomeArtikel
HARI-HARI setelah Idul Fitri/lebaran seharusnya menjadi momen dimana warga Jakarta kembali ke kehidupan seperti biasanya: bekerja membanting tulang dalam kesemrawutan ibu kota demi melanjutkan hidup.
Fathimah Fildzah Izzati, anggota redaksi Left Book Review (LBR) IndoPROGRESS Judul: Kekerasan Budaya pasca 1965 : Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film
Rio Apinino, anggota redaksi Left Book Review IndoPROGRESS dan Sekjen Serikat Mahasiswa Progresif UI (SEMAR UI) Judul: Rebuilding the Left Penulis: Marta Harnecker Penerbit:
Judul buku: Ilmu Sosial dan Kekuasaan di Indonesia Penulis: Vedi Hadiz dan Daniel Dakhidae (editor) Penerbit: PT. Equinox Publishing Indonesia Tahun: 2006 Jumlah halaman: 308
PADA pemilu 2014 ini, dengung bahaya fasisme dan militerisme – kedua istilah ini sering dipertukarkan, digunakan berbarengan, atau disandingkan dengan frase-frase menakutkan lainnya (fasisme-religius, semisalnya)
Judul buku: What the Market does to People: Privatization, Globalization, and Poverty Penulis: David Macarov Kota terbit, penerbit: London, Zed Books Tahun terbit : 2003 Tebal
Di luar pernah hujan. Sekarang tidak lagi. Hujan hanya turun pada Astri dan, karena ia semakin jarang pergi keluar, hujan hanya turun di dalam rumahnya.
Judul Buku: Labor Rights in High Tech Electronics : Case Studies of Workers’ Struggles in Samsung Electronics and Its Asian Suppliers Penulis : Fahmi Panimbang,
‘MENGAPA manusia menghancurkan buku?’ Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang selalu hadir dalam setiap zaman, dalam setiap konteks sosial historis yang pernah ada, semenjak manusia mengenal cara merekam pengetahuan yang dimilikinya dalam media tertentu. Kini pertanyaan ini kembali mengemuka ketika beberapa waktu lalu terjadi peristiwa yang merupakan repetisi dari segala jaman yang merasa terganggu dengan lahirnya pengetahuan tertentu: pelarangan mendiskusikan buku tentang Tan Malaka oleh sekelompok ormas yang mengatasnamakan Pancasila dan Islam. Meskipun pelarangan mendiskusikan buku tersebut tidak diikuti dengan penghancuran buku dimaksud, tetapi pada akhirnya peristiwa tersebut adalah suatu contoh bagaimana buku menjadi arena kontestasi antara arus utama dan the others, antara kelas yang berkuasa dan kelas yang dikuasai, antara keperluan untuk melanggengkan hegemoni dan upaya untuk menggugat status quo.
POGROM ’65 bukan hanya sekedar menghancurkan gerakan massa yang kuat, lebih dari itu adalah dihancurkannya karakter kebangsaan yang penuh dengan harga diri. Suatu karakter kebangsaan
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.