Demokrasi Terpimpin Sukarno Bukan Rezim Bonapartis Sayap Kiri
4 Desember 2024
Tidak ada alasan yang cukup untuk menyatakan bahwa Demokrasi Terpimpin Sukarno adalah rezim bonapartis. Lantas, apa corak pemerintahannya kala itu?
Coen Husain Pontoh
- Beranda
- /
Coen Husain Pontoh
Prabowo dan Kediktatoran Kapital
3 Mei 2024
Pemerintahan Prabowo akan semakin otoriter ketimbang Jokowi karena tekanan struktural dari logika akumulasi kapital.
Politik Identitas ≠ Politisasi Identitas
16 November 2022
Artikel ini hendak menjelaskan secara singkat apa itu politik identitas dan menunjukkan perbedaannya dengan politisasi identitas
Kapitalisme, Kelas Kapitalis dan Krisis Ekologi
11 Februari 2022
Keliru jika kerusakan alam sepenuhnya dialamatkan kepada manusia secara umum ketika kapitalisme adalah biang keroknya.
Asal-Usul Antroposen dan Efeknya terhadap Hubungan Manusia dan Alam
12 Januari 2022
Tanpa serius mempertimbangkan perbedaan di antara berbagai corak produksi, upaya mengharmoniskan manusia dengan alam hanya akan menjadi isu moral
Dua Pendekatan Penyelesaian Krisis Ekologi
6 Desember 2021
Melalui pendekatan ekologi radikal, krisis lingkungan tidak dilihat terpisah dari krisis sistem ekonomi dan sosial itu sendiri.
Ekspresi Politik Kelas Menengah Sebagai Sebuah Kelas
24 September 2021
Ekspresi politik kelas menengah muncul dalam dua bentuk: reformis dan reaksioner dan bertendensi fasis
COVID-19 dan Bangkrutnya Proyek Individu Neoliberal
7 September 2021
Apa yang dilupakan dari glorifikasi kesuksesan individu-individu terpinggirkan seperti ini adalah kompleks kemiskinan dan kekerasan struktural yang melingkupi masyarakat secara luas.
Covid-19, Fatalisme Intelektual, dan Krisis Ilmu Sosial di Indonesia
5 Agustus 2021
“Studi-studi yang dilakukan oleh para ahli ekologi menunjukkan bahwa penyebab utama dari pandemi Covid-19 ini adalah hancurnya ekosistem ekologis akibat agresi besar-besaran dari kapital.”
Menginvestigasi Kelas Menengah: Tanggapan untuk Abdil Mughis Mudhoffir
16 Juni 2021
“Tanggapan saya tidak bertujuan untuk membantah kesimpulan Mughis terkait ekspresi politik dari kelas menengah, alih-alih mengajak pembaca untuk masuk lebih dalam ke pertanyaan, “mengapa kelas menengah reformis melahirkan ekspresi politik seperti itu?”