
Keretakan Metabolis di Piyungan: Lika-liku Darurat Sampah di Yogyakarta
Yogyakarta darurat sampah, dan yang menanggungnya —ekonomi hingga kesehatan— adalah warga di lapisan terbawah.
Yogyakarta darurat sampah, dan yang menanggungnya —ekonomi hingga kesehatan— adalah warga di lapisan terbawah.
Dalam konteks investasi dan libido pembangunan infrastruktur yang menggusur warga, rezim kerap menggunakan kata ‘relokasi’ atau ‘menggeser’, atau menggunakan ‘untuk kepentingan umum’ yang sebenarnya berarti ‘untuk kepentingan orang-orang kaya dan korporasi.’ Bahkan frasa ini jadi judul salah satu undang-undang, yaitu UU Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Eufimisme bahasa juga dipakai setelah menggusur. Tahun lalu, Jokowi mengklaim warga yang digusur akan mendapat ‘ganti untung’ dan meminta media berhenti menggunakan ‘ganti rugi’.
Masyarakat Kabupaten Dairi, Sumatra Utara, berjibaku mempertahankan ruang hidup dari perusahaan tambang timbal dan seng
TULISAN ini adalah telaah awal terhadap kondisi para marbot, pekerjaan yang selama ini diromantisasi sebagai bentuk “pengabdian” dan minim dipandang dari sisi kesejahteraan
Kredit foto: Wikipedia …..bahwa revolusi tanpa land reform adalah sama saja dengan gedung tanpa alas, sama saja dengan pohon tanpa batang, sama saja dengan
Marxist Art, Mexico City | by nunavut. Kredit foto: Flickr BEBERAPA bulan lalu, terjadi sebuah obrolan antara saya dan seorang kawan yang bergelut di
“Pasca pandemi, ada tiga tantangan besar yang menanti,”
Bagaimana rasanya bekerja di pabrik beras premium? Dikontrak harian, jangka waktu pendek, upah murah, lalu ketika hendak memperjuangkan nasib lewat serikat malah diberangus.
Bunga rampai ini layak dibaca mereka yang ingin menyelam lebih jauh tentang seluk-beluk seorang intelektual hebat yang pernah dilahirkan oleh Indonesia: George Junus Aditjondro.
Salah satu isu penting yang kerap menjadi sumber ketegangan di kalangan akademisi dan aktivis gerakan sosial adalah kelas dan identitas. Bagaimana semestinya kedua hal itu dilihat?
GOENAWAN MOHAMAD, dalam jawabannya atas kritik saya, tidak hanya mengelak dari mempersoalkan inti kritik saya, tetapi juga tak henti-hentinya mempertontonkan kontradiksi-dirinya. Saya akan mulai dari
ADA seribu satu argumen menolak fasisme. Namun apa yang sering mencuat adalah argumen berbasis pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dalam kerangka argumen ini, fasisme keliru karena
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.