1. Beranda
  2. /
  3. Left Book Review
  4. /
  5. Page 12

Left Book Review

Perjuangan Upah dan Kapitalisme

Judul: Value, Price and Profit Sumber: Wage-Labour and Capital & Value, Price and Profit Penulis: Karl Marx Penerbit: International Publishers, New York, 1976 Tebal: 62

Edisi XV/2013

TERTANGGAL 28 sampai 30 Oktober 2013 ini, Gerakan Buruh Indonesia kembali akan melakukan mogok kerja nasional. Mogok kerja nasional ini merupakan bagian dari tuntutan rakyat pekerja Indonesia kepada Negara, untuk segera merealisasikan kenaikan upah minimum secara nasional sebesar 50 persen dan UMP DKI Jakarta sebesar Rp. 3,7 juta/bulan. Dalam koordinasi aliansi Konsolidasi Nasional Gerakan Buruh (KNGB), mogok nasional kali ini bisa dikatakan cukup istimewa, mengingat hal ini merupakan bagian dari upaya mengatasi batas-batas lama keserikatan yang selama ini menghambat realisasi persatuan kelas pekerja Indonesia. Fragmentasi kepentingan jangka pendek organisasi kelas pekerja yang diciptakan oleh relasi kompetisi kapitalisme, adalah sesuatu yang nyata bagi kelas pekerja Indonesia itu sendiri. Belum lagi artikulasi ideologis dari relasi kompetitif ini telah menyebabkan banyak elemen dalam kelas pekerja Indonesia mengidentifikasi dirinya bukan sebagai kelas pekerja, namun sebagai kelas sosial baru yang memiliki perbedaan diametral dengan identitas kelas pekerja Indonesia.

Housework Bukan Kodrat Perempuan! Bring Back to Commons!

KENANGAN apa yang kita ingat tentang ibu kita sewaktu kita masih kecil? Yang segera muncul adalah kenangan tentang ibu saya yang selalu memasak sepulang ia mengajar di sekolah, atau mencuci pakaian semua anggota keluarga, mencuci piring-piring kotor, dan menyiapkan baju kerja ayah saya. Lalu, kenangan apa yang kita ingat tentang ayah kita sewaktu masih kecil? Saya selalu teringat ayah saya yang mengomentari makanan buatan ibu saya, meminta ibu saya membuatkan kopi, dan menanyakan lokasi dasi miliknya di dalam lemari. Kenangan semacam itu tentang sosok seorang ibu dan ayah mungkin bukan hanya kenangan milik saya, mungkin juga kenangan anda, dan yang pasti, kenangan Silvia Federici, yang menulis buku yang sangat bagus mengenai posisi perempuan dalam housework dalam hubungannya dengan kapitalisme: Revolution at Point Zero: Housework, Reproduction, and Feminist Struggle.

Gerwani dan Perjuangan Politik Perempuan

BOLA mata para jendral dicungkil dari tempatnya, sekujur tubuhnya dikuliti dan kemaluan mereka dipotong. Mayat yang tak lagi utuh tersebut dikumpulkan dalam satu sumur mati di wilayah Lubang Buaya, Jakarta. Di atas sumur mati tersebut para wanita sundal menari ‘Tari harum Bunga’ dengan bugil merayakan kemenangan. Tarian setan tersebut diiringi lagu Gendjer Gendjer yang bernuansa mistis. Maka, lengkap sudah segala kegerian dimalam jahaman 1 Oktober 1965 tersebut.

Edisi XIV/2013

DINI HARI, 1 Oktober 1965. Menteri Panglima Angkatan Darat (AD) Letjen Ahmad Yani dan lima orang jenderal yang menjadi staf umumnya, diculik oleh kelompok yang menamakan dirinya Gerakan 30 September (G30S). Gerakan ini menyatakan bahwa tujuan aksi mereka adalah mengamankan Presiden Soekarno dan mencegah kup kontra-revolusioner yang akan dilakukan oleh kelompok yang dinamakan Dewan Jenderal. Umur gerakan ini tidak panjang. Di Jakarta, G30S langsung dipukul mundur pada petang harinya oleh pasukan komando Mayor Jenderal Soeharto, yang mengambil alih komando AD setelah Ahmad Yani terbunuh. Hari berikutnya, 2 Oktober 1965, semua pasukan G30S sudah ditangkap atau melarikan diri. Sementara di Jawa Tengah, G30S hanya bertahan sampai 3 Oktober 1965.

LIBERTARIAN BERSAUDARA: Resensi Buku Anarchy, State, and Utopia dan The Philosopher and His Poor

APA JADINYA bila seorang libertarian-kiri dihadapkan dengan libertarian-kanan? Apakah keduanya akan berdebat secara brutal, atau malah saling memuji satu sama lain? Resensi komparatif ini berangkat dari rasa penasaran itu. Kita akan mengkaji isi pemikiran Robert Nozick dalam karya seminalnya, Anarchy, State, and Utopia (selanjutnya disingkat ASU) dalam perbandingannya dengan pemikiran Jacques Rancière dalam The Philosopher and His Poor (selanjutnya disingkat PHP). Nozick adalah seorang libertarian-kanan yang melegitimasi secara filosofis argumen-argumen Ludwig von Mises, Friedrich Hayek, Murray Rothbard dan kawan-kawannya. Sementara Rancière adalah seorang mantan Althusserian yang berpaling ke anarkisme keperancis-perancisan. Kita akan lihat sejauh mana keduanya berbeda (dalam kata) dan sejauh mana keduanya bersaudara (dalam roh).

Mengenal Karl Marx Sebagai Antropolog

Buku ini secara keseluruhan memberikan keterangan-keterangan yang cukup terperi ihwal apa saja pemikiran, teori, konsep, dan pendekatan Marx terhadap persoalan-persoalan inti di dalam disiplin antropologi. Bagi saya sendiri, buku ini lebih merupakan sebuah biografi. Bedanya dengan biografi-biografi Marx lainnya, di dalam buku ini Marx berdiri sebagai antropolog. Sebagai biografi intelektual, buku ini memang mesti diperlakukan sebagai pengantar. Di dalamnya pembaca akan mendapati kutipan-kutipan langsung atas apa yang dikatakan Marx berkenaan dengan berbagai persoalan teoritis yang juga digeluti antropolog. Seringkali kutipan itu panjangnya sepertiga halaman buku. Bagi pembaca yang sudah lebih dahulu akrab dengan karya-karya Marx, tampak model penulisan buku ini buang-buang ruang. Tetapi buat pelajar pemula, cara ini dapat menolong kita untuk menengok langsung ke dalam kata-kata Marx sendiri perihal apa yang hendak dijelaskannya.

Probabilitas Teori Nilai Kerja

Buku Farjoun dan Machover ini secara umum berupaya mengatasi ketidakpuasan yang muncul dalam menjawab apa yang disebut sebagai ‘problem transformasi’ dalam tradisi ekonomi politik Marxian. Problem transformasi, secara sederhana, berkaitan dengan perdebatan untuk memahami hubungan antara nilai kerja dengan harga pasar yang dipahami secara sama (equal). Dalam kapitalisme, ekspresi paling nyata dari keuntungan dapat dilihat dalam bentuk harga. Semakin besar harga yang diapropriasi oleh kapitalis bisa dipastikan bahwa kapitalis tengah meraup keuntungan besar. Namun, pada sisi produksi, ekspresi atas besaran produksi komoditas, menurut Marx, pada mulanya hanya dapat dilihat pada satuan nilai kerja. Dalam celah konseptual inilah perdebatan problem transfomasi mengemuka.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.