“Mabuk Nara” di Jakarta, Perjuangan di Papua Seperti Biasa
MASYARAKAT Indonesia mabuk lagi. Kali ini “mabuk Nara Rakhmatia Masista.” Nara ibarat minuman lokal (milo) berkadar alkohol tinggi yang sementara obati sakit jiwa masyarakat Indonesia
HomeEditorial
MASYARAKAT Indonesia mabuk lagi. Kali ini “mabuk Nara Rakhmatia Masista.” Nara ibarat minuman lokal (milo) berkadar alkohol tinggi yang sementara obati sakit jiwa masyarakat Indonesia
MENDEKATI satu tahun implementasi ASEAN Economic Comunity (AEC) yang diprediksi akan menciptakan 1,9 juta lapangan kerja baru pada tahap awal pelaksanaannya di Indonesia, negara ini
REFORMASI 1998 telah membawa gugatan untuk dipenuhinya keadilan bagi korban peristiwa 1965 atas semua kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan pemerintah Orde Baru selama berkuasa. Oleh
KALAU kita membaca sejarah perkembangan ekonomi, maka ia tidak pertama-tama berlangsung secara aman dan damai. Sejarah pembangunan ekonomi (ekspansi, eksploitasi, dan akumulasi), selalu diawali dengan
PADA hari perayaan kemerdekaan tahun ini, di sebuah pojok dinding dekat perempatan jalan sekitar pinggiran selatan perbatasan Jakarta, terpajang sebuah spanduk coretan pylox bertuliskan “Tak
PERTENGAHAN Juli lalu, melalui berbagai media, pemerintah Indonesia mengabarkan pada rakyat di negerinya bahwa Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat (ULMWP) ditolak menjadi anggota Melanesian Spearhead
BAGAIMANA memahami sepak terjang para jenderal penentang simposium 65, yang kemudian bikin gaduh dan bekerjasama dengan para ormas preman untuk menjalankan histeria anti-komunis? Dan mengapa
BERAKHIRNYA Perang Dingin telah menciptakan ketidakpastian di Kawasan Asia Pasifik yang mempengaruhi pola hubungan antarnegara. Pola hubungan ini terutama erat hubungannya dengan isu keamanan dan
INDONESIA adalah satu dari tiga Negara yang berada tepat di Selat Malaka. Bahkan 80 persen alur lalu lintas kapal di selat ini berada di wilayah
DALAM memandang genosida 1965, kita secara sederhana bisa menggunakan dua perspektif. Pertama, perspektif hak asasi manusia (HAM); dan kedua melihatnya dari perspektif ekonomi politik (ekopol).
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.