Illustrasi: Illustruth
Semak Berapi
Bangun pagi mau ke gereja
Lupa ada virus Corona
Laptop menyala, Alkitab dibuka
Dunia maya bak pujasera
Semua tergantung selera
Agama membius massa
Membuai lagi menggairahkan
Hidup jadi bermakna
Menguntungkan siapa?
Sejak Musa hingga José Miranda
Semak berapi menyala-nyala
Papua
Kulihat orang Papua ditangkap
Pipi diinjak ke aspal
Lubang hidung ditarik aparat
Asrama diserbu teror dieksekusi
Kepala dipukul muka diludahi
Dibilang monyet dimaki-maki
1 Mei 1963 NKRI aneksasi
Kini dibilang harga mati!
Puluhan tahun diduduki TNI
AMP gugat lima ratus ribu dibikin mati
Gunung Grasberg begitu diminati
Emas melimpah, senjata adalah kunci
Mako Tabuni ditembak mati
Sagu pun dipaksa ganti nasi
Merdeka! Papua merdeka!
Terdengar di jalan-jalan pekik bertenaga
Sejak kecil hafal kemerdekaan hak segala bangsa
Teringat cerita usir Belanda
Welfare State
Kelas menengah suka negara kesejahteraan
Upah besar bisa jalan-jalan
Ada jaminan kesehatan
Kadang juga pendidikan
Tapi ada yang tak dipikirkan
Kapital abadi karena penghisapan
Negara kesejahteraan butuh jajahan
Laba runtuh siapa yang tanggung
Negara berkembang dipaksa jadi panggung
Bahan melimpah buruh dipentung
Ini nekolim kata si bung
Bumi Manusia
Dikarantina gara-gara Corona
Anak muda baca Pramoedya
Sudah tayang film Bumi Manusia
Jangan lupa penulisnya orang Lekra
Di Buru Pramoedya dipenjara
Karena Amerika ambil alih kuasa
Indonesia dulunya inisiator KAA
Sekarang cuma kerja, kerja, kerja
Kapan bersatu lagi Asia Afrika
Ganyang nekolim dari Utara!
Jangan lupa mereka makmur karena kita
Sekarang ditambah lagi negara Cina
Pramoedya kandidat nobel sastra
Makin dibaca makin sadar bumi manusia
Demi anak semua bangsa
Siap robohkan rumah kaca
Sekutu
Andai masih bernafas dirimu
Besok dua-ratus-dua usiamu
Tak perlu kusebutkan namamu
Di negeri ini dianggap tabu
Raoul Peck menyutradarai filmmu
Paris kota pelarianmu
London kuburanmu
Dunia tertindas adalah rumahmu
Para pengusir Belanda membaca bukumu
Soekarno muda menggemarimu
Imperialis berkali-kali menguburmu
Kacung-kacungnya membredel warisanmu
‘Kritik tanpa ampun’ itulah sloganmu
Telaah struktur dunia biar tak ditipu
Kau tak beriman tapi kita sekutu
Daniel Sihombing adalah anggota Kristen Hijau dan tim editor IndoProgress.