Only the Good Die Young: Obituari untuk Ayi Bunyamin

Print Friendly, PDF & Email

DIA BARU SAJA menenggak habis bir Tequila di tangan kirinya, ketika aku tiba dan bergabung bersamanya di sebuah meja. Di sana ada beberapa kawan, tempat ini sangat nyaman, mungkin karena lokasinya mudah dijangkau oleh kawan-kawan aktivis di sekitar Menteng. Tangan kanannya mulai menyalakan rokok. Dia menghirup dalam-dalam asap rokoknya lalu berkata kepadaku ‘apa kabar bung? Aku lagi sakit, kanker paru stadium empat.’ Aku tidak berkomentar, hanya mengamati tubuh yang memang sangat jauh menyusut.

Ayi Bunyamin

 

Terakhir kali kami bertemu kira-kira bulan November 2010 di Lembang. Tubuhnya masih segar dan bersemangat. Mas Ayie, lengkapnya Ayi Bunyamin, memang selalu bersemangat jika ada pertemuan para pegiat sosial. Ketika itu kami sedang menyusun sebuah rencana persatuan gerakan sosial, lebih maju lagi, sebuah persiapan partai persatuan. Tapi itu dulu. Kini badannya sangat kurus, matanya cekung dan dalam. Aku berusaha tidak membahas penyakitnya, namun karena dia terus morokok, aku tak tahan juga. ‘Bung, kanker paru kok masih merokok?’

Dia tak langsung menjawab, memilih menghirup rokoknya dalam-dalam, seakan menelan semua kemungkinan buruk yang akan terjadi. Kepulan asap menghambur di depan wajahnya, menghembus kuat, seakan memuntahkan kembali seluruh kekhawatiran dan menggantinya dengan keyakinan. ‘Ini tidak apa-apa, aku mulai membaik. Rokok ini bukan sembarang rokok, tapi rokok khusus yang diracik sebagai terapi kesembuhan. Kamu bisa lihat, ini ada nomernya.’ ujarnya sambil mengambil seonggok kantong berisikan lusinan rokok.

Aku dan Papang dari KontraS mengambil beberapa batang dan mengamati. ‘Ini untuk pagi hari, ini siang dan ini untuk malam hari, kalian cobalah!’ Mas Ayie meminta. Awalnya kami ragu, tapi akhirnya kami hisap juga, lebih untuk memperkuat keyakinan mas Ayie bahwa dia tidak sendiri, bahwa terapi ini akan berhasil. Meski jauh di dalam lubuk hati kami masing-masing, terdapat sebuah kesimpulan yang sama, ini akan berakhir gagal. Namun dia adalah sosok sahabat, kami tahu, dia tidak ingin sahabat-sahabatnya mengkhawatirkan kesehatannya. Dia rela datang untuk sekedar mengobrol dan tertawa, untuk menunjukkan bahwa dia masih kuat dan segala yang sudah dia kerjakan akan dia tuntaskan dengan baik.

Namun kanker di dadanya berkata lain. Setelah pertemuan itu, aku mendapat kabar bahwa Mas Ayie masuk rumah sakit, kondisinya memburuk. Kabar yang sebenarnya tinggal menunggu waktu, namun tetap membuat hati sedih. Dia adalah sosok aktivis gerakan sosial yang menjauh dari hiruk pikuk popularitas, dia tidak candu pada liputan dan publikasi di media. Dia adalah sosok guru yang tanpa pamrih, senantiasa mengajak kawan-kawannya bersatu, tanpa letih berbicara pada orang lain agar senantiasa bergabung atau minimal berempati pada persoalan-persoalan sosial. Sosok Mas Ayie selalu hadir di tengah kesulitan kawan-kawannya dan juga selalu mencairkan suasana yang buntu menjadi segar kembali. Mas Ayie seperti menyatakan, sebagaimana yang digambarkan Iwan Fals dalam lagunya, “bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta, walau aku tau tak terdengar. Jariku menari, tetap takkan berhenti sampai wajah tak murung lagi.’

Dia adalah sosok pendidik, namanya tidak asing di telinga seluruh pegiat sosial di Indonesia. Dari hiruk-pikuk jantung kota hingga ke pelosok paling terpencil sekalipun. Dia tak pernah peduli pada hal-hal simbolik apalagi megalomania. Dia menebar kesadaran tanpa letih, menanam benih-benih tanpa peduli kapan memanennya. Ketika akad nikahku di Kediri, Muslim, seorang sahabat dari Jombang, yang juga dekat dengan Mas Ayie, ikut hadir dan memberi ucapan selamat. Di pelaminan kami sempat berbincang, cukup lama, kurang lebih lima menit, tentang kondisi terakhir Mas Ayie. Muslim berniat ke Jakarta untuk membesuk mas Ayie, dia sangat senang, ketika mas Ayie akhirnya bisa membalas pesan pendeknya dalam keadaan sakit. Kami sungguh khawatir.

Mas Ayie, adalah sosok yang sangat senang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Aku tak pernah dengar ia mengeluh tentang kebuntuan gerakan sosial, tentang keadaan politik yang semakin carut-marut. Baginya kekuatan politik ada pada kemauan yang keras dan kerja nyata di lapangan. Dia bukannya malas berteori, dia bahkan menguasai banyak teori, namun baginya politik tidak dimulai dengan teori. Dia percaya bahwa teori baru bisa disebut bagus ketika mampu dipraktekkan, bahwa kerja nyata adalah utama dan dari sanalah rakyat bisa melahirkan teorinya sendiri. Dia sesekali menghibur diri dengan musik-musik yang berdentum keras. Mungkin dentuman keras, baginya ibarat tantangan yang datang setiap saat, tanpa henti, dan membuatnya bisa berdiri semakin kokoh.

Namun, Mas Ayie, setiap nyanyian dan musik pasti harus berakhir. Begitupun nyanyian dan musikmu, kini harus berakhir. Tetapi nada-nada kenangan tak akan pernah bisa dihapus, karena kenangan senantiasa melekat pada udara. Kami masih ingin kau ada di sini, bersama kami. Namun kami juga bukan orang yang egois, kami tak boleh memaksamu terus menerus bekerja, meski kami tahu, kamu dengan senang hati melakukannya. Kami semua bersedih, kau pergi dalam pagi yang beku, seorang diri. Kami paham, bahwa kau sengaja melakukannya, kau sengaja pergi diam-diam, ketika kami semua sedang tertidur, karena kau tak ingin kami semua berduka melihatmu pergi.

Selamat jalan Mas Ayie, semangatmu tetap tinggal disini, bersama kami, only the good die young! Setiap kehidupan akan dikekalkan dengan kematian. Jemputlah kekekalanmu dengan berani.***

Saiful Haq, Aktif di Friedrich Ebert Stiftung (FES), Jakarta.

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.