Superkaya di Indonesia: Konglomerat Orde Baru dan Birokrat Saudagar
MAJALAH Forbes mengeluarkan laporan tahunan tentang 40 orang terkaya di Indonesia. Disebutkan bahwa Aburizal Bakrie, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) RI, menduduki peringkat terkaya di Indonesia pada 2007, sekaligus menyalip posisi konglomerat buronan Sukanto Tanoto.
Pada daftar itu terdapat sedikitnya 13 nama yang dulu dikenal sebagai konglomerat di jaman Orde Baru, termasuk Bambang Trihatmodjo, anak mantan Presiden Soeharto. Kemudian, terdapat pula empat nama baru yang terdaftar sebagai orang terkaya pada 2007.
Jumlah kekayaan Aburizal Bakrie disebutkan adalah 5,4 milyar dollar AS, atau hampir 14 persen dari total seluruh kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia. Tentu saja ini adalah jumlah yang sangat besar. Jumlah kekayaan Bakrie itu adalah hampir 34 kali jumlah pinjaman Bank Dunia yang baru-baru ini diberikan kepada Indonesia untuk penyelamatan hutan! Luar biasa, bukan?
Konglomerat Orde Baru “Comeback”
Hal yang menarik adalah data kekayaan sepuluh orang terkaya sebelum krisis ekonomi dibandingkan dengan asetnya sekarang. Majalah Forbes mengatakan bahwa dari sepuluh orang terkaya itu, hanya satu orang yang nilai kekayaannya telah melebihi besaran sebelum krisis ekonomi (lihat box ‘A Decade Later’, Forbes, Desember 2007). Pendeknya, dikatakan bahwa krisis ekonomi telah membuat aset sepuluh orang terkaya itu menjadi terpuruk yang efeknya masih berlangsung sampai kini, setelah satu dasawarsa.
Kesimpulan itu membuat saya penasaran, apakah benar demikian? Ternyata nilai kekayaan yang terdaftar pada box itu belum disesuaikan dengan tingkat laju inflasi dan kurs mata uang. Jelas saja nilai kekayaannya disebutkan belum pulih, sebab nilai tukar rupiah saat ini pun jauh di bawah kurs sebelum krisis.
Setelah nilai kekayaan itu disesuaikan (lihat tabel), terlihatlah bahwa kekayaan tujuh dari sepuluh orang terkaya di jaman Orde Baru, saat ini telah pulih dan bahkan meningkat. Kekayaan keluarga Liem Sioe Liong (Salim), misalnya, sampai 2006 “masih” berkisar 800 juta dollar AS, atau masih di bawah nilai kekayaannya pada 1996, yaitu 1,14 milyar dollar AS (setelah disesuaikan dengan nilai rupiah pada 2007 sekitar Rp. 9500/dollar AS). Akan tetapi, pada 2007 ini, total kekayaanya telah melesat ke angka 1,3 milyar dollar AS, atau meningkat 14 persen dari kekayaannya pada 1996.
Bila dilihat dari akumulasi kekayaan mereka, terlihat bahwa nilai kekayaan sepuluh orang terkaya jaman Orde Baru itu, saat ini telah meningkat 120 persen. Hal ini menunjukkan fakta bahwa konglomerat Orde Baru bukan hanya mampu untuk memulihkan aset mereka, melainkan juga melesat kembali ke jajaran papan atas daftar orang terkaya di Indonesia.
Birokrat Saudagar Bertambah Kaya
Selain konglomerat Orde Baru, terdapat pula nama-nama yang kini duduk di jajaran pemerintahan atau bersaudara dengan pejabat pemerintah. Nama-nama itu, antara lain, adalah Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla dan saudaranya; Aksa Mahmud.
Nilai kekayaan kedua orang itu meningkat cukup signifikan selama periode 2006-2007. Kekayaan Aksa Mahmud meningkat 72 persen dari 198 juta dollar AS pada 2006 menjadi 340 juta dollar AS tahun ini. Peningkatan yang lebih mantap terjadi pada Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI dan mantan Menko Kesra. Kekayaannya meningkat dari 105 juta dollar AS menjadi 230 juta dollar AS, atau 105 persen.
Peningkatan yang paling pesat, tentu saja kekayaan Aburizal Bakrie. Kekayaannya meningkat 350 persen dari posisi tahun lalu, yaitu 1,4 milyar dollar AS. Hal ini tentu sebuah fakta yang mencengangkan, sekaligus menyakitkan. Sebab, kekayaan dua orang pejabat dan mantan Menko Kesra meningkat luar biasa, sementara kesejahteraan rakyat di negara yang dipimpinnya masih diliputi kemiskinan yang berlarut-larut.
Warga Superkaya Bertambah Kaya
Di tengah kemiskinan yang meliputi hampir 40 juta rakyat di negeri kita, ternyata Indonesia juga mencatatkan diri sebagai negara ketiga tertinggi di dunia, setelah Singapura dan India, dalam hal pertumbuhan jumlah orang superkaya pada periode 2005-2006.
‘Rekor’ itu tercatat dalam “World Wealth Report 2007” yang dikeluarkan oleh Merrill Lynch dan Capgemini. Dicatat pula bahwa populasi orang-orang terkaya Indonesia saat ini berjumlah 20.000 orang, tumbuh sebesar 16 persen dari 2005, atau 0,008 persen dari total populasi Indonesia.
Terjadinya kemiskinan yang berlarut-larut dan pertumbuhan luar biasa warga superkaya itu jelas mencengangkan. Rata-rata aset 40 orang terkaya 2007 adalah satu milyar dollar AS. Jumlah itu adalah hampir 300 kali lipat lebih besar daripada pendapatan rata-rata pertahun keluarga Indonesia, yaitu 3900 dollar AS.
Setelah kita simak data-data di atas, maka kita tahu bahwa krisis ekonomi telah berlalu dari orang-orang superkaya di republik ini. Sebaliknya, krisis ekonomi tetap membelit sebagian besar rakyat Indonesia.***