Apresiasi Karya

Wanita Tani Mawar

Ibu-ibu selalu punya kesibukan. Sejak matahari terbit hingga terbenam ada saja pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Mulai dari menyiapkan makan bagi anak dan suami, mengantar anak ke sekolah, mencuci bahkan ada pula yang mesti ikut turun ke ladang.

Catastrophe – Elegi Untuk Pramudya Ananta Toer

Hari itu, udara bagaikan tungku.
Sementara berhala kekuasaan
telah lama menggantikan Tuhan.
Mesin jagal bak taring srigala,
siap mengerkah siapa yang beda warna
siap menggilas lagi yang lain ideologi.

Rumah Tusuk Sate

MENELUSURI kotaku dengan kacamata orang lain: itulah yang hari ini kulakukan bersama Irwan. Aneh rasanya. Seolah aku menjadi asing di kota kelahiran sendiri, pun pula kota tempat kudibesarkan. Irwan punya cara sendiri untuk menjelajahi Amsterdam; sebuah cara yang pastinya tak akan aku pilih jika sendirian. Namun, sekarang memang boleh jadi aku tak bisa dengan leluasa melewati jalan-jalan kesukaanku. Setahun setelah Rotterdam hancur, Amsterdam yang sebenarnya tidak sebegitu parah menjelma kota mati. Di balik warna warni musim rontok, hawa yang makin dingin seolah menghalangi warganya untuk keluar. Sepi terasa mencekam. Belanda makin tak berkutik dalam cengkeraman Nazi.

Esai Foto: Produksi Arak

PENGANTAR: Minuman beralkohol yang memabukan hampir dapat kita temui dalam setiap masyarakat di tempat yang berbeda-beda. Tentu perlu sebuah penelitian khusus, atau sebuah bacaan tertentu,

Puisi-Puisi Yoseph Yapi Taum

PUISI-PUISI YOSEPH YAPI TAUM   TAK ADA MIMPI DI NEGERI INI : Sondang Hutagalung cakrawala memberinya sepotong rimba sebagai arena merampas kembali kebebasannya di kala

Kamus Kecil Bangsa Indonesia

Puisi T. D. Ginting   Kamus Kecil Bangsa Indonesia (Edisi Revisi)   disusun oleh: T. D. Ginting   Laissez-faire, artinya bi(c)ar(a)kan saja Pemerintah, artinya ia

Sekarang Kamu Mengerti

Puisi Sonny H. Sayangbati   Sekarang Kamu Mengerti   Saat matahari terbit: Ibu ayah ke mana ? Ayah sedang bersinar jadi matahari Ketika matahari tenggelam:

Tiang Belum Runtuh

PUISI INDRAWISUDHA   Tiang Belum Runtuh   Teringat Pramoedya saat murung terkurung di rumah kaca. Betapa berani ia bersuara dalam diam di kejinya penjara. Pada

Kontemplasi Tato

Tidak satu pun orang yang pernah kutemui memiliki kegemaran yang sama denganku. Aku merasa perlu menularkan minat agar aku tak kesepian, itu saja motifku sebenarnya. Ya, aku seorang dari ratusan juta ras Mongoloid yang telah bercampur dengan Deutro-Melayu. Tinggi sedang, kulit kuning kecokelatan, hidung pesek, dan rambut lurus hitam. Namun, yang menjadi identitas kuat di sini adalah… justru aku tidak bertato.

Banyak Orang Menebang Hutan

Saut Situmorang lahir 29 Juni 1966 di sebuah kota kecil di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, tapi ia dibesarkan sebagai “anak kolong” di Asrama Kodam I/Bukit Barisan, Medan Sunggal, Medan. Pendidikan S1 (Sastra Inggris, Film, dan Creative Writing) dan S2 (Sastra Indonesia yang tidak selesai) dilakukannya di Selandia Baru yang menjadi tempat ia hidup merantau sebagai imigran selama 11 tahun. Saut mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia selama beberapa tahun di almamaternya, Victoria University of Wellington dan University of Auckland, Selandia Baru.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.