Apresiasi Karya

Persetan Media

Ilalang Zaman adalah band multigenre yang menuliskan lagu-lagu yang mengangkat permasalahan-permasalahan sosial, antara lain berhubungan dengan kritik terhadap media korporat (“Persetan Media”, “Jurnalis Palsu”), common sense (“Apa yang Kita Rayakan?”), dan penindasan (“Sesaji Raja untuk Dewa Kapital?”, “Kalimantan”, “Palestina”, “Jangan Diam”, “Papua”). Nama Ilalang Zaman dipilih karena dinilai merepresentasikan gagasan yang diusung para personelnya dalam lagu-lagu mereka. Seperti ilalang dalam arti sebenarnya—gulma bagi tanaman mapan—Ilalang Zaman pun beritikad untuk menjadi gulma bagi kemapanan di zaman mereka hidup. Kini, Ilalang Zaman tengah menggarap album indie perdananya.

Puisi-puisi oleh Gema Laksmi Mawardi

RITUS malam tadi kau njelma laron di pijaran neon aku adalah cicak menunggu, ngintai dan hap kau aku sergap sayapmu basah oleh ludah gurihmu aku

Puisi-puisi oleh Gita Romadhona

CERITA YANG SALAH   pada malam-malam larut, angin tak pernah surut tak pula memberi isyarat tentang cerita yang sudah salah dari mula dan, ia terjaga,

Puisi oleh Zely Ariane

GENERASI PINK-ORANYE   Kami masih dangkal Generasi pink oranye, terbelalak oleh buku 500 halaman terbuai roman picisan. Cinderella dan pangeran berjubah besi larut dalam irama

Separuh dari Kisah Hidup Pemuda Bernama Sabit

Orang tua Sabit adalah pasangan pegawai negeri yang sedang mengejar karir. Dengan tuntutan pekerjaan, keadaan ekonomi simpang siur dan kerja sampingan, mereka tidak punya waktu untuk memberi perhatian yang cukup untuk Sabit. Bocah kecil itu tidak mengendus persekongkolan di depan hidungnya: suatu pagi yang buta tahun 1997, mereka bertiga tiba di Sidoarjo. “Menjenguk Kakek,” kata ibu. Sabit senang berplesir. Kakek membawanya ke pasar lalu jalan-jalan di alun-alun kota dengan vespa biru muda. Pakde Broto mengajarkan naik sepeda dan Mbak Dian menemani bermain layangan. Ia tidur nyenyak dan bahagia malam itu.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.