1. Beranda
  2. /
  3. Harian Indoprogress
  4. /
  5. Wawancara
  6. /
  7. Page 2

Wawancara

Salah satu isu penting yang kerap menjadi sumber ketegangan di kalangan akademisi dan aktivis gerakan sosial adalah kelas dan identitas. Bagaimana semestinya kedua hal itu dilihat?
Wawancara para akademisi dalam artikel ini dapat membantu kita memahami tantangan-tantangan yang dihadapi oleh formasi politik kiri dan gerakan-gerakan rakyat di seluruh dunia sekarang.
Analisis kapitalisme yang disajikan oleh Karl Marx dalam tiga volume Kapital tetap penting untuk memahami dunia sosial kita. Seorang ahli ekonomi marxis terkemuka berbicara dengan Jacobin untuk memecahkan poin-poin kunci dari teori ekonomi Marx.
Australia sadar Indonesia aktif mendestabilisasi Timor Leste dan menggunakan destabilisasi ini sebagai dalih invasi.

Wawancara

Wawancara dengan Ronny Agustinus

Wawancara ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman di Graswurzel Revolution 401, September 2015 (http://www.graswurzel.net/401/marjinkiri.php) dengan judul ‘Der Anarchismus ist eine Inspirationsquelle’ (Anarkisme adalah Sumber

Fahmi Panimbang: Kebutuhan Saat Ini Adalah Memperkuat Pengorganisasian Sosial

Peneliti Asia Monitor Resource Center (AMRC), Hong Kong, Fahmi Panimbang adalah salah seorang figur yang berkutat pada pemeriksaan gagasan ini di ranah empirik. Bagi Fahmi, globalisasi neoliberal yang merupakan bentuk umum dari kapitalisme terkini mempunyai impliksi luas bagi gagasan intrumentalisme negara oleh kapital. Hal ini tentu saja berimplikasi pada bagaimana kelas-kelas sosial diorganisasikan dan mengorganisasikan dalam hubungannya antara negara-kapital itu sendiri, yang membuat kita harus memikirkan kembali bagaimana pengorganisaian sosial yang berkontradiksi dengan kapital itu sendiri. Dalam memahami problem ini, Left Book Review (LBR) melakukan perbincangan dengan Fahmi.

Irwansyah: Wargalah Yang Sehari-hari Membentuk Kota

TIDAK dapat dipungkiri bahwa kota adalah salah satu entitas yang berkaitan sangat erat dengan pengalaman modern kemanusiaan. Walau demikian, bukan perkara mudah untuk memahami hubungan keduanya. Alienasi atau keterasingan manusia dalam pengalaman berkota menunjukkan bahwa hidup di kota tidak bermakna memiliki kehidupan di kota itu sendiri. Penyakit akut perkotaan seperti kemacetan, banjir, minimnya penghijauan, masalah perumahan layak, kriminalitas, dsb membuat mudah untuk menyimpulkan bahwa kota yang dihidupi warganya adalah kota yang tidak manusiawi. Tidak heran jika kemudian kondisi alienatif ini menciptakan kesadaran palsu di kalangan warga bahwa situasi berkota mereka adalah sesuatu yang terberi, ‘udah dari sononye’ dan tidak dapat diubah lagi.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.