1. Beranda
  2. /
  3. Harian Indoprogress
  4. /
  5. Page 146

Harian Indoprogress

Aktivis harus belajar hidup dan berkembang dari dukungan rakyat itu sendiri. Langkah ini pun bersifat revolusioner—membebaskan gerakan dari ketergantungan dan memulai dekolonisasi tahap kedua yang bertujuan membongkar warisan kolonial yang masih membelenggu Indonesia.
Beberapa bulan ke depan akan memperlihatkan apakah kita akan terus menempuh jalan lama—berusaha menenangkan Zionisme liberal dan “berkolaborasi” dengan pejabat Partai Demokrat di ranah elektoral mereka, sebuah strategi yang telah terbukti melumpuhkan sayap kiri di negeri ini. Atau, sebaliknya, apakah kita akan mengambil inspirasi dari rakyat Palestina, dari flotilla, dan dari para aktivis muda—kelas pekerja, imigran, serta mahasiswa—yang terus membangun gerakan jauh dari pengaruh toksik Zionisme liberal.
Perubahan radikal dalam pembangunan pariwisata perlu dilakukan dengan merancang alternatif yang bercorak pasca kapitalis.
Bagaimana simbol-simbol inklusivitas seperti gender-neutral pricing atau queer-friendly space dikonstruksi dan dimaknai dalam strategi pemasaran serta segmentasi pasar?

Harian Indoprogress

Bukan Persatean

BEBERAPA waktu lalu, tiba-tiba kita  menyaksikan peristiwa tolol dan memuakkan: pelarangan acara diskusi buku Tan Malaka, karya sejarawan Harry A. Poeze. Pelaku pelarangan ini adalah

Apa yang Diabaikan Feminis Liberal

Tanggapan untuk Amin Mudzakkir SAYA mengapresiasi tulisan Amin Mudzakkir yang mencoba mulai menanggapi kecenderungan artikulasi beberapa kelompok feminis yang lebih banyak melayani kepentingan neoliberalisme, dengan

Kerja itu Persoalan Politik!

Judul Buku: The Problem with Work :Feminism, Marxism, Antiwork Politics, and Postwork Imaginaries Penulis: Kathi Weeks Penerbit: Duke University Press, 2011 Tebal: 287 halaman ‘Alangkah

Media Sosial: Editorial Februari 2014

PADA Desember 2010, Tunisia, sebuah negara di kawasan Timur Tengah, diguncang oleh perubahan revolusioner. Pemerintahan diktator yang telah berkuasa puluhan tahun berhasil digulingkan oleh gerakan

Kekuatan Teori Nilai Kerja Marx

Tentu tidak cukup menjawab persoalan kebenaran marxisme hanya dengan pernyataan jargonistik saja. Karena, dengan berhenti pada jargon-jargon itulah marxisme menjadi sebatas mitos dan kehilangan keilmiahan serta daya emansipatorisnya. Dalam konteks inilah buku Martin Suryajaya berjudul Asal Usul Kekayaan: Sejarah Teori Nilai dalam Ilmu Ekonomi Dari Aristoteles Sampai Amartya Sen menjadi penting. Buku ini secara garis besar menjelaskan fenomena kapitalisme yang berkaitan erat dengan persoalan nilai, yaitu bagaimana melandasi keseukuran sebuah komoditas agar bisa dipertukarkan dengan komoditas yang lain. Karena kapitalisme pada dasarnya adalah akumulasi keuntungan melalui komoditas yang diciptakan, maka nilai adalah prasyarat bagi relasi ekonomi tersebut, atau dengan kata lain menjadi batu fondasi dari kapitalisme itu sendiri. Dengan analisisnya, Martin membuktikan bahwa dari berbagai macam teori nilai yang ada, teori nilai Marx lah yang paling eksplanatoris dalam menjelaskan persoalan nilai, dan dengan demikian, kapitalisme itu sendiri. Maka, alih-alih menjadi teori yang usang, marxisme adalah teori yang paling mumpuni dalam menjelaskan fenomena ekonomi yang saat ini terjadi.

Fahmi Panimbang: Kebutuhan Saat Ini Adalah Memperkuat Pengorganisasian Sosial

Peneliti Asia Monitor Resource Center (AMRC), Hong Kong, Fahmi Panimbang adalah salah seorang figur yang berkutat pada pemeriksaan gagasan ini di ranah empirik. Bagi Fahmi, globalisasi neoliberal yang merupakan bentuk umum dari kapitalisme terkini mempunyai impliksi luas bagi gagasan intrumentalisme negara oleh kapital. Hal ini tentu saja berimplikasi pada bagaimana kelas-kelas sosial diorganisasikan dan mengorganisasikan dalam hubungannya antara negara-kapital itu sendiri, yang membuat kita harus memikirkan kembali bagaimana pengorganisaian sosial yang berkontradiksi dengan kapital itu sendiri. Dalam memahami problem ini, Left Book Review (LBR) melakukan perbincangan dengan Fahmi.

Hipokrisi Kebebasan Liberalisme

APA yang langsung terbayang ketika anda mendengar kata ‘liberal’ atau ‘liberalisme?’ Apakah Anda langsung mengidentikkannya dengan sesuatu yang berhubungan dengan kebebasan? Atau sesuatu yang berhubungan dengan pluralisme? Atau mungkin dengan kelompok tertentu? Apakah anda juga langsung mempertentangkannya dengan hal lain?

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.