Yang Luput Dibicarakan dalam Penyingkiran Masyarakat Adat Pubabu-Besipae
Ada kapitalisme di balik penyingkiran dan eksklusi masyarakat adat Pubabu-Besipae. Juga narasi hegemonik dari penguasa yang mencoba menormalisasi atas nama “pembangunan”.
HomeArtikel
Ada kapitalisme di balik penyingkiran dan eksklusi masyarakat adat Pubabu-Besipae. Juga narasi hegemonik dari penguasa yang mencoba menormalisasi atas nama “pembangunan”.
Mereka yang menjalani kehidupan agraris terus mengalami penyingkiran bahkan kekerasan. Kapital telah secara agresif memperluas wilayah geografisnya hingga perdesaan untuk mendapatkan sumber daya alam, tenaga kerja murah dan membuka pasar baru.
Persoalan parkir di Yogyakarta tak bisa dilepaskan dengan kepentingan ekonomi-politik yang kompleks. Maka perbincangannya harus melampaui aspek teknis belaka.
Hak-hak petani tidak datang dari langit. Kita melihat itu saat membaca sejarah Indonesia. Ia selalu diperjuangkan, dan sayangnya kini berada di titik kritis. Namun demikian, harapan tetap tidak boleh habis.
Pembungkaman wacana kiri yang didukung dengan sebuah pengkeramatan religius akhirnya mempermudah penetrasi ideologi kapitalisme neoliberal di Indonesia. Potensi Pancasila sebagai benteng terhadap ideologi kapitalisme neoliberal menjadi terbengkalai karena begitu kuatnya pentabuan religius terhadap pemikiran kiri.
Dua aspek yang cukup menonjol dalam praktik agraria di Indonesia, yang akhirnya mengakibatkan ketidakadilan, adalah partisipasi yang manipulatif dan konsep penguasaan tanah oleh negara.
Ada empat model pencurian upah yang dilakukan oleh pabrik pakaian PT Sai Apparel Industries. Dari mulai tidak mencatat jam kerja sampai menerapkan cara penghitungan tidak sesuai. Temuan berdasarkan riset dokumen dan wawancara.
Film Indonesia: The Troubled Victory menjadi “hadiah” bagi kemenangan Amerika terhadap komunisme di Asia Tenggara. Soeharto digambarkan sebagai pahlawan, sementara Sukarno sebaliknya.
Kohei Saito membuka kembali diskusi tentang krisis antroposen dari kacamata marxisme. Krisis adalah konsekuensi tak terelakkan dari sistem ekonomi politik sekarang: kapitalisme. Ia pun mengusulkan tawaran solusi. Tapi, apakah cukup?
Marx sama sekali bukan eurosentris, tidak pula hanya terpaku pada konflik kelas. Ia juga selalu memihak kaum tertindas untuk melawan penindas mereka.
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.