SKANDAL Bank Century telah membuat istilah risiko sistemik begitu akrab di telinga. Akan tetapi, apa yang terdengar akrab tidak otomatis juga telah dimengerti secara benar.
Contoh paling gamblang adalah istilah risiko sistemik sering dikaitkan dengan pertanyaan apakah Century punya risiko sistemik atau tidak? Jika kita mengerti risiko sistemik, kita akan tahu bahwa pertanyaan ini salah sasaran. Mari kita bedah apa sebetulnya risiko sistemik itu.
Dari pengamatan terlihat ada dua interpretasi mengenai apa itu risiko sistemik. Interpretasi pertama berkaitan dengan risiko dari sebuah efek domino kegagalan bank yang mampu meruntuhkan sistem ekonomi nasional. Interpretasi kedua berupa skenario klasik bank rush, di mana para nasabah bank beramai-ramai menarik uangnya dari bank terlepas bank tersebut sehat atau tidak.
Jejaring kompleks
Risiko sistemik tidak hanya berlaku pada sistem keuangan atau perbankan. Risiko sistemik ada di setiap sistem kompleks, yaitu sistem yang terbangun oleh komponen-komponen yang saling berinteraksi. Sebuah risiko dikatakan ”sistemik” karena dia muncul dari interaksi yang tidak dapat diprediksi dari berbagai komponen sistem tersebut.
Ambil contoh jejaring listrik. Setiap gardu listrik dibuat oleh insinyur dan mereka tahu pasti risiko gagal gardu tersebut; para insinyur tahu kondisi seperti apa yang akan membuat gardu akan kelebihan beban.
Akan tetapi, ketika terjadi kerusakan yang menjalar, yaitu ketika sebuah gardu gagal, maka listrik diambil dari gardu lain yang akan kelebihan beban dan menjadi gagal juga yang lalu dialihkan ke gardu lain yang gagal juga akhirnya dan seterusnya, para insinyur tidak bisa mengetahui pasti kondisi setiap gardu. Kondisi tidak bisa diketahui karena kondisi tersebut berubah-ubah dengan cepat, tergantung apa yang terjadi di bagian lain dari jejaring listrik tersebut. Hasilnya adalah risiko sistemik yang dapat membuat seluruh sistem kolaps.
Yang penting di sini adalah risiko sistemik tidak tergantung pada sifat, jenis, atau profil gardu itu sendiri; apakah gardu kecil atau besar sama-sama dapat menimbulkan dampak sistemik.
Jadi, risiko sistemik muncul dari efek high order, bukan tentang risiko sebuah bank (atau gardu) saja, tetapi risiko sebuah bank memengaruhi risiko bank lain yang selanjutnya memengaruhi risiko bank lain yang juga memengaruhi bank lain dan seterusnya.
Sejauh pengetahuan saya yang selama ini berkecimpung dalam bidang difusi dalam sistem jejaring kompleks, belum ada teori yang mampu memberikan prediksi yang meyakinkan tentang kapan sebuah efek domino dalam sistem kompleks terjadi.
Seperti halnya kebakaran hutan yang dapat disebabkan dari hal sepele, seperti puntung rokok misalnya. Yang menentukan apakah sebuah kebakaran hutan menjadi besar atau tidak adalah kondisi hutan tersebut secara umum: apakah ada hutan kering saat musim kemarau. Efek domino kegagalan bank dapat disebabkan baik oleh bank kecil maupun bank besar.
Menyulut ”bank rush”
Interpretasi risiko sistemik berada di dalam jejaring kompleks, lebih cocok untuk menjelaskan krisis keuangan yang menimpa Amerika Serikat pada tahun 2008. Saat itu, di AS terjadi krisis kepercayaan antarbank sehingga bank enggan melakukan transaksi dengan bank lain karena masing-masing tidak mampu mengukur risiko transaksi.
Sedangkan skandal Century berbeda. Yang dikhawatirkan jika Century tak diselamatkan adalah akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap bank-bank lain yang sebetulnya sehat sehingga menyulut terjadinya bank rush.
Proses bank rush adalah contoh klasik sebuah mekanisme sosial yang diformulasikan oleh sosiolog Robert Merton dan dikenal sebagai self-fulfilling prophecy, yaitu situasi di mana orang memiliki sebuah kepercayaan yang pada mulanya salah dan berakibat menimbulkan perilaku yang selanjutnya justru membenarkan kepercayaan tersebut.
Bank menarik uang dari para deposan dan lalu uang tersebut diputar sebagai investasi dan disalurkan sebagai kredit. Jadi, bank hanya menyimpan sebagian dari jumlah total uang yang dititipkan asal cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Karena itu, sebuah bank akan gagal jika para deposan menarik uangnya pada saat yang bersamaan.
Dalam kasus bank rush, deposan yang secara keliru percaya bahwa sebuah bank akan gagal dapat menyebabkan mereka untuk menarik uangnya, sehingga akhirnya bank tersebut menjadi benar-benar gagal.
Tidak seperti risiko sistemik dalam jejaring kompleks di mana sistem terancam kolaps karena bank menghentikan segala transaksi antarbank, dalam bank rush risiko sistemik adalah hilangnya kepercayaan publik terhadap sistem perbankan.
Meski kedua interpretasi risiko sistemik ini berbeda, ada satu kesamaan yang fundamental: risiko sistemik tidak bisa ditentukan oleh risiko bank secara individu. Artinya, paling tidak, menurut standar ilmiah saat ini, mempertanyakan apakah sebuah bank memiliki risiko sistemik adalah pertanyaan yang keliru. Karena setiap bank memiliki potensi menimbulkan risiko sistemik.
Ekonom terkemuka Frank Knight, membedakan antara risiko dan ketidakpastian. Risiko adalah sesuatu yang belum pasti terjadi, tetapi kita dapat menghitung probabilitasnya, sedangkan ketidakpastian adalah sesuatu yang sama sekali tak kita ketahui sehingga tidak ada distribusi probabilitas yang bisa kita pakai untuk memperkirakan probabilitas kejadian. Menurut kategori ini, risiko sistemik termasuk sebuah ketidakpastian. Implikasinya, mengatakan Bank Century memiliki risiko sistemik atau tidak akan selalu berupa hipotesis.
Dalam dunia nyata yang dipenuhi ketidakpastian, mengambil keputusan publik berdasarkan hipotesis tentu wajar-wajar saja. Namun, ini bukan berarti kita harus menerima begitu saja setiap keputusan publik yang diambil atas nama bahaya risiko sistemik. Setiap kebijakan publik harus dipertanggungjawabkan kepada publik, terutama mengenai dampaknya. Debat tentang apakah Bank Century memiliki risiko sistemik atau tak hanya membuang waktu karena tidak akan ada jawaban yang substansial.
Kita harus memulai debat yang lebih produktif, yaitu misalnya apakah pengambilan keputusan penalangan sudah sesuai prosedur dan memenuhi rasa keadilan publik, lalu ke mana selanjutnya dana talangan itu mengalir?***
Roby Muhamad, sedang menulis disertasi mengenai jejaring sosial di Columbia University, New York.
Artikel ini sebelumnya telah dimuat di harian Kompas, Selasa, 12 Januari 2010. Dimuat ulang di sini untuk tujuan Pendidikan.