Kalender Soviet, 1930 (Foto: Wikimedia)
PERSIS satu abad lalu, di tahun 1917, revolusi bergolak di Kekaisaran Rusia. Pada akhir Februari tahun itu, otokrat penguasa mutlak Kekaisaran Rusia, Tsar Nikolas II, turun takhta dan digantikan oleh Pemerintahan Sementara. Pada akhir Oktober, Komite Militer Revolusioner, organ militer bentukan Partai Bolshevik melancarkan insureksi bersenjata dan merebut tampuk kekuasaan dari tangan Pemerintahan Sementara. Lenin, pemimpin Partai Bolshevik, menulis proklamasi:
Kepada seluruh warga Rusia. Pemerintahan Sementara telah digulingkan. Kekuasaan negara telah berpindah ke tangan organ milik Deputi Soviet Rakyat dan Serdadu Petrograd1Petrograd adalah ibu kota Kekaisaran Rusia pada saat itu. Sebelumnya kota ini bernama Saint Petersburg, kemudian menjadi Petrograd, setelah Revolusi Oktober 1917 berubah nama menjadi Leningrad, dan setelah bubarnya Uni Soviet berubah kembali menjadi Saint Petersburg., Komite Militer Revolusioner, yang berdiri di garda depan garnisun dan proletariat Petrograd.
Cita-cita yang diperjuangkan rakyat—perdamaian demokratis segera, penghapusan kepemilikan tanah oleh bangsawan, pengendalian produksi oleh buruh, pembentukan pemerintahan Soviet—telah dimenangkan.
Hidup revolusi buruh, serdadu, dan petani!
Dengan segara proklamasi ini dicetak dan ditempelkan di dinding-dinding kota, dan kawat telegram menyebarkan kata-kata ini. Negara kelas pekerja telah diproklamirkan.
Bagi Lenin, revolusi adalah keniscayaan dari apa yang ia sebut sebagai hukum pokok revolusi: Revolusi dapat dimenangkan bukan hanya karena yang tertindas menolak untuk hidup di bawah sistem lama, tetapi juga karena sang penindas tak mampu lagi menjalankan sistem lama. Gejolak dan krisis politik yang telah berlangsung berdekade-dekade, kegagalan panen, kemiskinan yang semakin merajalela, dan kekalahan Rusia dalam Perang Dunia I, semakin memblejeti rezim Tsar sebagai penguasa yang tidak kompeten dan penindas rakyat, dan bahwa penerusnya, Pemerintahan Sementara, adalah organ milik kelas penindas dan pelanjut sistem penindasan Tsar. Inilah yang membangkitkan kesadaran rakyat bahwa revolusi adalah hal yang perlu untuk merombak tatanan yang ada.
Oktober Merah ataukah November Merah?
Insureksi Partai Bolshevik menggulingkan Pemerintahan Sementara terjadi pada tanggal 25 Oktober 1917. Sutradara legendaris asal Rusia, Sergei Eisenstein, mereka ulang peristiwa bersejarah tersebut dalam filmnya, Oktyabr’: Desyat’ dney kotorye potryasli mir (Oktober: Sepuluh Hari yang Mengguncang Dunia)2Sepuluh Hari yang Mengguncang Dunia (Ten Days that Shook the World) adalah judul buku karya aktivis sosialis dan wartawan Amerika Serikat, John Reed. Buku tersebut adalah sebuah laporan pandangan mata mengenai peristiwa-peristiwa seputar Revolusi Oktober 1917. Antara Agustus 1917 hingga awal 1918 John Reed tinggal di Rusia, bekerja sebagai koresponden koran The Masses, dan menyaksikan dan mengalami langsung Revolusi Oktober. Sutradara Sergei Eisenstein kemudian menjadikan judul buku tersebut ke dalam subjudul filmnya yang menceritakan Revolusi Oktober. Kisah hidup John Reed dan istrinya, Louise Bryant, difilmkan oleh Warren Beatty dalam film Reds (1981). John Reed diperankan oleh Warren Beatty sendiri dan Louise Bryant diperankan oleh Diane Keaton.. Dalam novel The Hunt for Red October, penulis Amerika Tom Clancy menceritakan kapal selam super canggih milik Angkatan Laut Uni Soviet yang dinamakan Krasniy Oktyabr (Oktober Merah), kembali dinamakan menurut Revolusi Oktober 1917. Namun kini kita mengenang peristiwa tersebut pada tanggal 7 November. Loh, mengapa ada dua tanggal yang berbeda?
Hal ini karena pada saat revolusi terjadi, Rusia masih menggunakan sistem penanggalan lama yang dinamakan Penanggalan Julian, yang pada saat itu berselisih 13 hari dari sistem penanggalan baru yang dinamakan Penanggalan Gregorian. Perpindahan dari sistem Penanggalan Julian ke Gregorian telah didiskusikan semenjak minggu-minggu pertama pemerintahan Soviet, namun baru menjadi kenyataan pada awal tahun berikutnya setelah pada tanggal 26 Januari 1918, badan eksekutif pemerintahan Soviet, Sovnarkom3Sovnarkom adalah singkatan dari Soviet narodnykh kommissarov, yang artinya Dewan Komisar Rakyat. Pada intinya Sovnarkom adalah badan eksekutif dalam sistem pemerintahan Soviet, dan komisar setara dengan menteri. Ketua Sovnarkom dengan demikian adalah kepala pemerintahan. Lenin dipilih menjadi Ketua Sovnarkom pertama. Lenin kurang menyukai istilah “Menteri” karena terdengar borjuis. Trotsky mengusulkan agar menteri diganti “Komisar” saja. Lenin menyukainya karena terdengar revolusioner dan seperti jaman Revolusi Perancis., menerbitkan Dekrit yang menyerukan penggunaan penanggalan Gregorian di dalam kehidupan masyarakat sipil (Gambar 2). Dalam dekrit tersebut diserukan bahwa hari selanjutnya setelah tanggal 31 Januari 1918 bukanlah tanggal 1 Februari melainkan tanggal 14 Februari, dan hari kedua selanjutnya bukanlah tanggal 2 Februari melainkan tanggal 15 Februari, dan seterusnya. Semenjak saat itu, di Uni Soviet Revolusi Oktober 1917 dirayakan setiap tanggal 7 November melalui parade militer di Lapangan Merah di kota Moskwa.
Mengapa ada dua sistem penanggalan ini, dan mengapa berbeda 13 hari? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlulah kita mendiskusikan makna penanggalan dalam kehidupan kita, dan inilah gunanya kita punya Rubrik Kosmos di situs Indoprogress ini. Sebenarnya sih inti dari artikel ini adalah mau ngomongin penanggalan. Revolusi Rusia 1917 itu hanya pintu masuk saja.
Gunanya kita punya tahun kabisat
Sebagaimana telah disinggung dalam artikel terdahulu, penanggalan adalah perwujudan dari sistem pencatatan waktu yang dikembangkan manusia. Penanggalan membantu kita mengingat masa lalu dan merencanakan masa depan, dan juga membantu kita merencanakan pengorganisasian produksi.
Pada umumnya penanggalan berpusat pada pergerakan Matahari dan Bulan, dua benda langit yang paling terang di langit dan dengan demikian paling mudah diamati dan diikuti pergerakannya. Kita mengetahui bahwa penanggalan yang jamak digunakan, penanggalan syamsiah, adalah penanggalan yang didasarkan pada pergerakan Matahari, sementara penanggalan komariah yang digunakan umat Islam didasarkan pada pergerakan Bulan.
Penanggalan syamsiah yang kita gunakan sekarang ini berasal dari pembakuan yang diperkenalkan oleh politikus Republik Romawi, Julius Caesar, pada tahun 45 Sebelum Masehi. Pada masa itu terlalu banyak penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan dalam sistem penanggalan Romawi untuk membuat penanggalan tersebut cocok dengan pergerakan Matahari. Karena terlalu terlalu banyak penyesuaian, sistem penanggalan ini menjadi membingungkan. Caesar berusaha mencari penyesuaian yang sederhana dan tidak ribet.
Apa yang kita definisikan sebagai satu tahun adalah waktu yang dibutuhkan Bumi untuk kembali ke posisi semula dalam siklus musim, misalnya dari awal musim semi hingga kembali ke awal musim semi. Periode ini, dinamakan satu tahun surya atau satu tahun tropis, rata-rata lamanya adalah 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 45 detik. Bila diubah ke dalam satuan hari, ini sama dengan 365.2421875 hari. Ini bukan satu-satunya definisi satu tahun, tapi inilah yang jamak digunakan dalam sistem penanggalan yang didasarkan pada pergerakan Matahari.
Kita bisa lihat bahwa periode satu tahun ini tidaklah bilangan bulat. Apabila kita menetapkan satu tahun kalender kita lamanya 365 hari, maka akan ada sedikit selisih sebanyak 0.2421875 hari atau sekitar 5 jam. Selisih ini akan semakin mengakumulasi dari tahun ke tahun, sehingga dalam jangka waktu 8 abad akumulasi selisih ini mencapai sekitar 6 bulan.
Mengapa di sini kita menginginkan satu tahun kalender yang lamanya sedekat mungkin sama dengan lamanya satu tahun surya? Ini supaya penanggalan kita sinkron dengan musim: Kita ingin semua tanggal terjadi pada musim yang sama, misalnya 25 Desember selalu terjadi di musim dingin, dan 1 April terjadi di musim semi. Apabila lamanya satu tahun kalender kita adalah 365 hari, penanggalan ini menjadi tidak selaras dengan musim-musim. Pada suatu saat, 25 Desember terjadi di musim dingin, maka 800 tahun kemudian terjadi di musim panas. Membuat satu tahun kalender kita menjadi 366 hari tidak menyelesaikan masalah, akan tetap ada selisih tapi kali ini kelebihan 0.7578125 hari atau sekitar 18 jam.
Sosigenes dari Aleksandria, astronom yang membantu Julius Caesar menyusun sistem penanggalan, mengusulkan penggunaan tahun kabisat: Setiap empat tahun sekali lamanya satu tahun kalender menjadi 366 hari, selebihnya 365 hari. Artinya, dalam 4 tahun kalender ada 3 × 365 + 366 = 1461 hari, atau rata-rata 365.25 hari dalam satu tahun kalender. Selisih antara satu tahun kalender dengan satu tahun surya dengan demikian dapat diperkecil menjadi 0.0078125 hari saja atau hanya 11 menit 15 detik saja setiap tahunnya. Itulah alasan mengapa pada tahun kabisat, yaitu tahun yang angkanya habis dibagi 4, kita memiliki 366 hari.
Julius Caesar menyepakati sistem kabisat ini menetapkannya menjadi sistem penanggalan resmi Republik Romawi, dan dinamakan menurut namanya: Penanggalan Julian. Karena besarnya wilayah Republik yang kemudian berubah menjadi Kekaisaran Romawi ini, penanggalan ini tetap digunakan di Eropa dan Afrika Utara bahkan setelah Kekaisaran Romawi barat runtuh.
Reformasi kalender
Penggunaan sistem kabisat dalam penanggalan Julian dapat memperkecil selisih antara satu tahun kalender dengan satu tahun surya dari 5 jam menjadi 11 menit 15 detik saja, namun selisih itu tetaplah ada dan tetap mengakumulasi seiring dengan waktu. Setiap 128 tahun selisih tersebut bertambah 1 hari, dan 15 abad setelah Julius Caesar memperkenalkan Penanggalan Julian, selisihnya telah menumpuk menjadi 10 hari. Konsekuensinya, perayaan paskah semakin mundur ke arah musim panas, dan petinggi-petinggi gereja katolik mulai memikirkan reformasi kalender untuk kembali menyelaraskan satu tahun kalender dengan satu tahun surya.
Christopher Clavius (Gambar 3), matematikawan, astronom, dan padri Jesuit asal Jerman, mengusulkan perubahan sistem kabisat:
1) Tahun kabisat tetap normal terjadi 4 tahun sekali, kecuali dalam kasus tahun abad yaitu tahun yang habis dibagi 100 (misal tahun 1600, 1700, 1800, 1900, 2000, dst.) ditetapkan aturan berikut:
2) Dalam kasus tahun abad, hanya tahun yang habis dibagi 400 yang merupakan tahun kabisat. Dengan demikian tahun 1600, 2000, 2400, dst. adalah tahun kabisat namun tahun 1700, 1800, 1900, 2100, dst. bukanlah tahun kabisat meskipun tahun-tahun abad ini habis dibagi 4.
Dengan cara ini, lamanya satu tahun kalender menjadi 365.2425, dan selisih dengan satu tahun surya berkurang menjadi 27 detik saja setiap tahunnya. Ini sama dengan selisih satu hari saja setiap 3200 tahun.
Persoalan kedua yang harus dilakukan adalah kembali menyinkronkan penanggalan dengan musim-musim. Semenjak diadakannya Konsili Nikaia pertama pada tahun 325, yang menyepakati tanggal perayaan paskah dan menyelaraskan Penanggalan Julian dengan musim-musim, hingga tahun 1580an, selisih antara satu tahun kalender Julian dengan satu tahun surya sudah menumpuk menjadi 10 hari. Maka pada tahun 1582, Paus Gregorius XIII (Gambar 4), melalui bulla kepausan4Dekrit atau pengumuman yang ditulis Paus. Bulla artinya segel, yang memang ditempelkan di akhir dokumen untuk menunjukkan keaslian dekrit tersebut. Bulla kepausan hampir pasti ditulis dalam Bahasa Latin. yang berjudul Inter gravissimas memangkas 10 hari dari kalender Julian: Tanggal 4 Oktober 1582 tidak dilanjutkan dengan 5 Oktober 1582, melainkan 15 Oktober 1582, dan 10 hari yang hilang ini tidak diikutkan dalam perhitungan bunga peminjaman maupun pajak. Sistem penanggalan yang direformasi ini kemudian dinamakan menurut nama Paus Gregorius XIII: Penanggalan Gregorian.
Kerajaan-kerajaan katolik seperti Perancis, Spanyol, dan Portugal adalah yang pertama mengadopsi Penanggalan Gregorian dan memangkas 10 hari dalam penanggalan mereka. Kerajaan-kerajaan lain yang tidak beragama katolik tidak serta-merta mengadopsi Penanggalan Gregorian. Ratu Elizabeth I dari Inggris, misalnya, yang kerajaannya memisahkan diri dari katolisisme dan mendirikan gereja sendiri yaitu Anglikan, mendapat tentangan dari uskup-uskup Anglikan yang memusuhi gereja katolik. Baru pada tahun 1750, Inggris mengadopsi Penanggalan Gregorian. Pada masa ini, selisih antara penanggalan Julian dengan Gregorian sudah menjadi 11 hari dan oleh karena itu 11 hari dipangkas dari penanggalan Inggris.
Untuk dipikirkan di masa depan
Selesaikah masalah? Sebagaimana kita lihat, sistem kabisat Penanggalan Gregorian dapat memperkecil selisih antara satu tahun kalender Gregorian dengan satu tahun surya menjadi 27 detik saja setiap tahunnya, atau sekitar 1 hari setiap 3200 tahun. Selisih ini amat sangat kecil namun tetaplah ada. Artinya, 30 000 tahun lagi, Penanggalan Gregorian akan berselisih sekitar 10 hari dari satu tahun surya, dan kita perlu memikirkan lagi cara mereformasi penanggalan syamsiah agar kembali selaras dengan musim-musim.
Persoalan reformasi kalender diperrumit dengan kenyataan bahwa lamanya satu tahun surya tidaklah tetap. Masih ingat, beberapa saat lalu kita mematok bahwa lamanya satu tahun surya adalah 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 45 detik atau sama dengan 365.2421875 hari? Angka ini adalah nilai rata-rata, dan selalu berubah dari tahun ke tahun. Angka yang saya kutip ini adalah lamanya satu tahun surya pada tahun 2015. Pada tahun 2000, nilai rata-rata lamanya satu tahun surya adalah 365.24219 hari. Salah satu penyebab perubahan lamanya satu tahun surya ini adalah karena lamanya satu hari terus berubah. Artinya kita mencoba mengukur suatu periode waktu (satu tahun surya) dengan suatu acuan (satu hari) yang nilainya juga selalu berubah. Lamanya satu hari di Bumi ditentukan oleh periode rotasi Bumi, dan periode rotasi Bumi semakin melambat sebesar 2.7 milidetik (satu milidetik adalah 1/1000 detik) setiap tahunnya. Perlambatan periode rotasi Bumi ini disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi Bulan. Massa Bulan memang lebih kecil dari Bumi, namun pengaruh gaya gravitasinya tetap ada dan pengaruh jangka pendeknya bisa kita amati dalam wujud pasang-surut air. Pengaruh jangka panjangnya adalah perlambatan rotasi Bumi. Memang laju perlambatan 2.7 milidetik per tahun ini amat sangat lambat sekali… tapi lagi-lagi akumulasi perlambatan ini akan semakin menumpuk apabila kita mempertimbangkan jangka waktu yang amat sangat lama… satu milyar tahun lagi, saat kita semua sudah lama mati dan entah jenis kehidupan macam apa yang mengisi planet Bumi kita ini, lamanya satu hari akan menjadi sekitar 30 kali lipat dari yang sekarang!
Kekaisaran Rusia dan Penanggalan Gregorian
Mari kita lupakan sejenak perihal masa depan yang amat sangat jauh itu dan kembali ke Kekaisaran Rusia…
Kerajaan-kerajaan di Eropa Timur pada umumnya lambat dalam mengadopsi Penanggalan Gregorian karena pengaruh Gereja Ortodoks Timur yang semenjak lama memang telah pecah dengan Gereja Katolik. Di Rusia sendiri, semenjak awal Peter yang Agung—Tsar pertama Rusia—ingin mengadopsi penanggalan Gregorian sebagai bagian dari proyek modernisasi Rusia, namun menteri pendidikan menghambat ini karena khawatir akan menimbulkan kebingungan. Usaha-usaha berikutnya yang melibatkan astronom-astronom Rusia kembali mendapat hambatan, kali ini dari petinggi gereja.
Penolakan atas reformasi penanggalan karena penolakan oleh elemen-elemen konservatif di dalam negara adalah satu episode kecil yang menggambarkan konservatifnya rezim otokrat Rusia. Ketika raja-raja Eropa terjungkal dari kekuasaannya, atau dibatasi kekuasaannya dalam wujud sistem monarki konstitusional, Kekaisaran Rusia tetap bertahan dengan monarki absolut. Selama tiga abad dinasti Romanov memerintah dengan tangan besi. Polisi rahasia mematai-matai warga dan kelompok-kelompok radikal yang bekerja di bawah tanah, ada semacam badan legislatif tapi tidak punya kekuatan apa-apa, tidak ada serikat yang legal, dan hampir semua institusi sosial yang ada adalah bentukan negara. Bahkan petinggi-petinggi gereja Ortodoks diangkat oleh Tsar. Pada tahun 1848, anarkis Mikhail Bakunin menggambarkan Kekaisaran Rusia sebagai “benteng terakhir despotisme”. Ketika Marx dan Engels menulis manikom (Manifesto Komunis), paragraf pembukanya mengikutkan Tsar sebagai bagian dari “persekutuan keramat” untuk mengusir hantu komunisme yang bergentayangan di Eropa. Rezim ini baru tumbang setelah berbagai rangkaian krisis yang tak mampu diselesaikan semakin menunjukkan bahwa cara pemerintahan semacam ini sudah berada dalam tahap pembusukan akut dan hilang kontak dengan kenyataan.
Sebagaimana telah diceritakan di awal, persoalan reformasi kalender di Rusia baru diselesaikan ketika Partai Bolshevik memegang tampuk pemerintahan. Dekrit Sovnarkom (Gambar 2) yang ditandatangani Lenin tersebut dibuka dengan pernyataan bahwa “penanggalan Gregorian diadopsi agar Rusia mencatat waktu dengan cara yang sama dengan hampir semua masyarakat beradab”.
Gambar 5. Sesi rapat Sovnarkom pada bulan Maret 1918. Sumber: Wikimedia.
Dikeluarkannya Dekrit Sovnarkom untuk mengadopsi sistem penanggalan Gregorian, bagi kaum Bolshevik, adalah bagian dari berbagai usaha untuk merombak tatanan lama dan membawa Rusia keluar dari keterbelakangannya. Di kemudian hari, ketika menulis sejarah Revolusi Rusia, Trotsky—salah satu pemimpin Partai Bolshevik dan pelaku utama dalam Revolusi Oktober—menulis, “sebelum kita dapat menggulingkan penanggalan [Julian] ini, revolusi harus terlebih dahulu menggulingkan institusi-institusi yang masih melengket padanya.”***
Catatan kaki[+]
↑1 | Petrograd adalah ibu kota Kekaisaran Rusia pada saat itu. Sebelumnya kota ini bernama Saint Petersburg, kemudian menjadi Petrograd, setelah Revolusi Oktober 1917 berubah nama menjadi Leningrad, dan setelah bubarnya Uni Soviet berubah kembali menjadi Saint Petersburg. |
---|---|
↑2 | Sepuluh Hari yang Mengguncang Dunia (Ten Days that Shook the World) adalah judul buku karya aktivis sosialis dan wartawan Amerika Serikat, John Reed. Buku tersebut adalah sebuah laporan pandangan mata mengenai peristiwa-peristiwa seputar Revolusi Oktober 1917. Antara Agustus 1917 hingga awal 1918 John Reed tinggal di Rusia, bekerja sebagai koresponden koran The Masses, dan menyaksikan dan mengalami langsung Revolusi Oktober. Sutradara Sergei Eisenstein kemudian menjadikan judul buku tersebut ke dalam subjudul filmnya yang menceritakan Revolusi Oktober. Kisah hidup John Reed dan istrinya, Louise Bryant, difilmkan oleh Warren Beatty dalam film Reds (1981). John Reed diperankan oleh Warren Beatty sendiri dan Louise Bryant diperankan oleh Diane Keaton. |
↑3 | Sovnarkom adalah singkatan dari Soviet narodnykh kommissarov, yang artinya Dewan Komisar Rakyat. Pada intinya Sovnarkom adalah badan eksekutif dalam sistem pemerintahan Soviet, dan komisar setara dengan menteri. Ketua Sovnarkom dengan demikian adalah kepala pemerintahan. Lenin dipilih menjadi Ketua Sovnarkom pertama. Lenin kurang menyukai istilah “Menteri” karena terdengar borjuis. Trotsky mengusulkan agar menteri diganti “Komisar” saja. Lenin menyukainya karena terdengar revolusioner dan seperti jaman Revolusi Perancis. |
↑4 | Dekrit atau pengumuman yang ditulis Paus. Bulla artinya segel, yang memang ditempelkan di akhir dokumen untuk menunjukkan keaslian dekrit tersebut. Bulla kepausan hampir pasti ditulis dalam Bahasa Latin. |