Dari Patroli Tani ke Gerakan Anti-Fujimori: Bagaimana Kaum Kiri Peru Menang Pemilu?

Print Friendly, PDF & Email

Foto: marxist.com


PEDRO CASTILLO dari Partido Político Nacional Perú Libre (Partai Peru Merdeka) baru saja dinyatakan menang dalam pemilihan presiden Peru. Mewakili kekuatan kiri, Castillo berhadapan dengan Keiko Fujimori dari Fuerza Popular (Kuasa Rakyat), partai ultra-kanan yang mewarisi cita-cita para pendukung Alberto Fujimori, diktator Peru yang berkuasa sejak 1990 hingga 2000. 

Menjelang pemungutan suara, Lautaro Rivara dari America Latina en Movimiento berbincang-bincang dengan Santos Saavedra Vásquez, presiden Pusat Persatuan Nasional Patroli Tani Pedesaan dan Perkotaan (CUNARC). Rivara dan Vásquez membahas putaran kedua pemilihan presiden yang diselenggarakan pada 6 Juni lalu beserta makna pentingnya bagi warga pedesaan, petani, dan masyarakat Peru. 


Lautaro Rivara: Anda berasal dari provinsi Cajamarca, sebuah tempat bersejarah sejak pecahnya pemberontakan Tupac Amaru II sekaligus situs pertambangan ekstraktif. Di sebuah negara yang begitu terpusat di ibukota Lima, apa tuntutan warga Peru hidup di pedalaman dan pedesaan? 

Santos Saavedra Vásquez: Sekarang saya berada di sini [Cajamarca], di tempat yang melahirkan Republik [Peru]. Tahun ini Republik juga berusia dua abad. Dua ratus tahun telah berlalu, tetapi “Peru Pedalaman” terus dikucilkan dan tak kunjung diperhitungkan oleh negara dalam pengambilan kebijakan publik. Pengucilan ini bahkan memburuk seiring pemberlakuan kebijakan model neoliberal selama 30 tahun terakhir yang telah meminggirkan kami dalam segala hal.

Kebijakan pembangunan Peru sangat terpusat. Lebih dari 70% anggaran negara terkonsentrasi di tangan pemerintah pusat. Peru juga memiliki pemerintah lokal yang diwakili pejabat seperti gubernur dan walikota, dengan kebutuhan yang belum terpenuhi. Kesenjangan sosial di Peru belum teratasi: layanan sosial dasar, hak mengakses pendidikan, kesehatan, masalah keterhubungan jalan, hak atas koneksi internet di zaman serba virtual ini, dll.  Kekayaan yang telah dihisap dari pedalaman Peru, dari lingkungan beserta masyarakatnya, amat berlimpah. Namun, kekayaan ini belum didistribusikan.

Segala hal di pedalaman selalu dipaksakan dari atas: calon presiden, proyek pembangunan, semuanya. Kebutuhan nyata masyarakat belum diperhitungkan. Peru adalah negeri yang sangat beragam, sangat kaya air, hidrokarbon, pertambangan, dan potensi perikanan. Kami belum pernah melihat limpahan kekayaan ini mengalir ke rakyat.


Saat menjabat presiden CUNARC, Anda menyebut seluruh Peru akan menjadi wilayah para ronderos (petugas patroli petani). Apakah ini jadi kenyataan? Bisakah Anda menjelaskan siapa para petugas patroli ini, apa yang mereka lakukan, dan dari mana mereka berasal?

Kami mengidentifikasi diri sebagai keturunan masyarakat adat. Selama penjajahan dan setelahnya, selama lebih dari 40 tahun, kami selalu muncul dan bersatu kembali. Kami ini sekumpulan organisasi kolektif yang berakar di kota-kota di daerah pedesaan. Kami berpijak pada organisasi yang memiliki sejumlah prinsip, kepercayaan mistisis, dan kedisiplinan.

Kami khususnya bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pemerintahan mandiri. Kami juga mengusahakan keamanan kolektif dan institusi peradilan secara mandiri. Kami mempertahankan hak atas wilayah, hak atas tanah dan air, ketika muncul perjuangan anti-ekstraktif. Kami juga berupaya terlibat dalam dialog dengan negara. CUNARC didirikan lebih dari 40 tahun silam di bagian utara Peru dan menyebar secara nasional. Organisasi ini sekarang menjadi wadah yang terpandang di masyarakat dan sangat diperhitungkan oleh negara. Konstitusi pun akhirnya mengakui fungsi-fungsi politik CUNARC.

Dalam beberapa hal CUNARC memiliki kekuatan sejajar dengan lembaga yudikatif, bahkan lebih berdampak. Tak heran, negara selalu merespons kami dengan kriminalisasi, penganiayaan, atau tuduhan bahwa kami bertindak di luar hukum dan melanggar HAM. Komitmen kami untuk negara adalah menjadikan seisi negeri wilayah ronderos sehingga patroli tani bisa eksis di daerah-daerah yang belum memilikinya, terutama di desa-desa, di wilayah tengah dan selatan.

Pengaruh kami paling kuat bisa dirasakan di utara, tapi pembentukan patroli tani dilakukan dengan niat dan tekad warga, baik laki-laki maupun perempuan, yang mendiami suatu wilayah. Tak ada pemaksaan. Yang ada adalah proses kesadaran. Kami sudah mencapai kemajuan dalam pembangunan struktur organik: kami mengorganisir patroli di tingkat akar rumput, kabupaten, provinsi, di lingkup daerah dan nasional. Organisasi kami otonom, independen dari pemerintah yang berkuasa.


Ronderos, Pedro Castillo, dan Partai Peru Merdeka sukses melambungkan gagasan bahwa Majelis Konstituante harus segera dibentuk. Menurut Anda transformasi seperti apa yang paling penting dan mendesak bagi Peru? Apa artinya perubahan ini, misalnya, untuk pembangunan negara plurinasional?

Konstitusi politik kami diberlakukan secara paksa oleh kediktatoran [Fujimori] pada 1990-an. Konstitusi ini tak lain adalah piagam neoliberal yang sepenuhnya disusun untuk melayani kepentingan klik-klik bisnis dan politik, yang hampir semua anggotanya kini meringkuk di bui. Konstitusi ini jelas mengucilkan kami dan tak dibuat oleh orang-orang yang terorganisir [di akar rumput]. Dengan kata lain, tidak mewakili aspirasi mayoritas.

Dalam Konstitusi baru, kami perlu menelisik bab tentang ekonomi, karena di bawah kebijakan neoliberal sumber daya strategis kami telah sepenuhnya diserahkan ke pasar, ke sektor swasta. Selama pandemi, kami menyaksikan negara sangat kekurangan. Kementerian Kesehatan minim peralatan yang diperlukan karena sektor kesehatan telah diprivatisasi. Kelompok-kelompok bisnis tak menunjukkan solidaritas apapun dalam situasi ini. Negara tidak boleh melepaskan kewenangannya dan tunduk pada korporasi-korporasi besar.

Untuk itulah kami perlu memulihkan bisnis-bisnis strategis yang telah dilego pemerintah neoliberal. Kami mengusulkan reorganisasi wilayah untuk memeriksa di mana saja aktivitas-aktivitas [ekonomi] terselenggara, untuk memastikan ada keragaman produksi, sehingga Peru tidak cuma jualan batu dan jadi pengekspor bahan mentah. Kami bercita-cita menjadi negara industri, karena kami punya unsur-unsur yang mampu mendukungnya.

Selanjutnya, kami mengajukan Konstitusi plurinasional, karena Peru terdiri dari bangsa-bangsa yang berbeda, baik di wilayah Andes dan Amazon—yang saat ini dikucilkan dari pengambilan kebijakan negara. Kami kini tengah berjuang memenangkan proses pemilu, baru kemudian memulai proses perubahan konstitusi (constituent process). Kami merintis jalan baru tanpa mengikuti atau meniru yang sudah ada. Kampanye kaum sayap kanan menuduh kami ingin meniru model negara lain, tapi itu tidak terjadi. Pada titik ini, kami terinspirasi pemikiran brilian José Carlos Mariátegui, salah satu revolusioner terpenting di Amerika Latin. Posisi Mariátegui jelas dalam hal ini: kita harus menjalankan proses revolusi yang orisinal.


Bagaimana Anda menjelaskan hasil putaran pertama? Apa analisis Anda tentang kemungkinan pemilihan putaran kedua pada 6 Juni? Apa yang Anda harapkan dari kepresidenan Pedro Castillo, seorang mantan rondero dan guru desa?

Hasil yang sudah kami capai tentu tidak diharapkan oleh kaum kanan atau kelompok bisnis. Media-media besar yang sangat perkasa itu juga tak menduga kami menang. Pada kesempatan ini, harapan besar muncul bersama seorang saudara kami, seorang petani asal pedalaman, tempat lahirnya gerakan patroli tani. Harapan ini adalah gema peringatan dari dua abad Republik Peru serta perlawanan terhadap penipuan dan pengkhianatan sederet pemerintahan yang pernah berkuasa selama puluhan tahun.

Pedro Castillo mengejutkan banyak orang. Protes-protes sosial jalanan telah beralih menjadi protes pemilu. Di situlah para tuan besar yang terlibat korupsi dan saling terlindungi ini dihukum. Rakyat benar-benar puas. Ini situasi yang bersejarah. Rakyat merasa sepenuhnya merasa sejalan dengan kandidat tani seperti Castillo. Para rondero, petani dan petani penggarap, pekerja, guru adalah bagian dari proses ini.

Ada pertarungan antara dua kutub yang berlawanan. Kandidat lainnya, Keiko Fujimori, adalah warisan kediktatoran neoliberal dan otoritarianisme. Dia ingin melanjutkan model yang jelas gagal, dengan konstitusi yang sudah meminggirkan banyak orang. Pilihan lain muncul dari orang-orang Peru pedalaman: mereka mengajukan model pemerintahan yang patriotik dan demokratis dengan dukungan sosial yang luas, yang kelak mampu mengumpulkan Majelis Konstituante.

Inilah dua model yang diperdebatkan. Kami harus menang dan kami harus tahu cara memerintah. Itulah tantangan kami, dan kami sudah bekerja sangat keras untuk itu. Kami harap Peru berubah, juga dalam konteks Amerika Latin. Kami sedang menyaksikan titik balik bersejarah. Kampanye dan kandidat kami populer—ini terbukti di mana pun gagasan dan kandidat kandidat kami ditampilkan.


Apa menurut Anda akan ada risiko manipulasi pemilu, kecurangan, atau bahkan kudeta yang dapat mencegah kemenangan sah Pedro Castillo dalam putaran kedua ini?

Kaum kanan bisa melakukan itu semua dan banyak tindakan lainnya. Kami sudah menyaksikan manuver-manuver mereka di negeri-negeri jiran. Mereka bisa pakai kekerasan atau pakai cara lain. Soal main curang, mereka sudah makan asam garam, terutama dengan penyelenggara pemilu. Di babak pertama, misalnya, ditemukan surat suara yang sudah dicoblos. Isinya mendukung Keiko Fujimori. Apapun yang terjadi, kami berusaha agar pemilu tetap bersih karena rakyat juga menggelar pemilu ini dengan sebersih-bersihnya. Kami sedang bersiap mempertahankan kemenangan kandidat pilihan rakyat.


Jika Keiko Fujimori menang, apa yang Anda harapkan dari pemerintahannya? Keiko telah menerima dukungan kelompok konservatif yang jejaringnya sangat luas, dari partai Aliansi Kerakyatan Revolusioner Amerika (APRA) hingga kandidat Mario Vargas Llosa, plus Amerika Serikat dan media-media besar.

Kami sama sekali tidak heran kalau kaum kanan bersatu karena mereka bagian dari model yang sama dan konstitusi yang sama. Kediktatoran Alberto Fujimori sangat mengerikan: Hak Asasi Manusia dilanggar, pelajar dan guru dibunuh, semua perusahaan strategis milik negara dijual, korupsi merajalela dan dibeking kekuatan-kekuatan besar. Seluruh lembaga negara, mulai dari kejaksaan, penyelenggara pemilu, dan peradilan sepenuhnya dikontrol rezim. Dengan dalih memberantas terorisme, mereka melakukan terorisme. Ada lebih dari 63.000 korban jiwa pada zaman Fujimori.

Itulah sebabnya diktator Alberto Fujimori dipenjara, dihukum karena kejahatan terhadap kemanusiaan, bersama rekan-rekannya yang lain. Kediktatoran Fujimor benar-benar sudah jadi kanker mematikan bagi Peru. Benar-benar menghancurkan negara. Meski demikian, orang-orang ini terus memegang sebagian kekuasaan dan masih punya pengaruh di parlemen. Pemerintah boleh terus berganti sejak 1990-an, tapi selama 30 tahun itu pula tiap pemerintahan yang berkuasa melanjutkan model ekonomi dan politik yang itu-itu juga.

Kami akhirnya ingin menyingkirkan kediktatoran neoliberal ini. Mereka memang koar-koar soal korupsi dan Keiko Fujimori sudah diancam hukuman 30 tahun penjara untuk kasus korupsi Odebrecht. Tapi, pengadilan tetap saja memberinya kebebasan bersyarat agar bisa ikut pemilu. Orang-orang ini tak mau membayar kejahatan yang telah mereka lakukan. Mereka dan kroni-kroninya ingin selamat dari penjara. Itulah sebabnya mereka sekarang satu suara, menyerang rakyat, menuding bahwa ekonomi akan hancurkan, bahwa investasi akan lenyap, bahwa komunisme akan datang, bahwa kami akan melakukan hal yang sama seperti negara-negara tetangga.

Apapun itu, kami akan waspada dengan segala kemungkinan. Kami menyambut baik dukungan gerakan sosial dan para pemimpin progresif di Amerika Latin. Kami akan sangat hati-hati menggagas proses pembangunan pemerintahan yang berdaulat, yang tidak tunduk pada imperialisme.***


Wawancara asli dilakukan dalam bahasa Spanyol oleh America Latina en Movimiento dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Tanya Wadhwa untuk Peoples Dispatch. Diterbikan di IndoPROGRESS dengan seizin Peoples Dispatch untuk tujuan pendidikan.


 

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.