Memahami Bali Melalui Pecalang
KETIKA mendengar nama ‘Bali’, yang pertama muncul dalam benak kita adalah tujuan pariwisata dengan tawaran menggiurkan; masyarakat yang ramah, serta budaya unik yang menjadi ciri khasnya. Hal ini tampak pada kita sebagai suatu yang niscaya, sesuatu yang ‘sudah dari sononya’. Bali sering kita anggap sebagai daerah yang ‘netral’, bebas dari pengaruh global dan kuat bertahan dengan tradisinya. Pandangan ini mendudukan Bali sebagai semacam suaka yang harus dijaga dan dijauhkan dari perubahan-perubahan yang disebabkan berbagai krisis, entah tingkatan nasional maupun global. Di sinilah pra-anggapan tentang Bali ini menjadi semacam disiplin, yang ditaati oleh segenap manusia Bali dan menjadi tolak ukur perkembangan Bali yang normal.