1. Beranda
  2. /
  3. Topik
  4. /
  5. LKIP Edisi 02

LKIP Edisi 02

Beberapa Catatan untuk PULANG

Selama ini, membaca, bagi saya, adalah kegiatan yang nyaris sepenuhnya bersifat pribadi, yang baik dalam proses maupun hasilnya tidak melibatkan orang lain. Seperti halnya makan, buang hajat, dan menonton film yang senantiasa saya lakukan secara soliter. Namun, lama-kelamaan timbul juga keinginan untuk membaca dengan cara berbeda.

Mulanya memang tidak jelas apa yang saya maksud dengan “berbeda” itu, sampai kemudian seorang kawan mengajak saya membaca sebuah novel yang sama, membuat catatan atau komentar-komentar atas novel itu, lalu membandingkan catatan kami satu sama lain. Dengan kobar luar biasa—yang saya pikir agak salah tempat—si kawan berusaha meyakinkan saya bahwa cara tersebut sungguh efektif untuk membangun sikap kritis dalam membaca. Semangat saya, seperti biasa, tentu saja lebih redup dari siapa pun, tapi akhirnya ajakan itu tetap saya terima.

Saduran Puisi-Puisi Marx

Ada beberapa hal yang bisa dikritik dari Marx. Tentu, Franz-Magnis Suseno pun mengakui, Marx hanya manusia biasa, bukan Tuhan, dan—kita hanya perlu merujuk pada kapasitas Fraz-Magnis sebagai seorang pastor dalam hal ini—ia punya banyak salah dan dosa. Bangunan teoretisnya pun—lagi, seturut mazhab Jesuit—bertanggung jawab atas melayangnya jutaan nyawa manusia (sebagai orang beriman, Franz-Magnis melihat kematian sebagai takdir, dus “tanggung jawab” Tuhan), kemelaratan (lagi, ini semata-mata takdir), serta kekejaman (please, Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomorrah hanya karena mereka gay!) di seantero dunia. Dengan demikian, Marx salah bukan hanya karena ia ingin membangun “kerajaan Allah” di muka bumi—suatu pekerjaan yang mustahil dan bahkan, jika kita hidup di abad pertengahan, menghina Tuhan—melainkan juga karena ia telah menghabiskan hidupnya untuk mengajarkan paham ekonomi-politik yang tidak manusiawi—dan kita tahu, dengan segala ke-maha-annya, Tuhanlah yang paling tidak manusiawi.

Marx-Engels: Tentang Produksi Artistik dan Realisme

Teori Marx yang kerap diaplikasikan untuk membaca relasi antara produksi artistik—dalam konteks ini seni—dengan produksi material—dalam konteks ini ekonomi—adalah teorinya tentang struktur masyarakat. Dalam teori tersebut, Marx melihat bahwa dalam sebuah masyarakat terdapat dua buah struktur, yakni ‘struktur atas’ atau suprastruktur dan ‘struktur bawah’ atau basis. Suprastruktur secara umum terdiri dari entitas kesadaran, sedangkan basis struktur secara umum terdiri dari entitas material. Lebih lanjut, seni—seperti halnya hukum, ilmu, politik, filsafat, ideologi—merupakan bagian dari entitas kesadaran atau suprastruktur, sedangkan ekonomi merupakan bagian dari entitas materi atau basis struktur.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.