Beberapa Catatan untuk PULANG
Selama ini, membaca, bagi saya, adalah kegiatan yang nyaris sepenuhnya bersifat pribadi, yang baik dalam proses maupun hasilnya tidak melibatkan orang lain. Seperti halnya makan, buang hajat, dan menonton film yang senantiasa saya lakukan secara soliter. Namun, lama-kelamaan timbul juga keinginan untuk membaca dengan cara berbeda.
Mulanya memang tidak jelas apa yang saya maksud dengan “berbeda” itu, sampai kemudian seorang kawan mengajak saya membaca sebuah novel yang sama, membuat catatan atau komentar-komentar atas novel itu, lalu membandingkan catatan kami satu sama lain. Dengan kobar luar biasa—yang saya pikir agak salah tempat—si kawan berusaha meyakinkan saya bahwa cara tersebut sungguh efektif untuk membangun sikap kritis dalam membaca. Semangat saya, seperti biasa, tentu saja lebih redup dari siapa pun, tapi akhirnya ajakan itu tetap saya terima.