1. Beranda
  2. /
  3. Topik
  4. /
  5. LBR Edisi XIV/2013

LBR Edisi XIV/2013

Edisi XIV/2013

DINI HARI, 1 Oktober 1965. Menteri Panglima Angkatan Darat (AD) Letjen Ahmad Yani dan lima orang jenderal yang menjadi staf umumnya, diculik oleh kelompok yang menamakan dirinya Gerakan 30 September (G30S). Gerakan ini menyatakan bahwa tujuan aksi mereka adalah mengamankan Presiden Soekarno dan mencegah kup kontra-revolusioner yang akan dilakukan oleh kelompok yang dinamakan Dewan Jenderal. Umur gerakan ini tidak panjang. Di Jakarta, G30S langsung dipukul mundur pada petang harinya oleh pasukan komando Mayor Jenderal Soeharto, yang mengambil alih komando AD setelah Ahmad Yani terbunuh. Hari berikutnya, 2 Oktober 1965, semua pasukan G30S sudah ditangkap atau melarikan diri. Sementara di Jawa Tengah, G30S hanya bertahan sampai 3 Oktober 1965.

LIBERTARIAN BERSAUDARA: Resensi Buku Anarchy, State, and Utopia dan The Philosopher and His Poor

APA JADINYA bila seorang libertarian-kiri dihadapkan dengan libertarian-kanan? Apakah keduanya akan berdebat secara brutal, atau malah saling memuji satu sama lain? Resensi komparatif ini berangkat dari rasa penasaran itu. Kita akan mengkaji isi pemikiran Robert Nozick dalam karya seminalnya, Anarchy, State, and Utopia (selanjutnya disingkat ASU) dalam perbandingannya dengan pemikiran Jacques Rancière dalam The Philosopher and His Poor (selanjutnya disingkat PHP). Nozick adalah seorang libertarian-kanan yang melegitimasi secara filosofis argumen-argumen Ludwig von Mises, Friedrich Hayek, Murray Rothbard dan kawan-kawannya. Sementara Rancière adalah seorang mantan Althusserian yang berpaling ke anarkisme keperancis-perancisan. Kita akan lihat sejauh mana keduanya berbeda (dalam kata) dan sejauh mana keduanya bersaudara (dalam roh).

Arianto Sangaji: Pilihannya Sederhana, Sosialisme atau Barbarisme

PADA masa krisis kapitalisme global, Bloomberg, sebuah media korporat besar yang memfokuskan pada isu-isu ekonomi, sempat mengeluarkan sebuah artikel pada 2011 yang berjudul, ‘Give Karl Marx a Chance to Save Global Economy’ (Berikan Karl Marx Kesempatan untuk Menyelamatkan Ekonomi Global). Inti argumen dari artikel tersebut sangat sederhana, pandangan Marx mengenai kapitalisme sangat relevan dalam kondisi krisis kapitalisme sekarang. Bahkan secara implisit artikel tersebut hendak mengatakan kepada kita, alih-alih meninggalkan Marx karena prediksinya yang gagal mengenai kemunculan komunisme, kita harus kembali ke proyek awal Marx mengenai kritik ekonomi politik kapitalisme itu sendiri. Suatu hal yang setidaknya harus diajukan kembali dalam problem pengetahuan kita sekarang ini.

Mengenal Karl Marx Sebagai Antropolog

Buku ini secara keseluruhan memberikan keterangan-keterangan yang cukup terperi ihwal apa saja pemikiran, teori, konsep, dan pendekatan Marx terhadap persoalan-persoalan inti di dalam disiplin antropologi. Bagi saya sendiri, buku ini lebih merupakan sebuah biografi. Bedanya dengan biografi-biografi Marx lainnya, di dalam buku ini Marx berdiri sebagai antropolog. Sebagai biografi intelektual, buku ini memang mesti diperlakukan sebagai pengantar. Di dalamnya pembaca akan mendapati kutipan-kutipan langsung atas apa yang dikatakan Marx berkenaan dengan berbagai persoalan teoritis yang juga digeluti antropolog. Seringkali kutipan itu panjangnya sepertiga halaman buku. Bagi pembaca yang sudah lebih dahulu akrab dengan karya-karya Marx, tampak model penulisan buku ini buang-buang ruang. Tetapi buat pelajar pemula, cara ini dapat menolong kita untuk menengok langsung ke dalam kata-kata Marx sendiri perihal apa yang hendak dijelaskannya.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.