1. Beranda
  2. /
  3. Topik
  4. /
  5. LBR Edisi VIII/2013

LBR Edisi VIII/2013

Meretas Otonomi Terhadap Kapital Melampaui Anti-Depresan

GILLES Deleuze dan Felix Guattari suatu kali pernah mengatakan bahwa pertanyaan mendasar yang selalu menghantui kolaborasi mereka adalah sebuah puzzle mengenai perlawanan: ‘the problem is not why people revolt, but why they don’t.’ Bahkan, di Anti-Oedipus, keduanya juga terpusingkan dengan teka-teki ‘why do people desire their own repression?’

Pertanyaan-pertanyaan ini tentu saja berseberangan dengan pandangan umum yang selalu menyatakan (kadang secara mesianik), apabila seseorang ditindas sampai titik nadirnya maka ia akan melawan balik. Jika masa-masa perjuangan anti-kolonial (formal) dulu yang menjadi backdrop sosial-politik bagi pertanyaan-pertanyaan ini, maka bisa saja pertanyaan ini menjadi tidak relevan. Sebabnya, para pejuang anti-kolonial toh pada akhirnya bangkit balik melawan penjajahnya demi merebut kemerdekaan. Adalah kapitalisme pasca-industri (atau pasca-Fordis) yang menjadi latar yang memungkinkan pertanyaan ini muncul dan menjadi relevan, setidaknya bagi Deleuze dan Guattari. Lebih spesifiknya, Deleuze akan menyebut kapitalisme seperti ini sebagai ‘masyarakat kontrol’ (society of control).

Prof. Vedi R. Hadiz: Gerakan buruh mesti menjadi bagian dari perjuangan yang lebih luas

PASCA runtuhnya rezim Orde Baru Soeharto, Indonesia memasuki satu tahapan baru dari perkembangan kapitalisme, yakni tahap kapitalisme-neoliberal. Tahapan ini mensyaratkan pergeseran peran negara ke arah yang lebih melayani kepentingan produksi dan reproduksi kapital, ketimbang beperan sebagai pelayan kepentingan publik.

Dalam pergeseran fungsi negara itu, demokrasi lantas hanya menjadi kendaraan bagi elite untuk mengukuhkan kekuasaan oligarkisnya, dan membendung bangkitnya kekuatan rakyat yang independen, dengan memainkan isu-isu berlatar etnis dan keagamaan. Melalui isu-isu berbasis identitas ini, keresahan rakyat akibat penerapan kebijakan neoliberal yang dikemudikan oleh oligarki dikanalisasi ke jurusan sektarianisme sekaligus dibonsai perkembangan kesadaran kelasnya. Konflik yang berkembang lantas menjadi konflik horisontal.

Kembali Mengupas Sejarah Sosial Pemikiran Politik Barat

PEMIKIRAN politik Barat seringkali dipahami dan dipelajari secara parsial atau setengah-setengah. Baik dalam diskursus politik di tanah air maupun di kelas-kelas ilmu politik di negara industrialis maju, pemikiran politik Barat seringkali direduksi menjadi pengetahuan akan jargon-jargon belaka. Akibatnya, pemahaman kita menjadi jargonistik dan ahistoris, memakai istilah-istilah seperti ‘hak,’ ‘negara,’ ‘kedaulatan,’ ‘kebebasan’ dan ‘kapitalisme’ tanpa memahami konteks historis dari istilah-istilah tersebut.

Di tengah-tengah kondisi tersebut, Ellen Meiksins Wood berusaha memberikan analisanya tentang Pemikiran Politik Barat melalui perspektif sejarah sosial dari Abad Renaisans hingga Abad Pencerahan. Buku ini, yang merupakan lanjutan dari buku Wood sebelumnya, yaitu Citizens to Lords, membahas berbagai pemikiran filsuf politik Barat, dari Machiavelli hingga Spinoza, dari Montesquieu hingga Locke dengan meletakkannya pada konteks sosio-historis pembentukan negara, perkembangan awal kapitalisme dan kelas borjuis, perebutan klaim kedaulatan, hingga benturan dan dialektika antara faktor-faktor ideasional dan material.

Kontradiksi Kerja-Upahan dan Kapital

WAGE-Labour and Capital pertama kali terbit dalam bentuk artikel berseri di surat kabar Neue Rheinische Zeitung, dimulai sejak 4 April 1849. Artikel berseri ini berisikan kumpulan ceramah Marx di Klub Pekerja Jerman (German Workingmen’s Club) di Brussels pada 1847. Seperti yang dikatakan Marx dalam Bab Pendahuluan, tulisan ini bertujuan untuk ’memeriksa secara lebih dekat kondisi ekonomi di atas mana berdiri keberadaan kelas kapitalis serta kekuasaan kelasnya, dan juga perbudakan para pekerja.’ Dalam pamflet ini, juga dibahas basis ekonomi dari kontradiksi yang tak terdamaikan antara kelas kapitalis dengan pekerja.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.