#VisualGusuran: Yang Subur Setelah Digusur
BARANGKALI BENAR apa yang dikatakan Seno Gumira Ajidarma. Katanya, homo Jakartensis hidupnya habis dimakan rasa takut atawa fobia. Nah, fobianya ini bisa macam-macam, dari yang
BARANGKALI BENAR apa yang dikatakan Seno Gumira Ajidarma. Katanya, homo Jakartensis hidupnya habis dimakan rasa takut atawa fobia. Nah, fobianya ini bisa macam-macam, dari yang
DUA minggu belakangan ini, Syriza melesat menyita perhatian banyak kawan, terutama beberapa teman dalam lingkaran pergaulan kami, baik dalam lingkup online maupun offline. Raihan 36%
LAYAKNYA Berto Tukan yang kebingungan menulis pengantar rubrik kliping edisi lalu, saya hampir mati kutu mencari ide membuka tulisan ini. Beruntung saya sempat mengintip timeline Instragram
KALAU saya sedang membicarakan soal pemilu, saya tak bakal langsung bicara hal-hal yang signifikan seperti perkiraan persentase golput, pentingnya pemilih muda atau urgensi menyusupkan agenda
Komposisi 45% Dangdut, 15% Grungy Pop, 5% Laidback Hip-Hop, 10% Indie Folk 5% Koplo, 5% Artsy Pop, 15% Genre lainnya. Cara kerja Mixtape Seperti kumpulan
Asalamualaikum Wr Wb.
Apa kabarmu Joni?
Ah maaf, aku lupa kau sudah jadi anak kota. Biar kutebak, kau pasti lebih nyaman dipanggil Johny kan? Joni dan Johny pelafalannya hampir sama. Tapi, Johny pasti lebih berkelas bagimu, begitu bukan?
Baiklah Jon eh John. Ibumu menyuratiku. Panjang sekali ia bercerita. Yang jelas, Ia minta aku memberi sedikit wejangan untukmu. Katanya “Beri Joni (maaf, ini tulisan Ibumu, lho ya) sedikit pegangan. Januari depan dia diwisuda. Lalu, ia bakal jadi karyawan. Nasihati dia biar sukses sepertimu.”
Gimana kabarmu, Min? Sudah jadi PNS, Min? Kaupasti sudah punya sepeda motor seperti layaknya pemuda desa, ‘kan? Kredit motor ‘kan murah, belilah satu biar kausama dengan mereka. Sumber, kampung kita, pastinya sudah maju ‘kan?
Namun, tampaknya semaju apa pun Sumber[1], aku belum mau pulang. Jakarta belum memberikan apa yang kuharapkan. Gajiku masih digerogoti sewa kostan yang mencekik. Dan jangan tanya masalah kelas sosial; konon pekerja kantoran level manajer rendahan sepertiku ini sudah masuk kelas menengah, tapi aku tak percaya. Wong, rasanya sama saja. Hidup cuma habis di bus kota dan kostan, atau khusus untuk aku, di pagelaran musik.
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.