Judul Buku: Engels, a revolutionary life
Penulis: John Green
Penerbit: Artery Publication
Tahun terbit: 2009
SEJAUH ini, jika kita bicara Engels, maka yang segera muncul di kepala adalah ia adalah kawannya Marx. Kawan setia sepenanggungan, yang pertemanan keduanya tidak saja mengagumkan tapi juga menggetarkan dan mengubah dunia. Tapi siapa sebenarnya Engels, dan bagaimana peranannya dalam gerakan sosialisme internasional, publik Indonesia tak banyak tahu.
Dalam penelusuran saya, sebetulnya sudah puluhan biografi diterbitkan sejak wafatnya Engels pada 5 Agustus 1895. Karl Kautsky pernah menulis riwayat ringkas Engels di penghujung abad ke-19. Lalu Lenin juga menulis riwayat singkatnya di awal abad ke-20. Biografi Engels paling lengkap pertama kali ditulis seorang ahli sejarah Jerman, Gustav Meyer pada 1920-an. Biografi dua jilid ini ditulis dalam Bahasa Jerman. Edisi ringkas terjemahan Inggrisnya diterbitkan pada 1934, setahun setelah Meyer berhasil ke London melarikan diri dari kejaran NAZI. Setelah karya Meyer terbit, hampir setiap satu dasawarsa diterbitkan satu biografi Engels dalam berbagai bahasa. Setidaknya, ada dua jenis biografi Engels yang pernah dituliskan, yakni riwayat hidup dan biografi kritis. Jenis pertama umumnya hanya menggambarkan perjalan hidup Engels dari asal-usul keluarga hingga wafatnya. Engels di sini lebih banyak ditampilkan sebagai seorang pribadi. Jenis kedua biasanya mencakup analisis terhadap pemikiran dan karya Engels dalam konteks perjalanan intelektual Engels. Termasuk ke dalam jenis ini, misalnya, adalah karangan Terrell Carver, Engels, yang terbit pertama pada 1981 (terbit ulang 2003) dan karangan J.D. Hunley, The Life and Thought of Friedrich Engels (1991).
Pada dasawarsa awal abad ke-21, terbit satu buku biografi Engels yang terbilang populer karangan Tristram Hunt, sejarawan sekaligus aktivis Partai Buruh Inggris. Pertama kali biografi itu diterbitkan di Inggris dengan judul The Frock-Coated Communist: the revolutionary life of Friedrich Engels (2009), lalu muncul edisi Amerika dengan judul Marx’s General: the revolutionary life of Friedrich Engels (2010), serta edisi terjemahan Perancis berjudul Engels, le gentleman révolutionnaire (2011). Buku ini condong ke jenis analisis historis, yang di banyak tempat kita bisa tengok analisis kritis terhadap konteks pemikiran Engels serta peran Engels dalam perkembangan Marxisme. Dipuji sejarawan Marxis, Eric Hobsbawm, sebagai ‘the best biography of one of the most attractive inhabitants of Victorian England, Marx’s friend, partner, and political heir,’ buku ini terbilang laris. Kelarisannya menandakan mulai ada perhatian kembali orang-orang di Eropa dan Amerika kepada sosok Engels.
Selain karangan Hunt, ada satu lagi biografi yang terbit di penghujung dasawarsa pertama abad ke-21, yakni karangan John Green, seorang wartawan dan pembuat film dokumenter. Judulnya Engels: a revolutionary life. Dibanding karangan Hunt, buku ini tidak begitu mendapat perhatian. Mungkin karena isinya sekadar riwayat hidup. Penulisnya pun bukan sejarawan. Buku ini saya miliki sebagai pemberian penulisnya. Pada akhir 2011, saya sudah memiliki beberapa buku biografi Engels berjenis analisis kritis. Saya sedang ingin membaca biografi Engels yang jenisnya sekadar riwayat hidup. Saya kirimlah email ke penulisnya. Tak disangka, penulisnya membalas dan menjanjikan pengiriman satu bukunya. Ketimbang buku-buku biografi Engels yang sudah saya punya, buku ini memberikan keterangan perihal Engels sebagai sosok yang sebelumnya tidak saya ketahui. Dua di antaranya ialah bahwa ayah Engels juga bernama Friedrich Engels dan bahwa Engels junior pernah menjadi letnan tempur pasukan kelas pekerja dalam revolusi 1848 di Prusia.
Apa yang saya tulis di sini, alih-alih resensi, mungkin lebih tepat disebut ringkasan saja. Sekadar turut memperingati hari kelahiran Engels.
Sebelum Marx
Menjelang 28 Nopember 1820, Friedrich Engels, seorang pebisnis di kota paling terindustrialisasi di Rheinland Prusia saat itu, Barmen, sedang menunggui istrinya melahirkan anak pertama. Laki-laki itu berharap betul istrinya bakal melahirkan seorang putra. Bagaimana pun juga, sebagai penerus usaha keluarga yang telah didirikan kakeknya, Johann Caspar Engels, di paro pertama abad ke-18, Friedrich ingin bisnisnya ada juga yang melanjutkan. Harapannya terpenuhi. Sesuai adat di kalangan elite masa itu, anak laki-laki pertama itu diberi nama sesuai dengan namanya sendiri: Friedrich Engels. Anak itu tumbuh di tengah pesatnya bisnis keluarga. Sejak 1830-an, ketika si anak baru berusia 10 tahun, usaha keluarganya melebarkan sayap dengan berkongsi membangun bisnis produksi dan ekspor-impor tekstil di pusat industri manufaktur dunia, Inggris. Perusahaannya berkongsi dengan perusahaan Ermen Bersaudara dan didirikanlah Ermen & Engels di Manchester.
Friedrich mengarahkan pendidikan putranya supaya kelak mewakili bisnisnya di Inggris. Kebetulan, kakek dari garis ibunya, Elise, adalah seorang kepala sekolah tatabahasa. Di sekolah gimnasium, Engels junior belajar bahasa dan sastra Yunani-Romawi serta sastra Jerman. Engels junior terbilang murid rata-rata. Kecuali dalam hal bahasa, ia memiliki ketertarikan pada sains, dan pemberontakannya terhadap budaya borjuis Kristen di kotanya. Bahkan, sebelum menempuh ujian kelulusan, Engels junior sering menulis kritik terhadap kondisi masyarakat dan moralitas elitenya dengan nama samaran F. Oswald. Hampir semua bahasa utama Eropa dikuasainya. Dia juga suka membaca karya-karya pemikiran dan sastrawan Pencerahan yang dilahapnya habis, meski harus mencuri-curi waktu membacanya. Ibunyalah yang menyokong kesukaan Engels junior kepada sastra, sains, dan filsafat. Sang ayah, sebaliknya, melihat adanya gelagat bahaya dari kemampuan dan ketertarikan akademik putranya. Dia tidak ingin putranya menjadi cerdik pandai. Sebagai anak laki-laki pertama yang mewarisi namanya sendiri, Friedrich berkeras putranya harus menjadi penerus bisnis keluarga. Oleh karena itu, sebelum putranya lulus ujian akhir, pada 1837 dia mengirimnya untuk magang di perusahaan perdagangan milik sahabatnya, Heinrich Leupold. Di sana Engels junior membantu juru tulis perusahaan. Kerjanya mencatat jumlah barang yang keluar-masuk, membaca dan menerjemahkan surat masuk, membalas surat dagang, dan membikin laporan harian atas semua itu. Surat-surat dagang itu datangnya dari koloni-koloni Eropa di Benua Amerika dan Hindia Barat. Kebanyakan ditulis dalam bahasa-bahasa bukan-Jerman. Di sinilah Engels junior memperdalam kemampuan bahasa asingnya. Kelak kemampuan ini dimanfaatkannya saat menjadi sekretaris korespondensi Perkumpulan Pekerja Antarbangsa (International Pertama) dan sekretaris jendral Kongres Sosialis Antarbangsa (International Kedua).
Hasrat pada pemikiran kontemporer tidak begitu saja runtuh oleh beban kesibukan harian sebagai juru tulis. Selepas kerja, Engels melanjutkan proses belajarnya. Beruntung ibunya, Elise van Haar, menyokong dengan sembunyi-sembunyi mengiriminya karya-karya cerdik pandai Jerman dan Perancis.
Sebagai royalis Prusia, Friedrich Engels senior berbangga hati mengirimkan putranya turut serta wajib militer ke Berlin pada awal 1842. Di sana, beberapa hari dalam seminggu, Engels junior mendapat pendidikan militer calon perwira, khususnya untuk divisi artileri pertahanan kota. Kelak, pengetahuannya perihal ketentaraan digunakannya dalam perjuangan bersenjata dalam Revolusi 1848 di Jerman selatan. Hari-hari cuti dimanfaatkannya untuk mengikuti kuliah-kuliah para profesor filsafat. Pada malam hari, dia keluyuran mengikuti diskusi-diskusi pemikiran kontemporer yang diadakan para mahasiswa Universitas Berlin, wabil khusus murid-murid Hegel. Pada masa itu, boleh dikata, pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel menjadi pemikiran ‘trendi’ di kalangan terpelajar Jerman. Di tangan tafsir golongan loyalis monarki, pemikiran Hegel menjadi semacam penyokong sistem monarki konstitusional Prussia beserta Protestanisme sebagai landasan ideologisnya. Dalam sejarah, para penyokong tafsiran loyalis ini disebut sebagai Kaum Hegelian Tua atau Hegelian Konservatif. Di sisi lain, ada sekelompok kecil sarjana yang menafsirkan secara berbeda. Bukannya menyokong, mereka malah mewacanakan restorasi terhadap monarki dan mendorong pemikiran Hegel ke arah radikalnya sebagai kritik. Mereka yang demikian kemudian dikenal sebagai Hegelian Muda. Di sinilah Engels junior mendapat pupuk penyubur untuk bibit pemberontakan masa mudanya. Engels membaca David Strauss, Ludwig Feuerbach, dan karya-karya dari khazanah pemikiran materialis Yunani.
Perjumpaan dengan Marx
Usai putranya memenuhi kewajiban dalam dinas ketentaraan di Berlin, Friedrich Engels senior mengirimnya kembali ke Inggris. Ngeri juga rasanya, kalau benar kata desas-desus, bahwa Engels junior berenang terlampau jauh di kubangan Hegelian Muda yang kritis itu. Harus sesegera mungkin jiwanya dimurnikan kembali oleh kesucian dunia bisnis. Namun terlambat, Engels junior semakin dalam pergulatannya di dunia kaum radikal. Pada akhir tahun 1842, ketika dalam perjalanan ke Inggris, dia berkenalan dengan Moses Hess, seorang ideolog komunis terpandang kala itu. Di kantor koran Rheinische Zeitung di Köln, dia juga diperkenalkan kepada Karl Marx, seorang doktor filsafat yang baru lulus dan ditolak menjadi dosen di Berlin dan pemimpin redaksi koran tersebut. Dengan yang terakhir inilah kelak Engels junior menjalin persekutuan abadi.
Alih-alih sepenuhnya bertekun di dunia bisnis, aktivitas politik Engels junior kian menjadi-jadi. Di Inggris dia segera menjalin perkawanan dengan orang-orang Chartis, yang beberapa minggu sebelum kedatangannya, telah memimpin pemogokan umum di segitiga kota industrial Inggris (Manchester, Lancasshire, dan Chesire). Setibanya di Manchester, Engels berkenalan dengan Mary Burns, juga seorang aktivis gerakan buruh, yang memperkenalkannya kepada dunia kelas pekerja. Engels semakin kritis. Bacaannya atas buku-buku ekonomi kala itu berujung pada penulisan karya pertamanya, Garis-garis Besar Kritik Ekonomi-Politik, yang diterbitkan dalam edisi pertama sekaligus terakhir Deutsch-Französische Jahrbücher, jurnal serikat buruh emigran Jerman di Perancis, pada 1843. Marx, yang baru mengenalnya sepintas beberapa bulan sebelumnya, membaca tulisan ini dan mungkin memutuskan inilah orang yang layak dijadikan kawan seperjuangan. Konon, karena tulisan ini pulalah, Marx banting setir dari studi filsafat ke kritik ekonomi-politik. Di tahun itu juga, Marx keluar dari Rheinische Zeitung setelah korannya disensor pemerintah karena artikel-artikelnya yang kritis. Dia pergi ke Paris cari kerjaan. Kebetulan, Engels juga sedang ada perjalanan ke sana. Keduanya berjumpa untuk kedua kalinya dan dimulailah kerjasama sepanjang hayat yang kelak menggetarkan dunia. Produk pertama kerjasama ini adalah Keluarga Suci, kumpulan risalah polemik yang ditujukan kepada bekas kawan-kawan Hegelian mereka di Berlin. Buku ini menjadi semacam air baptisan yang mengikat keduanya sebagai saudara sepanjang hayat.
Dari Paris, Engels kembali ke Inggris. Di tempat kongsi Ermen & Engels berkantor, selepas bertugas, Engels junior makin sering keluyuran ke permukiman kaum buruh ditemani Mary Burns. Bedeng-bedeng kumuh kaum pekerja yang tumbuh merambat di tepian dunia megah borjuis, cerita-cerita pilu buruh kanak-kanak yang diupah tiga butir kentang, tingginya tingkat kematian karena buruknya sanitasi dan kondisi kerja yang brutal, meyakinkannya bahwa ada yang tidak beres dengan sistem perekonomian kapitalis dan ideologi ekonomi yang menyokongnya. Tidak seperti Marx yang terilhami gagasan sosialisme dari dunia filsafatnya yang canggih, Engels memeluk sosialisme karena berhadapan langsung dengan kenyataan empiris bagaimana kapitalisme bekerja. Bahkan sejak masa remajanya di Wupperthal. Perjumpaannya dengan sosialisme ternyata tidak terbatas di kantong-kantong permukiman kelas pekerja yang berhadapan dengan kapitalisme. Terbitan resmi, laporan inspektorat kesehatan, dan catatan-catatan lapangan kehidupan kaum pekerja dibacanya dengan seksama sepanjang 1842-1844. Hasil penyelidikannya ini ditawarkan untuk diterbitkan sebagai sebuah buku. Pada Agustus 1844, sambil menunggu kepastian penerbitan bukunya itu, Engels meninggalkan Manchester. Pada Februari 1845, Menteri Dalam Negeri Perancis mengusir Marx. Marx dan keluarganya hijrah ke Brussels, ibukota Kerajaan Belgia. Di sini, Marx menyusun sebelas tesis legendarisnya perihal filsafat materialisme Feuerbach. Pada April tahun itu juga, Engels tiba di Brussels dan bertemu Marx. Keduanya bekerjasama lagi menyusun risalah kritik atas filsafat Hegelian dan juga kritik atas karya-karya ekonomi-politik Inggris. Dari akhir tahun itu hingga awal 1846, mereka menyusun risalah yang kemudian terkenal sebagai Ideologi Jerman. Di dalam risalah yang tidak pernah terbit semasa hidup keduanya, Marx dan Engels menyemai benih konsepsi materialis mereka atas sejarah, yang kelak oleh Engels dinamai Materialisme Historis. Pada tahun itu juga, karya etnografi Engels perihal kondisi kelas pekerja Inggris terbit di Leipzig dalam Bahasa Jerman.
Susah-Senang Bersama Marx
Marx dan Engels bukan pemikir belakang meja yang angkuh terhadap realitas. Keduanya pertama-tama adalah seorang revolusioner. Yang selalu menjadi tujuan mereka adalah bagaimana menyatukan pemahaman teori dengan pengalaman praktek untuk mengubah dunia. Itu sebabnya, tak heran jika keduanya menjadi anggota Liga Keadilan, sejenis serikat buruh berideologi komunis yang kemudian ganti nama menjadi Liga Komunis. Liga ini merupakan cikal-bakal Partai Komunis Jerman dan mereka berdua turut aktif di dalamnya sejak awal. Suasana revolusioner Eropa yang memanas pada 1847, mendorong Engels menyiapkan kisi-kisi program politik dan ekonomi untuk Liga Komunis kelak apabila revolusi meletus. Risalah itu diberi judul Prinsip-prinsip Komunisme. Dengan bekal tulisan pendek karangan Engels ini, lantas Marx dan Engels menyusun Manifesto Kubu Komunis atas permintaan Liga Komunis yang kemudian menerbitkannya pada Pebruari 1848.
Ketika revolusi meledak di Jerman, aparat polisi rahasia melakukan penangkapan-penangkapan kepada anggota Liga. Engels menghindar ke Paris. Pada akhir 1848, dia pergi ke Jerman dengan tergesa-gesa. Awan revolusi mengambang di selatan. Di sana, suasana revolusi menguat. Milisi-milisi proletariat dibentuk. Sebagai veteran dinas artileri Berlin, Engels diangkat sebagai letnan dalam perjuangan bersenjata kelas pekerja. Naas, pasukan pekerja kalah dalam perjuangan itu. Tentara Prussia mengejar sisa-sisa pasukan Engels. Engels sendiri menghindari penangkapan dengan lari ke Jenewa Swiss. Dari sana, Engels menyelinap ke Perancis. Untuk menghindari patroli, Engels berjalan kaki melalui perdesaan Perancis hingga ke kota pelabuhan terdekat. Setidaknya, sebulan Engels melakukan perjalanan itu. Pada akhir tahun 1849, Engels berhasil kembali ke Inggris dan bertemu lagi dengan Marx di London. Di tengah kekecewaan akan gagalnya perjuangan bersenjata di Jerman, ditambah dengan kebutuhan finansial mendesak, Engels menerima tawaran ayahnya untuk kembali menduduki jabatan di jajaran manajemen perusahaan Ermen & Engels. Engels kembali ke Manchester dan menyibukkan diri dengan kerja-kerja manajerial perusahaan. Sejak itu, hubungannya dengan Marx dijalin melalui surat-menyurat. Konon, sepanjang 20 tahun perkariban, ada 1300 surat lebih yang telah mereka berdua tulis.
Revolusi 1848 yang gagal membuat perhatian intel-intel Jerman, Inggris, Belgia, dan Inggris kepada keduanya kian ketat. Ketika curiga intel-intel itu sudah begitu dekat, untuk melindungi keterangan-keterangan penting, Engels membakar sebagian surat-surat Marx yang dikirim sebelum 1851. Untuk menghindari penangkapan, mereka juga sering menggunakan bahasa terselubung di surat-surat mereka. Termasuk alamat dan nama. Misalnya, semenjak 1852, Marx sering menyurati Engels dengan nama amplop James Belfield. Surat itupun dikirim tidak ke tempat tinggal Engels, melainkan rumah kenalannya di permukiman pekerja.
Untuk mengelabui intel-intel yang terus memburu, sebagai manajer perusahaan besar, di publik Engels menampilkan diri sebagai pebisnis yang parlente, turut serta sebagai anggota dan pengurus klub-klub minum dan berkuda golongan elite, dan mengunjungi konser-konser musik klasik layaknya borjuis terhormat. Tapi di bawah tanah, dia menjalin terus hubungannya dengan buruh-buruh Irlandia dan pekerja-pekerja imigran Jerman di Inggris. Hubungannya dengan Marx dan rekan-rekan veteran Liga Komunis juga terus berlangsung, termasuk dengan mereka yang hijrah ke Amerika. Perhatian Engels terhadap politik Eropa juga tetap kuat. Sementara Marx menulis risalah Perjuangan Kelas di Perancis dan kasus khusus Brumaire ke-18 Louis Bonaparte yang mengulas Revolusi 1848-1852, Engels memfokuskan diri pada analisis atas revolusi 1848 yang gagal di Jerman. Pada 1850, Engels juga menulis ulasan sejarah Perang Tani di Jerman. Dalam tulisan ini, Engels menyelidiki peperangan kelas dalam konflik berjubah agama di Jerman abad ke-16. Meski lebih kelihatan sebagai analisis historis seorang sarjana, sejatinya melalui tulisan ini Engels melakukan otokritik terhadap perjuangan bersenjata kelas pekerja kontemporer yang gagal sehingga dapat didulang hikmah darinya.
Pada 1853, Peter Ermen, bos perusahaan Ermen yang juga direktur utama Ermen & Engels di Manchester, pensiun. Kepemilikan bisnis jatuh ke putra tertuanya, Godfrey Ermen. Keadaan ini sekaligus juga mengubah perjanjian kongsi antara keluarga Ermen dan keluarga Engels. Di bawah kontrak baru yang berlaku untuk sembilan tahun mulai Juni 1855, Engels junior tidak hanya menjadi manajer, tetapi juga mendapatkan porsi dividen dari saham perusahaan yang dipegangnya sebagai pribadi. Seiring dengan peningkatan bisnis perusahaannya, dari tahun ke tahun pendapatan tahunan Engels juga meningkat. Dari 263 pound per tahun pada 1855, pendapatannya naik menjadi 1095 pound per tahun pada 1859. Dari limpahan pendapatan inilah Engels bisa membantu keuangan keluarga karibnya, Marx, di London.
Dari 1852 hingga 1857, Marx menjadi koresponden Eropa untuk koran New York Tribune. Tugasnya adalah membuat ulasan atas kejadian-kejadian di Eropa, termasuk kebijakan negeri-negeri Eropa di wilayah koloni. Pada masa ini beban Marx cukup berat. Kemiskinan keluarganya membuat anak-anaknya sakit. Upahnya sebagai kolumnis tidak seberapa. Sementara itu, gerakan kelas pekerja Eropa yang mencoba berdiri lagi kekurangan kaki untuk berjalan dan Marx termasuk orang bergiat membangunkannya kembali. Engels membantu sohibnya itu sebisanya. Salah satunya dengan menulis ulasan untuk kolom Marx dengan menggunakan nama Marx sendiri supaya Marx tetap dapat kiriman upah menulis dari koran itu. Esai-esai Engels perihal Revolusi 1848 di Jerman yang kirim dengan nama Marx, ditulis Engels sepenuhnya. Tentu dengan persetujuan yang punya nama. Kelak kumpulan esainya dibukukan dan diberi judul Revolusi dan Kontra-Revolusi di Jerman.
Marx melepas kerjaan menulis kolom di New York Tribune di akhir 1857. Sepanjang 1857-1863, Marx menenggelamkan diri kembali ke dalam penyelidikan sejarah dan ekonomi. Ambisinya menyusun risalah ekonomi yang komplit ditujukan sebagai bekal memberikan gerakan kelas pekerja pemahaman perihal kapitalisme. Engels jelas menyokong upaya ini. Salah satunya dengan mengirimi Marx uang secara rutin. Sokongan dana dari Engels ini dianggap mencukupi hidup keluarganya. Maka siang malam Marx bergulat dengan ratusan karya yang ada di Museum London. Catatan-catatan Marx sepanjang tahun ini terpilah dua. Satu bagian berisi sketsa-sketsa metodologis dan landasan-landasan konseptual ihwal kapital dan uang. Bagian ini kelak dikenal sebagai Grundrisse. Bagian lain berisi ulasan kritisnya terhadap teori-teori ekonomi yang berkembang hingga masanya. Bagian ini kelak dikenal sebagai Teori Nilai Lebih yang penerbitannya disunting oleh salah seorang murid sekaligus dedengkot Partai Sosial Demokrasi Jerman, Karl Kautsky. Kedua bagian ini memang tidak ditulis untuk diterbitkan. Hanya sebagai bahan belajar dan kisi-kisi risalah sebenarnya. Oleh karena itu, jauh setelah wafatnya Marx tulisan-tulisan ini baru diterbitkan.
Pada 1859, Marx akhirnya menerbitkan esai panjang yang merupakan hasil susunan penyelidikan pertamanya perihal kapital. Buku itu diberi judul Sumbangsih bagi Kritik atas Ekonomi-Politik. Ketimbang isinya, bagian paling masyur dari buku ini adalah Pengantar-nya. Di sana Marx menggariskan teori materialisme historisnya secara lebih tegas. Setahun berikutnya, Friedrich Engels senior meninggal dunia. Ada perasaan lega pada Engels junior. Selama ini, terjunnya Engels di dunia bisnis manufaktur sekadar menyenangkan Engels tua. Kini setelah beliau tidak ada lagi, ada pikiran untuk segera meninggalkan dunia bisnis yang membuatnya harus hidup di dua dunia. Di samping itu, Geofrey Ermen, pewaris bisnis keluarga Ermen tampaknya ingin sekali menyingkirkan Engels junior dan melihat ada kesempatan untuk mewujudkannya saat Engels senior mangkat. Pada 1864, gonjang-ganjing perusahaan menambah ketidakbetahan Engels bertahan di Ermen & Engels. Kebetulan, Perkumpulan Pekerja Antarbangsa (Internasionale Pertama) sedang dibentuk. Engels bersama-sama Marx aktif di dalam perkumpulan ini hingga dibubarkannya pada 1876.
Sementara itu, di dunia kelas pekerja, banyak orang menunggu-nunggu risalah ekonomi lengkapnya Marx. Engels ketiban pertanyaan kapan Marx mau menerbitkannya. Permohonan seringkali ditujukan ke Marx melalui telinga Engels. Karena makin lama makin sering, terpaksalah Engels memohon-mohon juga kepada rekannya itu. Ketika desakan-desakan dari berbagai pihak di tubuh gerakan kelas pekerja Eropa semakin kuat supaya Marx segera menerbitkan karya ekonomi yang akan menjelaskan hakikat dan sepak terjang kapitalisme, Engels akhirnya bisa membujuk Marx menerbitkan satu jilid dahulu karya yang rencananya terdiri dari enam jilid itu. Maka pada tahun 1867, dengan pertolongan Engels dalam menyunting, terbitlah mahakarya pertama Marx, Das Kapital.
Dua tahun setelah Das Kapital terbit, Engels memberitahukan Marx ihwal keinginan yang dipendamnya sejak 1860, yakni pensiun dan menjual sahamnya di kongsi Ermen & Engels. Pertengahan 1869, Engels resmi keluar dari perusahaan itu. Dari penjualan sahamnya, Engels mendapatkan banyak uang. Tahun berikutnya Engels pindah ke London, tinggal tidak begitu jauh dari Marx.
Tidak seberapa lama, gonjang-ganjing revolusi Perancis kembali menyeruak. Krisis kapitalisme melanda dunia. Kelas pekerja Perancis menduduki dan membentuk pemerintahan berdasarkan gagasan-gagasan komunisme, atau dikenal kemudian sebagai Komune Paris beberapa bulan di tahun 1870. Marx mengulasnya dalam esai Perang Saudara di Perancis yang terbit setahun kemudian.
Setelah Komune Paris ditumpas kekuatan gabungan aristokrasi dan borjuasi, harapan revolusi Engels dan Marx dialihkan kepada kelas pekerja Jerman. Namun, alih-alih revolusioner, Partai Sosial Demokrasi Jerman tampak menunjukkan gelagat menjadi reformis. Pada 1869, Partai Pekerja Sosial Demokrat didirikan di Eisenach. Secara ideologis, partai ini mendasarkan diri pada teori sosialisme revolusioner dengan prinsip-prinsip organisasi Marxis. Pada paro pertama 1870-an, keanggotaan partai bertumbuh pesat. Saat itu, partai digabung dengan Serikat Pekerja Umum Jerman pimpinan Ferdinand Lassalle dan membentuk badan baru yakni Partai Sosial Demokrasi Jerman. Dalam kongres partai di Gotha, ideologi Lassallean cenderung mendominasi. Setidaknya ada kompromi yang mencondongkan orientasi partai ke arah reformisme. Marx mengritik program partai hasil kongres tersebut. Pada tingkat teori, reformisme diwakili oleh pemikiran Eugen Dühring, seorang dosen Universitas Berlin yang menjadi panutan intelektual bagi banyak pimpinan partai. Kepopuleran Dühring dan tendensi ekletisisme serta idealisme terselubungnya, ditanggapi Engels dengan menulis kritik panjang yang ditulisnya dari 1876 hingga 1878. Tulisan tersebut diberi judul Revolusi Sains Tuan Eugen Dühring. Kemampuan Engels membongkar pondasi filsafati dari klaim-klaim keilmiahan teori Dühring sudah diasah beberapa tahun sebelumnya. Sejak 1873 hingga awal 1876, Engels bergiat mempelajari temuan-temuan ilmiah dari hampir semua cabang ilmu alam yang berkembang ketika itu. Catatan belajar Engels sepanjang tahun itu baru kemudian diterbitkan pada 1925 dengan judul Dialektika Alam. Di kemudian hari, kedua karya ini dianggap sebagai tonggak penting filsafat alam Marxis atau penjabaran materialisme dialektika dalam pengkajian alam. Di dalam Dialektika Alam, dimuat juga satu esai belum rampung yang ditulis Engels berkenaan dengan evolusi manusia berjudul Peran Kerja dalam Peralihan dari Kera ke Manusia. Pada tahun 1896, esai ini pernah dimuat di koran partai, Die Neue Zeit.
Sepanjang 1877 hingga 1882, Marx mencoba kembali membereskan jilid-jilid berikutnya dari Das Kapital. Dasar watak Marx yang tega berhenti menulis untuk sekadar mempelajari bahasa Rusia supaya dapat membaca karya-karya ihwal sejarah bentuk-bentuk komune pertanian di sana dalam bahasa aslinya, pengerjaan jilid-jilid Das Kapital terus-menerus terbengkalai. Jeda-jeda penulisan terus memanjang karena Marx sibuk mempelajari sejarah kolonialisme Eropa. Bukan hanya koloninya, tetapi juga masyarakat prakapitalis yang wilayahnya dikoloni. Marx membaca etnografi dan karya-karya tentang masyarakat Arab, Berber, Persia, Jawa, Bali, India, Inca, Indian Amerika, budak-budak negro Amerika, dan sebagainya. Ditambah oleh sakit yang diderita yang memaksa Marx berkunjung ke wilayah tropis di Afrika utara, lengkaplah sudah ketidakmungkinan jilid-jilid Das Kapital itu rampung. Buntu sudahlah harapan Engels bahwa Marx bakal merampungkan karya besarnya. Pada 1880, Engels membantu Marx menyusun 100 daftar pertanyaan untuk kajian atas kondisi kelas pekerja Perancis. Kuisioner Marx ini kemudian dikenal sebagai ‘Enquête Ouvrière.’ Di tahun yang sama, Engels menulis dan menerbitkan Sosialisme: utopia dan ilmiah. Isinya menegaskan batas-batas mana sosialisme yang didasarkan pada kehendak dan angan-angan semata serta mana yang didasarkan pada ketentuan penyelidikan ilmiah.
Sepanjang 1881-1882, Marx tenggelam lagi di lautan antropologi. Karya-karya kontemporer antropologi kala itu diulasnya. Catatan-catatan ini kelak dimanfaatkan Marx sebagai sumber pengetahuannya dalam memahami bagaimana peri kehidupan prakapitalis dalam konteks memahami masyarakat manusia pada umumnya. Catatan-catatan belajar ini kelak dibukukan oleh antropolog kelahiran Karibia, Lawrence Krader, yang menyematkan judul The Ethnological Notebooks of Karl Marx (1972, Catatan-catatan Etnologisnya Karl Marx) pada kumpulan catatan itu. Para penyunting MEGA (Marx-Engels-Gesamtausgabe) generasi baru mengetahui bahwa apa yang dikumpulkan Krader hanya seperempat dari catatan dan coretan Marx perihal antropologi. Bisa dibayangkan kini betapa banyak waktu yang telah dihabiskan Marx hanya untuk membaca dan betapa sedikit waktunya untuk menulis kelanjutan jilid-jilid Das Kapital. Semua orang menjadi putus asa. Begitu pula Engels, yang menutupi kejengkelannya dengan keluhan-keluhan memohon supaya Marx berhenti membaca dan mulai menulis sisa-sisa bagian Das Kapital.
Setelah Marx Tiada
Bagian-bagian Das Kapital tidak pernah terbit lagi dalam kehidupan Marx. Marx wafat pada 13 Maret 1883 di London. Di saat pemakaman sohibnya yang hanya dihadiri beberapa orang itu, Engels menyampaikan pidato ringkas. Sebagai sahabat karib, kematian Marx tidak hanya memaksa Engels menyampaikan pidato di saat pemakamannya. Tetapi juga membuatnya ketiban beban mengumpulkan dan merapikan tulisan tangan Marx sesegera mungkin. Sambil mengumpulkan beribu-ribu lembar naskah tulisan tangan Marx yang rencananya mengisi jilid-jilid Das Kapital yang belum selesai, sepanjang tahun 1884 Engels mengembangkan coretan dan catatan Marx atas karya para antropolog, khususnya The Ancient Society karya Lewis Henry Morgan, menjadi sebuah risalah utuh dan menerbitkannya dengan judul Asal-usul Keluarga, Kepemilikan Pribadi, dan Negara. Arti penting buku ini ialah membongkar mitos borjuis perihal keazalian keluarga, kepemilikan pribadi, dan negara serta membeberkan bukti-bukti sebaliknya. Setelah buku yang disusun hanya beberapa bulan itu terbit, barulah Engels secara khusus memusatkan pikiran dan tenaganya untuk mengumpul, menyusun, dan menulis ulang coretan tangan Marx. Pada 1885, Engels rampung menyunting sebagian dan diterbitkanlah Das Kapital jilid II. Waktu dirasa begitu cepat mengejarnya. Engels menua dan menyadari kian terbatasnya waktu untuk merampungkan semua tulisan Marx. Pada tahun 1894, Engels menerbitkan suntingan Das Kapital jilid III. Kerja-kerja ini diselingi kesibukannya sebagai presiden kehormatan Kongres Sosialis Antarbangsa (Internasionale Kedua) sejak 1893.
Pada 5 Agustus 1895, Engels wafat di London. Penyebabnya kanker kerongkongan. Konon, Engels pernah mewasiatkan agar jasadnya kelak dikremasi dan abunya dibuang saja ke laut. Karena itulah para aktivis serikat pekerja di London mengkremasi jasadnya di Working Crematorium dan abunya dibuang di Beachy Head dekat Eastbourne.
Sekadar Penutup
Dari riwayat ringkas di atas, tampak dampak keberadaan Engels begitu besar bagi Marx. Dialah yang membaptis Marx untuk menerjuni kritik ekonomi-politik, yang menurutnya, merupakan kunci untuk membuka cara berpikir kapitalis dan cara kerja kapitalisme. Tanpa seorang Engels, mungkin jalan hidup Marx akan lain. Tanpa Engels, mungkin Marx tetap sebagai seorang liberal radikal hingga akhir hayat atau banting setir menjadi rahib karena kecewa harapan revolusionernya pupus berulang kali. Tanpa Engels, mungkin Marx akan menjadi pemikir pilu seperti Nietzche yang sepanjang hayat dihantui pesimisme dan terus-menerus menghujat dunia seisinya sebagai setan terkutuk tanpa beranjak sejengkal pun dari kamar kos. Kita tahu sekarang Marx bukan hanya aktivis politik, tetapi juga seorang pemikir besar yang tanpanya abad ke-20 pasti berbeda warnanya. Jutaan aktivis politik mengaku mendapat hikmah darinya. Tidak ada satu pun ilmu sosial modern yang tidak berhutang kepadanya. Baik sebagai inspirasi maupun sebagai lawan teoritis paling menggetarkan. Kebesaran Marx ini membuat bayangannya menutupi sosok dan pemikiran Engels yang lantas tampak kikuk di mata sebagian orang. Bagi beberapa orang, Engels tak lebih dari nabi palsu yang cuap-cuap di antara orang-orang culun menyimpangkan ajaran agung pemikiran Marx. Engels tampak hanya sebagai orang tidak berpendidikan yang sekadar mengkopi-paste dengan buruk pemikiran Marx.
Namun, tidak semua orang berpandangan demikian. Engels juga layak ditempatkan sejajar dengan Marx. Alih-alih memahami duo Marx-Engels dalam pengertian orang nomor satu dan orang nomor dua, mestinya kita mengartikannya dalam konteks pembagian kerja di antara dua orang yang sama-sama besar. Di paro kedua hidupnya, misalnya, ketika Marx sibuk menyusun Das Kapital, Engels tampaknya memutuskan untuk mengambil alih kerja Marx terkait dengan pengembangan materialisme dialektis sebagaimana telah mereka siram benihnya sejak 1840-an ke dalam sains kealaman. Dalam konteks ini, pemikiran Engels, seperti tertuang dalam Dialektika Alam dan Anti-Dühring, menunjukkan kemampuannya dalam merumuskan pondasi materialis bagi ilmu kealaman modern. Pondasi inilah yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh sarjana-sarjana Marxis kontemporer yang bergulat dengan ilmu alam (lihat Grant dan Woods, 2002).
Dalam ilmu sosial, Alfred G. Meyer, sejarawan sekaligus sosiolog, menempatkan Engels setara dengan para pendiri disiplin sosiologi seperti Comte, Gumplowicz, dan Weber, yakni sebagai penyemai teori besar sosiologis. Seperti teori besar pada umumnya, teori-teori Engels perihal lembaga-lembaga sosial modern seperti kepemilikan pribadi, keluarga, negara, dan militer kaya akan gagasan provokatif (Meyer, 1989).
Dalam satu kesempatan, Lenin pernah menyatakan bahwa ‘mustahil memahami Marxisme atau menghadirkan gambaran komplit atasnya tanpa akrab dengan semua tulisan Engels.’ Seberapa mustahilnya perkiraan Lenin itu, hanya bisa diketahui apabila kita mulai mengakrabi tulisan-tulisan Engels itu sendiri. Saya kira membaca riwayat hidup Engels boleh dibilang langkah pertama ke arah sana.***
Deden Mulyanto, Staf PengajarJurusan Antropologi Universitas Padjadjaran, Bandung