Kredit ilustrasi: www.free-soft.org
PERKEMBANGAN peradaban selalu membawa perubahan di segala sisi. Hal ini dapat dilihat dari kemunculan teknologi yang sering kali mengubah muka peradaban secara komprehensif. Salah satu perubahan signifikan terjadi ketika manusia menciptakan komputer dan internet. Sebagai teknologi yang melengkapi satu sama lain, keduanya berpengaruh pada kehidupan manusia, khususnya di bidang ekonomi. Tulisan ini mencoba menganalisa kegiatan ekonomi kontemporer yang merupakan transformasi dari bentuk lampaunya. Di sini saya berusaha menunjukkan perbedaan gejala ekonomi kontemporer dengan corak kapitalisme yang menjamah ranah sosial
Perhatian ditujukan pada freeware sebagai objek yang akan dianalisa sebagai suatu gejala ekonomi kontemporer dengan mengadopsi pemikiran Antonio Negri dan Michael Hardt. Melalui penalaran terkait kapitalisme postmodern, immaterial labor, vitalitas peran informasi dan komunikasi, serta eksploitasi yang terjadi secara global. Saya juga mengajukan asumsi bahwa terdapat pembabakan paradigma ekonomi dengan paradigma informatisasi sebagai tahap terkini dalam pembabakannya. Oleh sebab itu, tulisan ini mengargumentasikan kebaharuan pada ekonomi kontemporer seperti berperannya teknologi informasi dan komunikasi, maupun globalisasi, kendati tetap bercorak kapitalistik seperti pada paradigma industri.
Fenomena Freeware
Freeware bisa diartikan sebagai suatu perangkat lunak komputer yang dapat digunakan tanpa mengeluarkan biaya. Atau dengan biaya nominal yang umumnya sukarela—selama memiliki prasyarat untuk mengakses berupa perangkat komputasi (komputer). Dengan ini, freeware memiliki problem pada persoalan aksesibilitas. Hal ini mengarahkan kita pada suatu hal yang berkaitan erat dengan komputer, sebuah keberadaan yang disebut internet, yang secara definitif dapat dimengerti sebagai suatu jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer satu sama lain di seluruh dunia. Jadi, persoalan freeware selalu terkait dengan komputer dan internet, yang menjadikan ketiganya sebagai suatu produk teknologi yang signifikan.
Ketiga pionir utama teknologi ini memberi banyak signifikansi terhadap realitas sosial. Merujuk pada Jacques Ellul, teknologi-teknologi tersebut membentuk technological society, yaitu realitas sosial yang memiliki ciri-ciri dimana mesin memiliki efektivitas tinggi dan harga murah, kompleksifikasi (satu mesin dengan beberapa bagian yang fungsinya masing-masing berbeda), sirkulasi informasi, dan otomatisasi serta desentralisasi informasi (Ellul, Jacques. 1980:1).
Teknologi yang memberi signifikansi besar pada realitas mengharuskan kita merumuskan ulang ontologi realitas sosial. Terdapat perbedaan antara fakta sosial dengan fakta natural—yang tidak terikat dengan pengamat. Realitas sosial terbangun atas komponen-komponen seperti fakta sosial (yang eksis karena dipikirkan oleh manusia). Fakta sosial terikat dengan pengamat (observer-relative) namun tetap bersifat objektif—yaitu bertumpu pada rekognisi kolektif. Inilah yang menyebabkan fakta sosial tidak mungkin ditolak secara individual. Sebagai rekognisi kolektif, fakta sosial ditentukan oleh fenomena mental dari agen dengan kesadaran dan intensionalitasnya. Dalam hal ini, fakta sosial secara ontologis subjektif—merupakan sesuatu yang tidak terlepas dari pengalaman pengamat—tetapi di saat yang bersamaan berstatus objektif secara epistemologis—karena dialami oleh agen pengamat secara kolektif (Searle, John. 2006: 14).
Dengan asumsi rasionalitasnya, realitas sosial kontemporer dapat dijelaskan sebagai realitas ekonomi karena memiliki unsur seperti produksi, pilihan rasional, kelangkaan, pertukaran, dan lain-lain. Sejatinya aktivitas ekonomi adalah usaha manusia menaklukkan alam dan mengubahnya menjadi organisme yang berpotensi menjadi manusia dengan tujuan mempertahankan dan memperluas kehidupan (Bulgakov, Sergei. 2000:39) Ini berarti manusia selalu menginginkan berbagai hal, namun sumber daya pada dunia terbatas, sehingga kelangkaan menjadi masalah ekonomi dalam arti keinginan tak terbatas (unlimited wants). (Myatt, Anthony dan Hill, Rod. 2010: 10)
Problem kelangkaan sebagai ontologi problem ekonomi dapat berkembang menjadi problem produksi, yaitu mengubah sesuatu tersebut menjadi sesuatu yang lain. Produksi tidak terlepas dari persoalan material apa yang digunakan sebagai bahan baku, serta apa yang dihasilkan. Dari sanalah kita dapat mengetahui produksi mengandung masalah lain yaitu masalah pilihan.
Kehadiran freeware sebagai suatu teknologi adalah hasil dari kreativitas manusia dalam membentuk kombinasi bahasa pemrograman komputer. Freeware menjembatani relasi sosial via teknologi dengancara kerja ekonomis melalui peran sentral informasi dan komunikasi. Melalui kodifikasi, akumulasi, dan sirkulasi informasi, freeware mengandung nuansa kapitalistik.
Kapitalisme Postmodern
Antonio Negri dan Michael Hardt menggambarkan kapitalisme sebagai Empire—yaitu wujud ekstensif kapitalisme di abad ke-21. Sebagai bentuk transformasi dari imperialisme yang dulunya adalah ekstensi dari kapitalisme di masa modern, empire adalah bentuk kapitalisme yang mengalami postmodernisasi. Empire adalah format kuasa yang berlaku secara global dalam tataran yang lebih demokratis dibanding sentralis. Empire diajukan sebagai suatu sistem yang telah berlaku pada skala global.
Empire mengusung informasi dan komunikasi sebagai variabel sentral dalam realitas ekonomi-kapitalistik kontemporer. Melalui paradigma informatisasi, Empire melahirkan produksi biopolitis, yaitu produksi dan reproduksi realitas sosial yang mencakup keseluruhan bentuk interaksi antar-individu. Produksi biopolitis bergulir melalui kerja immaterial labor yang memiliki tiga wujud, yaitu labor yang bekerja dengan memanipulasi simbol komputasi, selanjutnya ada labor komunikasional yang menciptakan interaktivitas pasar dengan produsen, lalu labor afeksi yang memberi pelayanan baik dalam hal intelegensia maupun korporeal (ketubuhan afektif) (Negri, Antonio dan Michael Hardt. 2001:222)
Produksi biopolitis menghasilkan komoditas yang sifatnya immaterial, seperti produk kultural berupa berita, kebiasaan, trend, kesenangan, ketertarikan, humor, dan bahkan gejala komunikasi. Produk yang dihasilkan berupa produk kultural yan memungkinkan adanya interaksi antara konsumen dengan produsen yang dinamis seperti konten-konten Youtube, layanan musik, pelayanan di bidang kesehatan, produk permainan digital, dan masih banyak lagi. Ciri utamanya adalah adanya interaktivitas sehingga menghasilkan informasi yang akan terakumulasi sebagai kapital (Ibid. 289-290).
Oleh sebab itu, eksplanasi terhadap fenomena sosial berbasis teknologi freeware yang bersignifikansi pada masyarakat tidak sesederhana sebuah teknologi yang membantu kehidupan manusia. Lebih jauh dari itu, freeware dapat kita curigai mengandung permasalahan ekonomi. Alih-alih sebagai alat bantu, kita perlu mencurigai adanya motif lain dari eksistensi teknologi ini
Perwujudan Kapitalisme dalam Freeware
Eksistensi freeware perlu dijelaskan sebagai serangkaian produksi biopolitis. Freeware yang mewujud sebagai portal berita, layanan pengiriman pesan berbasis internet, maupun konten hiburan berupa gambar bergerak. Wujud-wujud tersebut dibuat oleh sekumpulan pekerja yang memanipulasi simbol-simbol komputer seperti para pembuat program yang boleh jadi harus bekerja 30 jam tanpa henti, maupun penulis artikel berita yang diupah dengan murah demi mendapat rekam jejak magang. Tak hanya itu, freeware membawa dan menyalurkan informasi-informasi yang digulirkan ke masyarakat sehingga menciptakan percakapan-percakapan, penyebarluasan maupun perubahan informasi dalam rangka komodifikasi. Informasi di sini dapat berupa pengetahuan maupun konten hiburan. Sirkulasi dan modifikasi informasi ini membentuk pola-pola komunikasi yang bekerja sebagai kapital. Selain itu, melalui konten hiburan juga menjamah sisi emosional individu yang menggerakkan mereka untuk turut andil menyirkulasi informasi dan membentuk pola-pola komunikasi tertentu.
Komodifikasi informasi dapat kita lihat melalui keberadaan portal-portal berita daring seperti The Guardian, The New York Times, portal online Tempo, Kompas, Detik, Vice, dan bahkan situs berita hoax. Produksi informasi mengeksploitasi banyak pihak seperti jurnalis magang dan penulis lepas yang bekerja dengan upah di bawah standar minimum tanpa bisa memilih alternatif lain. Informasi-informasi yang mereka hasilkan lantas melahirkan percakapan-percakapan dan bahkan ritus yang menyirkulasi, memodifikasi, dan menggulirkan informasi hingga berkembang sedemikan rupa yang membentuk dan menentukan arah gerak masyarakat.
Pada bentuk lainnya, keberadaan freeware menciptakan “impoverishment of the notion of communication”, yang mana komunikasi tertentukan oleh kehadiran secara masif program pemediasi komunikasi seperti platform penyedia saluran untuk berinteraksi via internet seperti whatsapp, line, omegle, dan lain-lain. Hal ini menjadikan komunikasi dilangsungkan sebagai bagian dari kapital.
Keberadaan freeware juga terindikasi menyebabkan “autonomous alienation from the sense of life and the desire for creativity”. Pada spesifikasi ini terlihat sangat menonjol bagaimana kuasa benar-benar mengontrol tubuh dan pikiran tiap-tiap individu melalui produksi tak berwujud (secara material) seperti rasa bahagia, kasih sayang, minat, ketertarikan, perasaan sejahtera, kepuasan dan lain sebagainya. Melalui keberadaan konten humor, konten animasi, konten dramatis, dan konten lain yang menggugah perasaan manusia, emosionalitas manusia menjadi bagian dari komoditas yang dapat dikendalikan dan dikapitalisasi.
Pada taraf ini, produksi biopolitis terlibat langsung dengan realitas sosial secara keseluruhan. Serangkaian produksi biopolitis tidak hanya bertumpu pada pekerja, namun juga menyerap nilai lebih dari masyarakat yang memperbincangkan, meneruskan, dan memodifikasi informasi sedemikian rupa. Kerja-kerja seperti ini seringkali dilakukan secara sukarela seperti menonton, mengomentari, dan membagikan konten serial drama secara sukarela kepada orang lain dan tidak merasa bahwa itu adalah sebuah kerja. Dengan demikian, keseluruhan interaksi individu berlangsung demi tegak dan berlangsungnya Empire itu sendiri.***
Hisyam Ikhtiar M adalah Direktur Editorial Deus Institute
Kepustakaan:
Bulgakov, Sergei. (2000). Philosophy of Economics: The World as Household. USA: Yale University.
Ellul, J. (1980). The Technological System. New York: The Continuum Publishing Corporation.
Hill, Rod & Myatt, Tony. (2010). The Economics anti-textbook. London dan New York. Zed Books
Hardt, Michael dan Antonio Negri. (2001). Empire, Harvard University Press: London, England