Kredit ilustrasi: dc.wikia.com
I
SEWAKTU kanak-kanak, salah satu bacaan rutin saya setiap selesai ngangsu ialah komik-komik Superman. Emak memberi saya komik-komik itu bukan karena ingin saya jadi Superman, tapi karena setiap kali dia membeli lima batang sabun mandi yang dahulu cuma ada jenis berwarna merahnya, Koko pemilik toko memberinya komik-komik itu sebagai hadiah. Di sampul belakang komiknya memang ada iklan si sabun mandi itu lengkap dengan pernyataan bahwa tak ada kuman yang tak mati oleh busanya.
Sebagai kanak-kanak saya pikir Superman itu benar-benar ada, lengkap dengan semua kehebatannya. Salah satu kehebatannya yang paling melekat di ingatan ialah kemampuannya untuk bisa terbang. Tak cuma asal terbang tentu saja, karena dia bisa terbang dengan kecepatan yang melebihi atau setidaknya setara dengan kecepatan jelajah Boeing 737, yakni sekitar 0,74 Mach. Dalam beberapa peristiwa, bahkan kecepatan terbang Superman mungkin menyamai MiG-29M, yakni sekitar 2,25 Mach. Selain terbang dengan begitu cepat, punya kekuatan mahadahsyat sehingga mampu mengangkat dan mengayun-ayunkan Boeing 737 hanya dengan tangan kanannya (karena kepalan tangan kirinya seringkali berpose di samping pinggang, entah untuk apa). Tapi itu masih belum seberapa dibanding tatapan membara dan hembusan nafas membekukannya yang mengandung daya hancur luar biasa. Bukan cuma angkot Dago yang bisa dihancurkan dalam sekejap oleh tatapannya, bahkan sebuah pesawat pun bisa berkeping-keping dibuatnya. Ditambah dengan daya linuwihnya untuk merasakan gelagat kejahatan dan pandangan bisa tembus pandangnya, Superman memang man yang super.
Superman hanyalah nama pujian. Namanya aslinya adalah Kal-El, yakni namanya sebagai warga Planet Krypton (dia bukan Homo sapiens seperti Anda, tapi dari spesies Kryptonian). Nama kedok yang dipakainya ketika membuat KTP di Amerika ialah Clark Kent. Jadi, seperti halnya Lenin dan Trotsky di dalam riwayat para aktivis gerakan sosialis bawah tanah Rusia di akhir abad kesembilan belas hingga awal abad kedua puluh, Superman punya banyak nama. Kalau Lenin dan Trotsky punya nama palsu itu karena di masa hidup mereka memilih menjadi seorang sosialis sama saja dengan menuliskan kontrak mati, saya belum begitu paham kenapa dia pakai nama palsu Clark Kent dalam kehidupannya di Amerika. Wajar saja kalau Vladimir dan Lev lebih dikenal nama palsunya karena di bawah monarki absolut Rusia yang bahkan undang-undang dasar saja tak punya, intel-inte Tsar tak akan memberi ampun bagi siapa saja yang coba-coba mengkritik kekuasaan mutlaknya, apalagi berjuang membikin partai untuk meruntuhkannya. Yang tak masuk akal ialah kenapa Superman pakai nama palsu. Bukankah Superman itu pahlawan kebaikan yang akan menolong mereka yang butuh pertolongan dan akan menyelamatkan bumi saat bumi terancam? Lagi pula, bukankah di Amerika itu berlaku demokrasi yang di situ semua orang bebas memilih jalan hidup masing-masing, termasuk menjadi superhero, selama pilihan itu tidak merugikan kepentingan warga yang lain? Jadi kenapa mesti pakai nama palsu? Bisa jadi, seperti halnya di Rusia ada orang berkuasa sekaligus jahat sehingga Vladimir dan Lev yang sebetulnya menghendaki perubahan tatanan kehidupan masyarakat menjadi lebih baik bagi semua orang harus pakai nama palsu dalam berbagai acara, begitu pula di dalam konteks kehidupan Superman. Di alam semesta ini ada spesies-spesies yang tidak suka bumi aman, tentram, dan menjadi tempat yang baik bagi semua orang sehingga untuk membelanya Superman harus pakai nama palsu. Bisa jadi dia pakai nama palsu karena dia begitu rendah hatinya sehingga amal baiknya bagi manusia di bumi tidak mau diketahui banyak orang seperti yang dinyatakan dalam hadits bahwa kalau tangan kananmu berbuat baik, upayakan supaya tangan kirimu tidak mengetahuinya. Jangankan tetangganya, bahkan Lois Lane kekasih manusianya saja tidak tahu kalau nama aslinya Kal-El dan dia itu Superman. Terlepas apa alasannya memakan nama palsu, tulisan ini bukan tentang Superman, tapi tentang kekaguman saya kepada pencipta sosoknya.
Salah satu kekaguman saya kepada pencipta sosok Superman ialah koherensi kisah. Semua tak hanya terpaut satu sama lain, tapi juga semua hal ada penjelasannya. Seumpama si pencipta sosok Superman tidak membuat kisah awal bahwa Superman sebetulnya ialah mahluk dari Planet Krypton, niscaya semua rangkaian kisahnya ambruk berantakan. Boleh dibilang, paparan bahwa Kal-El adalah warga Planet Krypton itu semacam postulat dari keseluruhan bangunan cerita kehebatan Superman, seperti halnya teori nilai-kerja bagi seluruh bangunan kritik ekonomi-politiknya Marx. Bagaimana bisa sepotong pertanyaan remeh bisa menghancurkan seluruh bangunan teoritis Superman? Coba saja periksa, bagaimana bisa (kalau Superman bukan dari Planet Krypton) dia terbang dengan kecepatan 2,25 Mach tanpa membuat alisnya terbakar? Atau, bagaimana bisa dia terbang ke ketinggian kemudian menukik ke permukaan bumi dengan kecepatan 725 km per jam tanpa meledak paru-parunya akibat perubahan tekanan gravitasi yang begitu cepat? Lalu, bagaimana mungkin wajahnya tidak meleleh ketika matanya memancarkan sinar membara yang membuat sebuah angkot meledak? Bagaimana pula kita jelaskan dari mana daya dorong yang membuatnya bisa terbang sesuka hati? Di mana daya yang begitu besar itu disimpan di dalam tubuh kecilnya tanpa membuat tubuh itu panas? Bagaimana kita menjelaskan fakta bahwa tubuhnya (yang sama dengan tubuh-tubuh atletis para penggemar gym) yang secara aerodinamika sebetulnya tidak cocok untuk terbang justru bisa terbang dengan daya kendali yang begitu paripurna?
Tanpa mengetahui bahwa Superman adalah dari Planet Krypton (apa pun definisi yang terkandung di dalam kata ini) kita paling-paling punya dua pilihan jawaban. Pertama, semua cerita Superman itu mimpi belaka. Kedua, Superman itu bukan manusia, tapi Tuhan. Pilihan pertama dimungkinkan karena di dalam mimpi semua hal mungkin. Namun, mimpi itu amat pribadi sedangkan peristiwa Superman itu sosial, banyak orang tahu. Jadi, yang sama-sama sosial dan mungkin ialah bahwa Superman itu sejenis Tuhan. Apa pasal? Karena hanya Tuhan bisa berbuat apapun; hanya Tuhan yang bisa melawan semua hukum alam. Hanya Tuhan yang bisa tidak dikuasai oleh hukum gravitasi; Tuhan pulalah yang bisa melampaui hukum-hukum termodinamika.
Jadi, semua pertanyaan ‘kritis’ di atas akan gugur dengan sendirinya ketika penanya disodorkan proposisi bahwa Superman atau lebih tepatnya Kal-El tidak berasal dari bumi, tapi dari Planet Krypton. Sebagai postulat, premis pertama ini tidak bisa berdiri sendiri. Dia mesti diikuti dengan mengajukan premis kedua bahwa semua penghuni Planet Krypton bisa melakukan banyak ini banyak itu (buatlah daftar sepanjang yang diperlukan). Dengan bekal dua premis, silogisme bisa dilanjutkan ke kesimpulan yang akan menghanguskan semua pertanyaan ‘kritis’ ke udara.
II
Salah satu peristiwa hebat yang sering dirujuk di dalam riwayat sosialisme modern ialah Revolusi Oktober 1917 dan tokoh yang berada di belakangnya: Lenin. Oleh pemujanya, Revolusi Oktober lebih mirip cerita Superman dan Lenin sebagai Supermannya. Bayangkan saja, hanya ada empat juta kurang pekerja industri di seantero Rusia Raya. Hanya beberapa ribu yang menjadi anggota Partai Pekerja Demokrasi Sosial Rusia (PBSDR) dan tak lebih dari seribuan saja yang berdiri di belakang Lenin. Dengan ketepatan prediksi, kejeniusan organisasi, dan kecakapan militer, Lenin memimpin segelintir elite revolusioner tak cuma untuk menggulingkan kekuasaan mutlak Tsar, tapi juga mendirikan pemerintahan proletariat di tengah gempuran pasukan monarki di sisi kanan dan borjuasi di sisi kiri. Bagaimana bisa: karena Lenin berasal dari Planet Bolshevik. Tanpa mengetahui bahwa Lenin berasal dari Planet Bolshevik (apa pun definisi yang terkandung di dalam kata ini) kita paling-paling punya dua pilihan jawaban soal Revolusi Oktober dan Lenin. Pertama, semua cerita Revolusi itu mimpi belaka. Kedua, Lenin itu bukan manusia, tapi sejenis Tuhan atau inkarnasinya. Pilihan pertama dimungkinkan karena di dalam mimpi semua hal mungkin. Namun, mimpi itu amat pribadi sedangkan peristiwa Revolusi itu sosial, banyak orang tahu. Jadi, yang sama-sama sosial dan mungkin ialah bahwa Lenin itu sejenis Tuhan. Apa pasal? Karena hanya Tuhan bisa berbuat apapun; hanya Tuhan yang bisa melawan semua hukum sejarah. Hanya Tuhan yang bisa tidak dikuasai oleh hukum politik; Tuhan pulalah yang bisa melampaui hukum-hukum gerak masyarakat. Dan dengan kepercayaan semacam ini kaum beriman juga percaya bahwa Revolusi Oktober bisa diciptakan lagi asalkan ada sejenis Lenin yang juga berasal dari Planet Bolshevik.
Persoalannya, Lenin bukan dari Planet Bolshevik, tapi dari Partai Bolshevik, sebuah Partai yang dilahirkan dari dalam Partai Pekerja Demokrasi Sosial Rusia di akhir abad kesembilan belas. Teorinya soal organisasi dan posisi partai proletariat di dalam revolusi sosialis bukan sesuatu yang inheren dalam diri Lenin sejak ia dilahirkan. Ibarat baja yang digali dari dalam tanah Rusia dengan serba riwayat ekonomi dan politiknya lalu ditempa di atas api perdebatan nyaris tiada henti dengan berbagai tendensi pemikiran baik yang muncul dari dalam Partai maupun dari luarnya, teori-teori Lenin bukanlah pedang yang sekali jadi bisa menjadi senjata untuk semua peperangan di semua tempat lintas masa. Apabila kita betul-betul ingin mengetahui Revolusi Oktober secara umum dan Lenin secara khusus lalu mengambil hikmah yang bisa dipetik darinya tanpa harus terjebak ke dalam premis kesupermanannya, maka yang harus kita lakukan ialah mempelajari tetek-bengek konteks asbabun nuzul-nya. Artinya, kita harus mempelajari teori sebagai produk perjuangan, bukan sebagai wahyu. Tentu saja ada yang berpandangan bahwa mempelajari teori-teori beserta dengan asbabun nuzulnya yang pelik rumit itu berbahaya bagi gerakan karena membuat kita akan selalu ragu mengambil kesimpulan dan bertindak. Tapi Lenin sendiri pernah bilang (di dalam konteks yang perlu juga dipelajari dengan seksama) bahwa tidak ada tindakan revolusioner tanpa teori revolusioner.***