Santiago, Castro, dan Pertarungan

Print Friendly, PDF & Email

Oase-IPKuba tetap setia pada jalan lain: Sosialisme.

Beratus-ratus tahun Kuba dicambuk penjajahan. Tak usah kita sisir penderitaan yang mereka alami. Kita pasti tahu, negeri yang terjajah tak ada yang bahagia: muram dan tak ada humor. Yang ada hanya satire.

Ernest Hemingway menulis novel The Old Man and The Sea (Lelaki Tua dan Laut). Novel tipis ini terbit tahun 1952. Ceritanya bukan tentang epos revolusi. Bisa saja dianggap sepele kisahnya: petualangan Santiago menangkap ikan di Teluk Mexico. Dan, Hemingway memilih Kuba sebagai latarnya: persisnya di perbukitan Cojimar yang menghadap pantai.

Ini tafsir tentang Lelaki Tua dan Laut.

Ada beberapa tokoh dalam Lelaki Tua dan Laut: perahu, Santiago, Manolin, hiu, dan ikan marlin.

Perahu Santiago seperti Kuba. Entah sudah berapa kali Santiago—si lelaki tua—mendayung perahunya ke laut—tempat pertarungan sesungguhnya. Ketika Hemingway mengangkat Santiago menjadi tokoh dalam novelnya, Castro belum mengumandangkan revolusinya. Tapi Hemingway peka, kelak Kuba akan seperti perahu milik Santiago: sendirian mengarungi pertarungan di laut. Benar-benar sendirian. Perahu-perahu lain yang berbendera sosialisme telah karam satu persatu.

Dengan perahu sederhana, Santiago telah melewati 84 hari tanpa bisa menangkap seekor ikanpun. Ikan-ikan seperti menjauh dari umpannya. Pada hari ke-85 ia berujar pada Manolin—seorang bocah yang setia menemaninya: kesialannya akan berakhir. Ia berangkat ke laut sendirian pada subuh yang dingin. Langit masih muram. Sesampainya di tengah laut, kail ia ulurkan. Siang hari. Seeokor ikan marlin menggigit umpannya. Ia melonjak gembira. Tapi sial, perahunya justru ditarik marlin raksasa yang tersangkut dalam umpan. Dua hari Santiago dalam situasi seperti itu: diombang-ambingkan marlin. Tangannya kebas dan terluka menahan tali jerat. Untung ada hari ketiga. Sang ikan menyerah.

Kemenangan Santiago dalam pertarungan dengan ikan marlin hanya jeda.

Ketika Santiago berlayar pulang, ikan-ikan hiu mulai menyerbu bangkai marlin yang terikat di sisi perahu. Pertarungan dimulai lagi. Inilah pergulatan sesungguhnya: mempertahankan hak milik. Lima hiu dibunuh Santiago. Tapi ia hanya mendapatkan kerangka, punggung, ekor dan kepala marlin; bagian lain telah disantap hiu dalam penjarahan yang ganas.

Itulah pertarungan. Tak jarang pulang tanpa hasil. Yang penting Santiago telah melawan.

Castro masih muda—26 tahun—saat Lelaki Tua dan Laut terbit. Tapi Castro sudah terlibat dalam gerakan bawah tanah melawan kediktatoran Fulgencio Batista. Setahun kemudian, ia menggempur barak militer Moncada. Usaha ini gagal. Castro ditangkap dan dijebloskan ke sel. Akankah ia berhenti bertarung setelah itu? Tidak.

Castro dan Hemingway sahabat karib. Castro pernah mendapatkan kiriman karya Hemingway: For Whom the Bell Tolls. Menurut pengakuannya, karya inilah yang memberikan inspirasi untuk melakukan gerilya melawan rezim Batista. Sebagai bentuk kedekatan, Castro memangil Hemingway: ‘Papa’. Ada patung Papa di ruang kerjanya. Hemingway sendiri bukan penulis kiri. Ia lebih tepat disebut penulis borjuis—suka berburu di Afrika dengan dayang-dayang yang banyak—dan dikecam kaum feminis atas penggambaran perempuan dalam karya-karyanya yang dianggap merendahkan. Tapi entah, ia mengagumi revolusi Kuba. Sebelum revolusi pecah, ia pernah tinggal lama di Kuba. Dan, setelah revolusi, ia dua kali bertatap muka dengan Castro.

Bisa jadi Robert Jordan—tokoh dalam novel For Whom the Bell Tolls, seorang guru Amerika yang memilih masuk hutan untuk mendukung gerakan antifasis dalam Perang Sipil Spanyol—mirip dengan Castro, tapi jiwa petarung Santiago tak bisa dilepaskan dari diri sang Komandante.

Ada sajak Pablo Neruda berjudul Kehadiran Kuba; tentang situasi yang dihadapi Castro sebelum revolusi:

kiri belakang adalah malam sang tiran,
kekejamannya, matanya yang tanpa cinta,
semua emas telah dirampas oleh cakar-cakarnya,
para tentara bayarannya, hakim-hakim kanibalnya,
monumen-monumen angkuh yang menopang
sengsara, aib, dan kejahatan.

Apakah Castro melawan sang tiran itu dengan aksi damai? Atau, berkumpul di café pada malam hari lantas esoknya menggelar aksi, dan esoknya lagi sudah lupa semuanya? Tidak. Castro bertarung. Santiago melawan dengan seruit, pisau, dan ketika tinggal dayung yang dimiliki, ia tetap melawan. Castro melakukan hal serupa. Bersama rakyat Kuba ia melawan hiu-hiu ganas rezim Batista. Ia tak pernah lintang pukang dalam pertarungan dengan hiu predator; hiu-hiu tiran. Hingga seperti sajak Neruda—judul yang sama:

tangan Fidel merebut benteng dan masuk
Kuba, sang bunga sejati Karibia.
lalu cahaya sejarahnya menuntun kita
manusia bisa mengubah yang sudah ada

Ini pertarungan dengan hiu. Tak bisa berpura-pura humanis. Castro merebut bukan menunggu. Seperti Santiago, ia membunuh hiu bukan membiarkan tubuhnya dicabik-cabik. Sekali lagi, Castro bertarung. Dalam tulisan berjudul Pesan untuk Ortodoxos, Castro menyatakan tantangan terhadap Batista: ‘kami akan menyapu Anda dan kawanan pembunuh terkenal Anda dari muka bumi.’ Dengan kata lain, kata ‘damai’ telah dihilangkan dalam kamus gerakan Castro.

Kalau begitu, kemenangan Castro hanya buah dari kegigihan dalam pertarungan. Dalam penutup sajaknya, Neruda menggoreskan:

Lalu Fidel mengusir tuntas mimpi-mimpi
Menjadi kembang melati yang mungkin akan 
dilahirkan

Kini, Castro seperti Santiago: menjadi lelaki tua.

Dalam epilog Lelaki Tua dan Laut, Santiago tertidur pulas setelah pertarungan di laut. Manolin, bocah yang masih polos itu, membawakan surat kabar dan kopi untuk Santiago. Dalam percakapan, Manolin berjanji akan menemani Santiago menangkap ikan. Mungkin sekarang Manolin sudah menjadi Hugo Chavez, Evo Morales atau Maradona.

Bagi Santiago yang hidupnya dihabiskan di laut, pertarungan tak pernah usai. Pun, bagi Castro.***

Lereng Merapi. 12.02.2012

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.