Sukarno yang (Di)Kalah(kan) Total
TIDAK BISA disangkal lagi Sukarno, bersama seluruh generasinya, berhasil menang dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan mendirikan Republik Indonesia. Dan kemenangan itu bukan kemenangan kecil. Negeri
TIDAK BISA disangkal lagi Sukarno, bersama seluruh generasinya, berhasil menang dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan mendirikan Republik Indonesia. Dan kemenangan itu bukan kemenangan kecil. Negeri
Resensi Buku Judul: Jangan Tulis Kami Teroris Penulis: Linda Christanty Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011 Tebal: 160 halaman DALAM perjalanan belasan jam dari Yogyakarta menuju
KALAU ADA teori Marx yang paling mengundang perdebatan, tidak salah lagi, itulah teori tentang Negara. Debat ini mungkin tak perlu muncul, kalau saja Marx sempat
Loke matan loro foun to’o iha o knuak Loke matan loro foun iha ita raim Hader kaer rasik kuda talin eh Hader ukun rasik ita
BU ADE, begitu ia akrab disapa, telah berpulang pada 9 Juli 2011 di usia 72 tahun. Seorang perempuan hebat, ibu dan sahabat semua aktivis dan
SEJAK SAYA mulai belajar sejarah Indonesia di University of Sydney tahun 1969, saya selalu diajari para dosen bahwa Sukarno adalah seorang permersatu. Bahkan mereka, baik dosen Australia, Indonesia atau Belanda, cukup banyak yang menyebut Sukarno – dengan nada minor – gandrung persatuan. Dalam bulan Juni 2011 lalu – dengan banyak spanduk yang menyatakan ini bulan Sukarno – masalah persatuan, apalagi dalam menghadapi ‘asing,’ suka disebut-sebut lagi.
Baik sebagai seorang akademisi yang ‘Indonesianis’ maupun sebagai warga dunia yang berkewajiban berideologi, saya menyatakan sebelumnya bahwa saya termasuk seorang yang sangat menghargai kepemimpinan Sukarno serta pikirannya, meskipun saya juga berpendapat dia bukan manusia sempurna: pernah juga melakukan kekeliruan dan kadang-kadang analisa yang salah. Sebagai seorang yang menilai peranan Sukarno secara umum sangat positif, saya mau menekankan bahwa gambaran atau stereotipe Sukarno sebagai seorang pemersatu adalah keliru total. Sukarno bukan pemersatu bangsa, dia adalah seorang yang membelah bangsa dan negeri Indonesia.
HAL-HAL yang rumit menjadi sederhana. Soal-soal pelik menjadi ringan. Perbedaan tak berujung menjadi kompromi. Hal-hal yang tak bisa diselesaikan dicairkan dengan tawa dalam gelas-gelas ’seribu
ISU MENGENAI kemalangan Tenaga Kerja Indonesia kembali lagi mencuat ke permukaan. Kali ini dengan menghadirkan tragedi pemancungan Ruyati-Darsem. Ruyati dipancung oleh pemerintah Arab Saudi atas tuduhan pembunuhan majikannya yang mencoba memperkosanya. Sementara Darsem sedang berharap mujizat 4,7 Miliar untuk menyelamatkannya dari pisau jagal negara yang benderanya bergambarkan pedang itu.
I SALAH SATU sebab kekaguman Marx kepada kapitalisme ialah keengganannya yang obsesif terhadap kemandegan. Kemajuan dan senantiasa perubahan itu ibarat mandor yang mondar-mandir ke setiap
DIA BARU SAJA menenggak habis bir Tequila di tangan kirinya, ketika aku tiba dan bergabung bersamanya di sebuah meja. Di sana ada beberapa kawan, tempat
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.