Edisi XVIII/2014
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebenarnya sudah melakukan abstraksi secara spontan. Sedari anak-anak, kita sudah belajar melakukan abstraksi. Bilangan 2, misalnya adalah abstraksi dari pola kuantitas bermacam hal yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti dua batu, dua kursi, dua daun, dan seterusnya. Untuk mendapatkan konsep dua, pikiran kita mengesampingkan benda-benda material dimana pola kuantitas itu melekat, sehingga didapatkan suatu konsep kuantitas murni tertentu yang kemudian kita beri nama ‘dua’ atau lambang bilangan Hindu-Arab ‘2.’ Tentu saja proses pemahaman atas bilangan 2 tidak sesederhana di atas. Ada juga misalnya proses komparasi dengan pola kuantitas lain yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti 1, 3, 4, dan seterusnya, yang berjalan dalam pikiran kita, sehingga kita mendapatkan sense of position dari bilangan 2 dalam urutan bilangan yang ada. Tapi, ada proses abstraksi di situ. Dan tanpa kita sadari, kita sudah melakukan hal ini sejak kanak-kanak.