1. Beranda
  2. /
  3. Rio Apinino
  4. /
  5. Page 3

Rio Apinino

Kekuatan Teori Nilai Kerja Marx

Tentu tidak cukup menjawab persoalan kebenaran marxisme hanya dengan pernyataan jargonistik saja. Karena, dengan berhenti pada jargon-jargon itulah marxisme menjadi sebatas mitos dan kehilangan keilmiahan serta daya emansipatorisnya. Dalam konteks inilah buku Martin Suryajaya berjudul Asal Usul Kekayaan: Sejarah Teori Nilai dalam Ilmu Ekonomi Dari Aristoteles Sampai Amartya Sen menjadi penting. Buku ini secara garis besar menjelaskan fenomena kapitalisme yang berkaitan erat dengan persoalan nilai, yaitu bagaimana melandasi keseukuran sebuah komoditas agar bisa dipertukarkan dengan komoditas yang lain. Karena kapitalisme pada dasarnya adalah akumulasi keuntungan melalui komoditas yang diciptakan, maka nilai adalah prasyarat bagi relasi ekonomi tersebut, atau dengan kata lain menjadi batu fondasi dari kapitalisme itu sendiri. Dengan analisisnya, Martin membuktikan bahwa dari berbagai macam teori nilai yang ada, teori nilai Marx lah yang paling eksplanatoris dalam menjelaskan persoalan nilai, dan dengan demikian, kapitalisme itu sendiri. Maka, alih-alih menjadi teori yang usang, marxisme adalah teori yang paling mumpuni dalam menjelaskan fenomena ekonomi yang saat ini terjadi.

Gerwani dan Perjuangan Politik Perempuan

BOLA mata para jendral dicungkil dari tempatnya, sekujur tubuhnya dikuliti dan kemaluan mereka dipotong. Mayat yang tak lagi utuh tersebut dikumpulkan dalam satu sumur mati di wilayah Lubang Buaya, Jakarta. Di atas sumur mati tersebut para wanita sundal menari ‘Tari harum Bunga’ dengan bugil merayakan kemenangan. Tarian setan tersebut diiringi lagu Gendjer Gendjer yang bernuansa mistis. Maka, lengkap sudah segala kegerian dimalam jahaman 1 Oktober 1965 tersebut.

Kiri Islam dan Proyeksi Utopis Hassan Hanafi

Banyak contoh konkret yang dapat kita temui dalam keseharian, bagaimana praktik beragama hanya sebatas ritual semata dan melupakan aspek sosial dari agama itu sendiri. Bagaimana ustadz-ustadz (dan pemuka agama lain) hari ini sibuk mengutip ayat-ayat yang menjanjikan kenikmatan surga dan hidup bahagia setelah mati kelak kepada para jama’ah/umat, tetapi kemudian setelah mendengar ceramah, para jama’ah kembali ditindas di tempat kerjanya, di pabriknya, di sawahnya, atau di ladangnya. Mereka hanya pasrah, terkunci pada sikap sabarnya karena ingat akan janji surga di kehidupan setelah mati kelak. Sebuah ilusi dan harapan palsu yang menyelubungi penindasan yang ada. Sikap pasif dan apolitis ini juga direproduksi tanpa henti di media massa sebagai aparatus ideologi termaju. ‘Kotak ajaib’ itu telah menjadikan dakwah sekadar ajang komersialisasi agama yang tidak ada bedanya dengan komoditas-komoditas lain. Ustadz pun kemudian dibayar berdasarkan ‘waktu kerja’ mereka berdakwah di layar televisi.

Hilmar Farid : Warisan Kunci Politik Orde Baru adalah Kemiskinan Imajinasi Politik, Sosial, dan Kultural!

Tanpa bermaksud menyederhanakan masalah saya kira warisan politik Orde Baru yang paling bermasalah dan sulit diatasi adalah kemiskinan imajinasi. Bukan hanya imajinasi politik, tapi juga imajinasi sosial dan kultural. Sederhananya begini: orang kesulitan membayangkan sistem politik atau bentuk masyarakat yang ideal. Kita sering dengar orang bicara sosialisme, tapi yang dimaksud itu apa? Masyarakat sosialis di Indonesia hari ini artinya apa? Jangan dulu kita bicara tentang kesadaran rakyat secara umum, di kalangan aktivis saja saya kira soal ini belum jelas. Dan ini warisan Orde Baru yang hebat, kemiskinan imajinasi.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.