MENELUSURI kotaku dengan kacamata orang lain: itulah yang hari ini kulakukan bersama Irwan. Aneh rasanya. Seolah aku menjadi asing di kota kelahiran sendiri, pun pula kota tempat kudibesarkan. Irwan punya cara sendiri untuk menjelajahi Amsterdam; sebuah cara yang pastinya tak akan aku pilih jika sendirian. Namun, sekarang memang boleh jadi aku tak bisa dengan leluasa melewati jalan-jalan kesukaanku. Setahun setelah Rotterdam hancur, Amsterdam yang sebenarnya tidak sebegitu parah menjelma kota mati. Di balik warna warni musim rontok, hawa yang makin dingin seolah menghalangi warganya untuk keluar. Sepi terasa mencekam. Belanda makin tak berkutik dalam cengkeraman Nazi.