Made Supriatma

Membela Pembunuhan oleh Kopassus

PEMBUNUHAN empat tahanan pada 23 Maret 2013 di Penjara Sipil Cebongan, Yogyakarta, serta penyelidikan dan pengadilan yang terjadi sesudahnya, telah kembali menempatkan kesatuan Kopassus dalam

Mengapa Yudhoyono Ngotot Menerima ‘World Statesman Award?’

Terakhir, siapa yang diuntungkan? Untuk saya, pemberian penghargaan ini kayaknya lebih untuk kepentingan the Apppeal of Conscience Foundation ketimbang untuk presiden Yudhoyono. Seraya dihinggapi banyak teka-teki dalam soal pemberian penghargaan ini, tiba-tiba saya teringat akan cerita Hans Christian Andersen yang berjudul ‘The Emperor’s New Clothes’yang versi bahasa Indonesianya didongengkan kepada saya waktu saya kanak-kanak. Pemberian penghargaan ini setidaknya memungkinkan kita untuk melihat dan mendiskusikan kembali semua track record dari administrasi pemerintahan presiden Yudhoyono. Banyak hal harus dijelaskan kembali oleh Yudhoyono. Dengan menerima penghargaan dari organisasi yang memajukan toleransi, Presiden Yudhoyono akan dipaksa untuk menjelaskan semua track-record-nya. Jika itu dilakukan dengan cara seperti yang ditampilkan oleh pembantunya, Dipo Alam, maka orang akan semakin bertanya. Waktu semakin sempit untuk Pak Presiden.

Teror Sipil Sebagai Proxy

Catatan Atas Kekerasan Terhadap Beberapa Golongan Minoritas di Indonesia MEMPERHATIKAN aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok vigilante  seperti FPI, FBR, FUI, MMI dan sejenisnya itu, saya menyimpulkan:

Kedaulatan Para Pemangsa (Predators)

BARU-BARU ini, saya terlibat dalam diskusi yang cukup hangat dengan seorang rekan. Topiknya apalagi kalau bukan persoalan yang lagi hangat di tanah air: soal perseteruan

Politik Yang Tidak Perlu Massa-rakyat

MUNGKIN tidak banyak disadari, sebuah gejala baru telah terjadi di dalam perpolitikan Indonesia. Tidak sulit diraba sebenarnya.

Bagaimana mungkin sebuah partai tanpa basis organisasi yang solid – juga tanpa ideologi yang jelas — seperti partai Demokrat, bisa menempatkan diri pada urutan pertama dalam pemilihan legislatif?

Bagaimana mungkin seseorang yang hanya mengandalkan image politiknya, bisa menjadi sedemikian popular dan menang dalam pemlihan presiden hanya dalam satu putaran?

Mau tidak mau, kita dipaksa untuk menemukan karakteristik yang baru dalam perpolitikan Indonesia.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.