Jalan Trans Papua. Kredit foto: finance.detik.com
SALAH satu program kerja pemerintahan Jokowi-JK yang dinilai paling sukses adalah pembangunan sektor infrastuktur, khususnya pembangunan jalan-jalan yang menghubungkan berbagai titik wilayah. Di beberapa daerah, khususnya provinsi Papua, pembangunan jalan baru telah membuat daerah-daerah terisolasi menjadi lebih terbuka dan terhubung satu sama laibn dengan lebih mudah dan efisien.
Tetapi, benarkah pembangunan infrastruktur ini hanya berisi cerita indah? Dalam artikel singkat berikut ini, saya ingin menunjukkan sisi gelap dari sukses pembangunan infrastruktur ini dengan mengambil kasus pembangunan jalan trans Wamena-Nduga-Mumugi.
Kasus Jalan Trans Jayapura – Wamena
Pada tanggal 1 dan 2 Agustus 2018, oknum aparat TNI/Polri tertangkap basah di jalan trans Jayapura–Wamena. Polsek Elelim sudah amankan barang bukti bersama dua orang pelaku, yaitu supir mobil dan pemilik barang. Terdapat 2.550 botol minuman keras yang terdiri dari vodka dan berjenis lainnya.
Akhir Agustus, Polsek Senggi, Koramil senggi dan Satgas 644 Perbatasan menahan 8 pelaku pencuri motor di Senggi, Kabupaten Keerom. Mereka adalah AJ (23), FI (25), BP (18), SH (27), AH (22), JH (15), OI (27), AI (19). Polisi telah menjerat pelaku dengan pasal 365 ayat (1), dan ayat (3) KUHP. Ancaman hukumnya ± 15 tahun penjarah. Sekarang ditahan di Lapas Kelas II Abepura.
Tidak hanya itu. Pengedaran obat – obat terlarang, terutama Narkoba dan ganja pun diduga kuat beroperasi di jalan trans ini. Dulu para bandar dan pengedar mengalami kesulitan untuk menembus bandara Sentani, yang adalah jalan satu–satunya masuk Wamena dan daerah pemekaran lain. Tetapi hari ini kesulitan itu diatasi dengan jalan trans Jayapura–Wamena.
Kasus mengenai pengedaran narkoba dan ganja di jalan ini belum ditemukan. Namun bisnisnya sudah berjalan sejak pemerintah mengumumkan jalur tersebut bisa diakses oleh masyarakat umum. Para pengedar menjalankan bisnis dengan leluasa. Mereka merasa aman dengan pemeriksaan yang kurang ketat. Dampak di Wamena dan pemekaran sangat terasa.
Banyak anak–anak telah mengonsumsi Narkoba dan ganja dengan bebas. Hingga kini belum ada penanganan serius oleh penegak hukum. Baru–baru ini, aparat hanya bisa meringkus Apianus Logo (36) di kampung Pirambot, Distrik Wolo, perbatasan Kabupaten Jayawijaya dan Mamberamo Tengah. Meski demikian, aparat belum mengungkap jaringan lain.
KLB di Jalan Trans Wamena – Nduga – Mumugi
Pada 2015 di Distrik Mbua, Dal, Mbulmu Yalma, Kabupaten Nduga dilanda kejadian luar biasa (KLB). Sebanyak 200-an orang menjadi korban setelah jalan ini menghubungkan ke pemukiman warga sipil. Kematian misterius ini berakhir 2017. Akhir tahun 2015, ± 54 orang meninggal dunia. Sepanjang 2016 – 2017, ± 26 orang menyusul lagi. Korban terbanyak adalah anak–anak di bawah umur, yakni berusia sekitar 1 bulan – 17 tahun. Kemudian menyusul usia remaja dan dewasa 18 ke atas.
Tidak hanya manusia yang menjadi korban. Hewan ternak dan binatang liar pun menjadi sasaran dari KLB itu. Sebanyak 54 orang kehilangan ternaknya, yakni; babi, ayam, ikan dan kelinci. Ada 136 ekor babi yang mati. Ayam mati kurang lebih 195 ekor. Ikan yang mati berjumlah 23 ekor dari 2 kolam buatan. Kelinci mati sebanyak 3 ekor. Binatang liar belum tercatat baik. Namun jenis binatang seperti katak, ular dan lainnya ditemukan di pemukiman warga, hutan–hutan, sungai dan perbukitan sekitarnya.
Penyanderaan Karyawan Waskita Karya
Pada Kamis, 11 Juni 2015, 8 Karyawan PT. Waskita Karya disandera oleh OTK (orang terlatih khusus). Tetapi kelompok itu diduga dari TPNPB/OPM yang dikomandoi oleh Egianus Kogoya. Para pekerja jalan tersebut adalah Dominggus, Kasirim, Darno, Dudung, Boby, Marmo, Indah dan Alfon. Mereka disandera selama 4 hari 3 malam. Pembebasan dilakukan pada 11 Juni.
Perusahaan Waskita Karya menyerahkan uang tebusan sebear Rp. 500 juta kepada Terinus Unnue, yang mengaku sebagai kurir dari kelompok penyandera tersebut. Turut hadir dalam saksi dan jaminan pembebasan penyanderaan ketika itu adalah kepala suku Mugi, Jakaruma Kogoya.
Aparat kemanan dan militer waktu tidak tahu akan kejadian ini. Pihaknya kaget setelah penyanderaan sudah dilakukan setengah hari sebelumnya. Para pelaksana kebijakan kepentingan nasional ini nyaris kehilangan nafas dan keluarga terkasihnya. Untung saja waktu itu pimpinan perusahaan sanggup membayar tebusan kepada TPNPB/OPM.
OTK Menembak Mati Pekerja Jalan
Pada 1 dan 2 Desember 2018, OTK menembak mati 24 pekerja jalan trans Wamena – Nduga – Mumugi. Mereka adalah Jhony Arung, Anugrah, Alrpiianus, M. Agus, Aguatinus T, Martinus Sampe, Dirlo, Matius, Emanuel, Calling, Dani, Tariki, Markus, Allo, Aris Usi, M. Faiz, Yusran, Ayub, Yosafat, M. Ali Akbar, Petrus Ramli, Hardi Ali, Efrandi Hutagaol, Rikki Simanjuntak, dan Marg Mare.
Tempat kejadian di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Peristiwa ini berlangsung di sore hari sekitar pukul 15.00 waktu setempat. Korban umumnya adalah pekerja jalan trans Wamena–Nduga–Mumugi. Tidak ada kepastian soal status korban, sebab ada dua sudut pandang yang berkembang.
Satu pihak menyebut korban adalah warga sipil, sementara pihak lain menyebut korban adalah militer atau agen inteligen yang menyamar sebagai pekerja jalan. Untuk memastikan ini, CNN Indonesia pernah menaikan laporannya yang menyebut bahwa proyek ini dikerjakan oleh kekuatan TNI dari Zeni Tempur Angkatan Darat sebanyak 394 personel. Mereka bekerja di jalan sepanjang 278,6 Km
Dari jarak itu dibagi lagi ke masing–masing kompi. Terdapat tiga komposisi. Pertama, POP-1 meliputi Denzipur-10 dan Denzipur-12. Kedua kompi ini ditugaskan dan dipercayakan untuk mengerjakan ruas jalan dari Wamena–Habema dan Habema–Mbua. Kedua, POP-2 dari kompi Yonzipur-18. Kompi ini diberi tanggung jawab untuk mengerjakan ruas jalan sepanjang Mbua-Mugi dan Mugi–Paro. Ketiga, POP-3 dari kompi Yonzikon-14 yang mengerjakan ruas jalan Paro–Keneyam dan Keneyam–Mumugi. Kekuatan setiap POP berjumlah 107 personel.
Respon Cepat Joko Widodo
Sebelumnya, presiden mengantongi agenda untuk bertemu dengan sejumlah pihak, seperti pengurus PGRI dan lainnya. Namun RRI Pro 3 melaporkan beliau membatalkan agenda tersebut. Keputusan mendadak itu dilakukan terkait penembakan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua pada 1 dan 2 Desember 2018.
Dilaporkan presiden memimpin rapat terbatas di Istana Negara menjelang siang hari. Semua pihak terkait di hadirkan untuk memastikan dan mengambil langkah penanganan kasus secara bersama, seperti Panglima TNI, Kapolri, Menteri PUPR, Menteri Pertahanan dan sejumlah pihak terkait lainnya.
Tak lama setelahnya presoden berpidato di awak media. Dari istana beliau menyampaikan rasa belangsukawa, mengutuk pelaku, perintahkan operasi militer alias penegakan hukum dan meminta perusahaan agar melanjutkan proyeknya. Tentu dalam sejarah hidup OAP (orang asli Papua), peristiwa ini menjadi satu–satunya peristiwa yang paling cepat direspon oleh Jokowi sebagai orang nomor 1 di Indonesia.
Sebelumnya ia pernah bicara soal Paniai Berdarah (8/12/2014). Tetapi tidak secepat ini. Beliau singgung nasib empat pelajar yang ditembak oleh aparat Indonesia itu pada 27 Desember di stadion Mandala. Hari itu, dia janji di hadapan Allah, Alam dan Munusia untuk selesaikan kasus, termasuk mengadili para pelaku. Tapi hingga detik ini tak kunjung nyata.
TNI/Polri Menembak Warga Sipil
Beberapa menit kemudian, setelah Joko Widodo pidato di Istana Negara pada Selasa (4/12/2018), pada pukul 11 siang, aparat gabungan TNI/Polri menewaskan 4 warga sipil. Mereka adalah Mianus Lokbere (20), Nison Umangge (21), Mentus Nimiangge (25) dan Yarion Pokniangge (55). Mianus dan Nison adalah pelajar SMA Negeri Mbua.
“Mianus kelas I SMA. Kalau Nison kelas III SMA. Tahun depan Nison mau ikut ujian nasional. Tapi pendidikan, nasib dan masa depan mereka dimatikan oleh timah panas dan bom”, kata seorang warga dari wilayah tersebut lewat telepon seluler pada Sabtu (30/12).
Mereka ditembak dari atas perbukitan dan di bom dari atas udara menggunakan helipkoter. Mianus ditemukan di pebukitan dekat lapangan terbang Mbua. Nison ditemukan di sekitar halaman rumah, kampung Otelama, Distrik Mbua. Mentus ditemukan di kampung Kuru, Distrik mbulmu Yalma .
Yerion, menurut keluarga korban waktu itu sedang dalam keadaan sakit parah. Ketika orang-orang berlari ke hutan gara–gara takut, Yerion yang tidak bisa berdiri dan bergerak memilih tinggal di rumah. Di tubuhnya tidak ada tanda bekas tusukan benda tajam dan peluru, namun dia ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di rumahnya, kampung Silan, DIstrik Dal.
“orang tua dia (Yerion) mengalami kepanikan yang hebat. Kepanikan itu membuat dia mengalami serangan jantung dan meninggal dunia. Kami temukan dia dalam posisi tergeletak di rumahnya” kata seorang warga juga keluarga dekat almarhum lewat telepon dari Wamena.
Jalan Bukan Solusi
Jalan tidak serta merta membuat orang Papua semakin maju dan sejahtera. Dari rentetan peristiwa di atas bisa kita lihat bahwa pembangunan jalan telah membawa perkara buruk: Jalan mendatangkan malapetaka, kehancuran dan ancaman.
Kalau jalan trans ini tidak dibangun, maka orang tidak akan bawa miras, narkoba, ganja dan motor curian lewat jalan Jayapura-Wamena. Kalau jalan trans tidak ada, maka 80 orang Papua yang meninggal karena KLB Mbua bisa dapat hidup. Kalau jalan tidak ada ratusan hewan ternak dan peliharaan bisa hidup.
Kalau jalan tidak ada, 8 karyawan PT. Waskita Karya yang disandera pada 2015, tidak bisa terjadi. Kalau jalan tidak ada, penembakan terhadap pekerja pada 1 Desember tidak perlu terjadi dan 24 orang yang tewas bisa hidup. Kalau jalan tidak ada, orang bisa tenang dan Joko Widodo pun bisa fokus dengan agendanya.
Namun semua ini terjadi karena kebijakan berbaur kepentingan tanpa mementingkan nasib dan masa depan OAP. Pembagunan jalan trans perlu dievaluasi kembali. Pemerintah harus mencari solusi lain untuk membangun tanah dan manusia Papua.***
Soleman Itlay adalah Anggota Aktif Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) St. Efrem Cabang Jayapura, Papua
Kepustakaan:
LIPI dan TAF, (2018) Kajian Cepat: Ringkasan – Eksekutif – Rapind – Assessement – Infra – Papua.
Islami Adisubrata, (2018,” Belum Layak Pakai, Jalan Trans Papua Sudah Digunakan Seludupkan Minuman Beralkohol”, Tabloidjubi.com, 1 Agustus 2018. Lihat https://tabloidjubi.com/artikel-18221-belum-layak-pakai-jalan-trans-papua-sudah-digunakan-selundupkan-minuman-beralkohol.html
Itlay, Soleman dkk (2015), Laporan Investigasi KLB Mbua dan Laporan Pasca KLB Mbua,Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda KLB Wilaya Mbua2017
Jenaru, Aventinus dkk, (2016), Papua di Ambang Kehancuran, Beragam Peristiwa dan Fakta Hak Asasi Manusia di Papua 2016, Jayapura: SKPKC Fransiskan Papua
Koten, Bernard dkk, (2016), Papua “Suga yang Terlantar”, Laporan Hak Asasi Manusia, SKP Se- Papua 2015 – 2017.
Harun Rumbarar, (2015), “Ini Enam Tuntutan SKJWM Terhadap Kasus KLB Mbua”. Suara Papua.com, 2015. Lihat https://suarapapua.com/2015/08/08/ini-enam-tuntutan-skjwm-terhadap-kasus-klb-mbua/
Abeth You, (2016), “Solidaritas KLB Mbua: Negara Gagal Ungkap Penyebab Kematian”, Tabloidjubi.com, 25 Februari 2016. Lihat https://tabloidjubi.com/16/2016/02/25/solidaritas-klb-mbua-negara-gagal-ungkap-penyebab-kematian/
Marius Frisson Yewun, (2018), “Bupati: Tambah Pos TNI di Jalan Trans Papua”, Antara News, 22 November 2018. Lihat https://www.antaranews.com/berita/770487/bupati-tambah-pos-tni-di-jalan-trans-papua
Liza, Kumparan (2018), “Komplotan Pencuri Motor Antar Kabupaten Tertangkap di Jalan Trans Papua”, Kumparan,com, 1 September 2018. Lihat https://kumparan.com/bumi-papua/komplotan-pencuri-motor-antar-kabupaten-tertangkap-di-jalan-trans-papua-1535812811336273427
Liza, Kumparan (2018), “TNI Wamena Temukan Ladang Berisi 158 Batang Ganja”, Kumparan.com. Lihat https://kumparan.com/bumi-papua/ladang-ganja-subur-diantara-dua-kabupaten-di-pegunungan-tengah-papua-1533295225512257261
Kataharina Janus, (2015) “8 Pekerja yang Disandera 3 Hari di Papua Dibebaskan”, Liputan6.com, 14 Juni 2015. Lihat https://www.liputan6.com/news/read/2251810/8-pekerja-yang-disandera-3-hari-di-papua-dibebaskan
Viktor Mambor, (2018), “24 Pekerja Jalan Trans Papua Diduga Tewas Dibunuh”, Tabloidjubi.com, 3 Desember 2018. Lihat https://tabloidjubi.com/artikel-21602-24-pekerja-jalan-trans-papua-tewas-dibunuh.html
BBC Indonesia, (2018), “ Jokowi Tentang Pelaku Pembunuhan Buruh Proyek Papua: Tumpas Sampai Ke Akar – Akarnya”, Bbc.com, 5 Desember 2018. Lihat https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46450499
Viktor Mambor, (2018), “Tiga Korban Tewas di Nduga Bukan Anggota TPNPB”, Tabloidjubi.com, 23 Desember 2018. Lihat https://tabloidjubi.com/artikel-22148-tiga-warga-sipil-yang-tewas-di-nduga-bukan-anggota-tpnpb.html