Negeri Komisi
di negeri komisi
politisi tak perlu korupsi
kop-kop sakti instansi
sudah siap memberi komisi
polisi dan akademisi
tak perlu repot cari amunisi
bingung plagiasi
atau cegah sana-sini
atas nama operasi
amplop-amplop berjejer rapi
tinggal tunggu petisi
kantong kosong
penuh terisi
di negeri komisi
korupsi harga mati!
2015
Bila
bila dengan pekik Tuhan
kau mampu temukan kebenaran
maka dengan sujud mana lagi
harus aku dzikirkan tasbih
bila dengan berjenggot
mampu menjadikanmu mulia
maka dengan tobat macam apa
harus aku aduhkan dosa
bila dengan jubahmu
kau mampu dapatkan surga
maka dengan akhlak yang mana
harus aku tutupi dosa
bila hanya dengan tanda
maka akan kau temukan
segala yang sia-sia!
2015
Pesta di Istana
tiga puluh empat
karangan bunga
berjajar rapat
di depan istana
tidak ada yang berduka
tidak ada deru air mata
bunga-bunga adalah tanda jadi
dari proyek yang dinanti jauh hari
rasa syukur, puas, bahagia
salam, jabat tangan, harapan
adalah dusta
dari sisa kemenangan
yang berharap kekuasaan
dari kemuliaan
yang berbuah keprihatinan
bagaimanapun
pesta akhirnya usai
kebahagiaan harus selesai
apa yang tersisa dari pesta
selain anggur, dansa dan wanita?
mungkin angka-angka
yang terus melambung di kepala
bukankah kau tahu
pesta besar ini sekadar opera?
kenapa mesti harus percaya
padahal janji tak pernah ditepati
-ada yang tertawa
pura-pura lupa bahwa
ia sekadar aktor yang hina.
betapa rapuh dan lemah
manusia serupa air mata
tiga puluh empat
karangan bunga
berjajar rapat
di depan istana
2015
*Moh. Faiz Maulana, lahir di Lamongan, 7 Desember 1990, pegiat di Komunitas Omah Aksoro Jakarta, buku puisi pertamanya berjudul Payung Hitam; 2014 (P3SN).