Teori – Slavoj Žižek dan Pembentukan Identitas Subjektif Melalui Bahasa
Liputan – Ketika Masyarakat adalah User, Seniman Harus Jadi Fasilitator
Karya – Puisi-Puisi Beni Satryo
Catatan Kawan – Klub Proletariat Terakhir: IFK Gothenburg
Catatan Kawan – Mengutip Remah Orde Baru
POLITIK IDENTITAS PERNAH, dan barangkali masih, menjadi primadona dalam dunia intelektual kita. Saking primadonyanya, kerap dalam perbincangan perihal marxisme atau pun sosialisme—entah berbau sinisme atau pun pujian dan segala varian di antara keduanya—yang menyeruak justru aroma-aroma politik identitas. Mereka lupa apa yang diperbincangkan mereka sebenarnya yakni sistem ekonomi. Terlepas dari perihal terkahir di atas, ketika kita berbicara tentang politik identitas maka kita membincangkan manusia dan segala keadaan sosial budaya yang menciptakannya.
Barangkali memang perihal politik identitas menarik bagi kita lantaran konflik horisontal yang berbau SARA sejak Reformasi hingga kini masih tak terlalu jauh dari telinga kita. Kita tahu belaka, SARA yang dilarang keras di era Orde Baru itu, ketika terlepas belenggu-belenggunya menyeruak.
Martin Suryajaya yang kabarnya tengah mendekam untuk proyek penulisan bukunya, pada edisi ini berbicara tentang pembentukan subyek (manusia) melalui bahasa. Tulisan Martin bertajuk “Slavoj Žižek dan Pembentukan Identitas Subjektif Melalui Bahasa” kami hadirkan di rubrik logika. Di sini Martin tidak hanya menelusuri pemikiran Žižek yang terinspirasi dari Lacan perihal pembentukan subyek, namun juga mengkritik serta menunjukkan kelemahan-kelemahan dari pemikiran Žižek tersebut.
Rubrik Catatan Kawan kali ini berbicara perihal klub sepak bola. Tentu saja bukan berusaha masuk atau mengomentari kisruh PSSI dan Menpora yang berujung pada pembekuan persepak-bolaan Indonesia oleh FIFA, tulisan ini memperkenalkan pada kita sebuah klub sepak bola dengan pendukung dan penggemar yang kental dengan kelas pekerja. Bung dan Nona, ternyata sepak bola tak selamanya sekadar cabang olah raga penuh intrik pasar dan kapitalisme. Setelah menengok tulisan menarik dari Eddward S. Kennedy di atas, rupanya sungguh menyenangkan jika Anda menikmati puisi-puisi Beni Satryo yang bermain-main pada gaya haiku serta liris ini.
Pada edisi ini, kami menurunkan dua materi yang berhubungan dengan ORDE BARU OK. VIDEO: INDONESIA MEDIA ARTS FESTIVAL. Pada rubrik liputan ada wawancara dengan artistik direktur dari OK. Video, Mahardika Yuda, yang kami turunkan di bawah tajuk “Ketika Masyarakat Adalah User, Seniman Harus Jadi Fasilitator”. Dalam perbincangan Mahardika Yuda dengan LKIP ini Anda bisa menemukan sejarah seni video di Indonesia dan bagaimana upaya-upaya untuk menanggapi perkembangan penggunaan teknologi informasi dan teknologi media di masyarakat saat ini.
Selain itu, ada pula tulisan singkat—semacam iklan dari redaksi sendiri—mengenai simposium yang diadakan dalam rangka kerja sama IndoPROGRESS dan ORDE BARU OK. VIDEO. Simposium ini adalah sebuah upaya kecil pula untuk memahami kita sebagai manusia Indonesia yang dibentuk pula oleh sebuah sejarah yang panjang; dalam hal ini Orde Baru.
Akhirulkalam, selamat membaca. []