Mencermati Kebijakan Pengurangan Subsidi BBM ala Jokowi-JK

Print Friendly, PDF & Email

WACANA kenaikan harga BBM yang beredar selama ini, selalu dikaitkan dengan naiknya harga minyak dunia. Ketika harga minyak melampaui asumsi harga yang telah dianggarkan pemerintah dalam APBN, maka tak ada opsi bagi pemerintah selain menaikkan harga BBM bersubsidi. Yang berbeda, pemerintahan Jokowi-JK justru menaikkan harga minyak ketika harga minyak dunia sedang jatuh. Hal ini yang kemudian dipertanyakan kubu KMP dalam beberapa kesempatan. Di mana dalam APBN yang telah dianggarkan Pemerintahan SBY, harga minyak dunia dipatok sebesar 105 dolar AS per barel. Sementara harga minyak dunia saat ini turun ke angka 75 dolar AS per barel.

Melalui tulisan ini, penulis ingin menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM, adalah bukan kenaikan harga BBM semata. Pun, bukanlah sekedar pengalihan anggaran subsidi BBM ke sektor-sektor yang lebih produktif. Namun, tentu saja, tulisan ini tidaklah ditujukan untuk memperkuat argumen kubu KMP yang mempertanyakan kebijakan Jokowi-JK menaikkan harga BBM, melainkan untuk menunjukkan bagaimana posisi dan peran Indonesia dalam perekonomian global.

Sejak Juni 2014, harga minyak turun 30 persen.[1] Dalam beberapa sumber, terus merosotnya harga minyak dunia ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM pernah mengatakan bahwa, “Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah terjadi karena turunnya perekonomian Jepang.”[2] Selain itu, permintaan minyak mentah dan produk turunannya di China dan India juga mengalami penurunan.[3] OPEC sendiri memperikirakan pertumbuhan perekonomian dunia tahun 2014 cenderung menurun, terutama Jepang, Kawasan Eropa, Brazil, dan Rusia.[4]
  2. Nilai tukar dolar menguat. Penguatan dolar membuat harga minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.[5] Di mana hal itu mengurangi daya tarik minyak mentah yang dihargai dalam mata uang dolar terhadap investor pemegang mata uang lainnya.[6]
  3. Stok minyak mentah dunia melimpah. Menurut laporan OPEC, stok minyak mentah komersial di negara-negara OECD meningkat 19.8 juta barrel, menjadi sebesar 1.690 juta barrel.[7]
  4. Negara anggota OPEC tak mau mengurangi kuota produksinya. Di tengah melimpahnya stok minyak dunia, para pedagang dan pelaku pasar yakin negara anggota OPEC, yang menguasai sekitar 40 persen (atau lebih dari sepertiga) ekspor minyak dunia tidak akan memotong produksinya.[8] Hasil pertemuan OPEC pada Jum’at 28 November 2014 kemarin juga mengindikasikan bahwa negara-negara anggota OPEC tak mau mengurangi kuota produksi per harinya.
  5. Perang harga antar sesama negara pengekspor minyak. Di tengah terus merosotnya harga minyak dunia, bahkan hingga sampai di bawah 70 dolar AS per barel, beberapa negara anggota OPEC malah memotong harga jual minyak mentahnya. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Sekaligus menjadi suatu bentuk keringanan bagi negara-negara industri pengimpor minyak.

 

Kelima faktor inilah yang kemudian berdampak pada terus merosotnya harga minyak dunia. Lalu, yang menjadi pertanyaan, mengapa dengan kondisi demikian harga BBM di Indonesia justru menjadi naik? Bahkan untuk BBM jenis Premium yang memiliki nilai oktan 88 saja terhitung lebih mahal dengan BBM RON 95 (setara Pertamax Plus) yang dijual di Malaysia. Hal inilah yang ingin penulis soroti.

 

Posisi Indonesia dalam Perekonomian Global

Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar ketiga di dunia, setelah China dan India. Kita pun tahu Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki letak strategis bagi jalur perdagangan dunia, atau paling tidak bagi dalam lingkup regional Asia. Kedua faktor inilah yang kemudian menjadikan Indonesia dalam radar investasi negara-negara di dunia. Sebelum masuk pada pembahasan tersebut, ada baiknya bila kita lihat kinerja industri beberapa negara di dunia dalam lima tahun terakhir.

Dari data tentang Total Produksi Industri yang penulis dapat dari www.bluenomics.com kita bisa lihat bahwa Total Produksi Industri Indonesia berada di atas India dan Brazil. Sedangkan Total Produksi Industri China, walaupun masih berada di atas Indonesia, namun trend-nya cenderung menurun. Bahkan dalam dua tahun terakhir, Total Produksi Industri Indonesia sempat melebihi Total Produksi Industri China. Sementara, jika kita bandingkan dengan Jepang, dalam dua tahun terakhir, Total Produksi Industri Indonesia berada jauh di atas Jepang. Hanya di akhir 2013, Total Produksi Industri Indonesia mengalami penurunan drastis dan mulai merangkak naik memasuki tahun 2014.

 

bbm

bbm1
Sementara jika kita bandingkan dengan Total Produksi Industri AS, Rusia, dan Eropa, dalam dua tahun terakhir, Total Produksi Industri Indonesia bahkan berada jauh di atas AS. Sempat menukik tajam di akhir 2013, namun memasuki tahun 2014, Total Produksi Industri Indonesia berada di atas Eropa dan Rusia. Sedangkan, dalam grafik di atas kita bisa lihat Total Produksi Industri AS terus mengalami trend penurunan. Dari data ini kita bisa lihat bahwa di tengah lesunya perekonomian global, walaupun terbilang sangat fluktuatif, kinerja industri nasional masih terbilang lebih besar dari negara-negara tersebut di atas. Tingginya Total Produksi Industri China lebih disebabkan oleh jumlah penduduknya yang masih menempati urutan nomor satu di dunia.

 

bbm2

 

Di sisi lain, jika kita lihat perbandingan biaya yang diperlukan untuk kegiatan ekspor di bawah ini, biaya ekspor Indonesia berada jauh di bawah Brazil, India, dan Jepang. Hanya biaya ekspor di China yang lebih rendah dari Indonesia. Itupun cenderung mengalami peningkatan memasuki tahun 2011. Bahkan memasuki tahun 2013, terlihat menyamai biaya ekspor di Indonesia. Kemurahan biaya ekspor ini tentu menjadi incaran bagi industri-industri di luar negeri yang ingin berinvestasi di luar wilayah negaranya. Apalagi jika kondisi perekonomian global sedang lesu seperti sekarang.

 

bbm3

 

Belum lagi jika kita lihat perbandingan upah minimum di enam negara Asia, yakni: Indonesia, China, India, Vietnam, Filipina, dan Kamboja. Dari data ini kita bisa saksikan bahwa upah minimum di Indonesia cenderung mengalami peningkatan, dan berada jauh di atas India, Vietnam, dan Kamboja, namun masih berada di bawah China dan Filipina. Memasuki tahun 2012, upah minimum di Indonesia mulai meningkat, dan di akhir tahun 2012 menyamai upah minimum di Filipina, namun masih berada di bawah China. Bahkan, berdasarkan data KSPI 2013, upah minimum tertinggi di Indonesia saat ini adalah Rp 2,4 juta/bulan di Jakarta. Sementara upah minimum di Thailand Rp 3,2 juta/bulan, Filipina Rp 3,6 juta/bulan dan Malaysia Rp 3,2 juta/bulan.[9] Kondisi upah buruh di Indonesia hanya lebih baik dari Vietnam dan Myanmar dengan upah hanya Rp 923.300/bulan serta Kamboja dengan upah sebesar Rp 592.981/bulan.[10] Dengan kenaikan sebesar UMP 2015 sebesar Rp 300.000 menjadi Rp 2,7 juta/bulan, upah minimum di Ibukota saja masih lebih rendah dari Malaysia. Jika melihat daftar UMK 2015 di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah saja, rata-rata masih berada di bawah Rp 2 juta.[11] Bahkan di luar Pulau Jawa saja, UMP 2015 mayoritas masih di bawah angka Rp 2 juta. Dari 29 Propinsi di Indonesia, hanya Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Bangka Belitung yang UMP-nya lebih dari Rp 2 juta.[12]

 

Bonus Demografi

Dari data di atas, tampaknya Pemerintahan Jokowi-JK memang sangat serius dalam ‘memanfaatkan’ bonus demografi Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, baik sebelum maupun setelah resmi dilantik sebagai Presiden RI, Jokowi dan juga Tim Transisinya, sering mengungkapkan bahwa bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada 2020-2025 harus dapat dimanfaatkan, jika tidak ingin menjadi bencana. Hal tersebut tidak lain dan tidak bukan dilakukan dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Sektor manufaktur yang padat karya pun disebut-sebut sebagai opsi yang paling memungkinkan bila melihat komposisi tingkat pendidikan masyarakat Indonesia. Dalam batas ini, agaknya memang masuk akal jika program Jokowi ke depan adalah mengalokasikan anggaran yang tadinya digunakan untuk mensubsidi BBM ke sektor-sektor produktif, seperti pembangunan infrastruktur jalan, pelabuhan, waduk, saluran irigasi, dan juga pembangkit listrik. Selain juga pembangunan human capital melalui tiga kartu saktinya, agar masyarakatnya tidak bodoh dan juga tidak sakit-sakitan. Sehingga, ketika arus investasi masuk, Indonesia, baik segi SDM dan infrastrukturnya, telah siap menyambutnya dengan suka cita. Hal demikian pun dapat kita cermati pada presentasi Presiden Jokowi di KTT APEC beberapa waktu lalu. Di mana, berkali-kali Sang Presiden mengatakan: “This is your opportunity! This is your opportunity!Opportunity untuk apa? Tidak lain dan tidak bukan untuk berinvestasi di Indonesia. Apalagi jika mengingat bahwa Pemerintahan Jokowi-JK memprioritaskan pertumbuhan ekonomi di wilayah Indonesia Timur. Maka pembangunan infrastruktur pun diperkirakan akan massif terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Dengan penetapan UMP 2015 yang masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, tentu industri-industri di luar negeri akan memprioritaskan investasinya di Indonesia. Mengingat, laju pertumbuhan ekonomi India dan China (sebagai kompetitor Indonesia dalam hal pasar tenaga kerja) sedang lesu.

Kemunculan 3 Kartu Sakti Jokowi pun harus dilihat dalam skema besar ini. Di mana dengan adanya jaminan kesehatan bagi buruh dan keluarganya, serta jaminan pendidikan bagi anak-anak buruh, maka negara-negara yang ingin berinvestasi di Indonesia tak perlu khawatir dengan tuntutan kesejahteraan para buruh. Karena toh sudah dikompensasikan oleh Pemerintahan Jokowi-JK. Apa syaratnya untuk mendapatkan 3 Kartu Sakti ini? Buruh harus tetap miskin! Bagaimana caranya agar tetap miskin? Tetapkan upah tanpa menghitung dampak inflasi dari kenaikan BBM yang berpotensi menurunkan daya beli buruh.

 

Pembangunan Infrastruktur

Ketersediaan infrastruktur, mulai dari jalan, saluran irigasi, sampai pada pelabuhan, memang menjadi salah satu syarat penting bagi perusahaan yang hendak berinvestasi di suatu negara. Dengan ketersediaan infrastruktur (dan juga sarana transportasi) maka ongkos distribusi pun menjadi lebih terukur. Hal ini sangat penting bagi perusahaan-perusahaan di luar sana yang melihat bonus demografi Indonesia, sebagai potensi guna memindahkan kegiatan produksinya di Indonesia. Karena di tengah menurunnya perekonomian global, tentu diperlukan suatu strategi penekanan ongkos produksi dengan memindahkan kegiatan produksinya ke negara yang dekat dengan pasar dan memiliki SDM yang melimpah. Syaratnya? SDM yang tersedia memiliki keterampilan yang mumpuni untuk memproduksi barang sesuai standard dan juga memiliki kemampuan manajemen yang baik. Suatu syarat yang khas dalam skema Global Production Network (GPN). Sehingga, cukup masuk akal toh, jika Presiden Jokowi ingin rakyatnya sehat dan pintar? Agar bonus demografi Indonesia ke depan dapat dimanfaatkan, tidak hanya oleh Pemerintah, namun juga oleh kekuatan-kekuatan global yang saat ini sedang melemah. Di mana, Indonesia lantas dipandang sebagai “obat penyembuh” yang dapat memulihkan kondisi perekonomian global. Indonesia saves the world! Terkait dengan hal ini, pasca pelantikan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI, Wapres JK pernah mengatakan bahwa melemahnya perekonomian AS dan China harus disikapi dengan kerja keras.[13] Yang artinya, kerja keras dalam membangun kapital agar Indonesia menjadi solusi bagi melemahnya perekonomian AS dan China.

Tak heran jika Presiden Jokowi tampak begitu erat dengan China. Bahkan, Presiden Jokowi pun langsung mengutus Menteri Koordinator Maritim Indroyono Soesilo ke Tiongkok dan Jepang untuk membahas masalah kemaritiman, pasca pertemuan bilateralnya dengan beberapa kepala negara dalam forum KTT APEC, KTT ASEAN, dan G20.[14] Menteri Perdagangan Rachmat Gobel pun mengakui setidaknya telah ada 12 kesepakatan yang telah dihasilkan di Beijing, beberapa waktu lalu.[15] Tak hanya China, Presiden AS Barack Obama pun disebut-sebut juga mendekati Jokowi, ketika KTT APEC berlangsung. Dengan adanya kesepakatan perdagangan, yang dibarengi oleh pembangunan infrastruktur dan human capital di Indonesia, diharapkan perekonomian global, terutama perekonomian regional di Kawasan Asia Pasifik dalam beberapa waktu ke depan akan pulih. Sehingga perekonomian dunia kembali bergeliat, dan dengan demikian akan mempengaruhi para pelaku pasar dalam meningkatkan harga minyak dunia. Jadi, agaknya keliru apa yang disampaikan Menko Perekonomian Sofyan Djalil beberapa waktu lalu, di mana ia mengatakan bahwa kenaikan BBM tidak ada hubungannya dengan penetapan upah buruh saat ini.[16] Jika melihat posisi Indonesia dalam perekonomian global, seperti telah penulis jabarkan di atas, tentu ada hubungannya toh? Terlihat masuk akal pula pernyataan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro yang mengatakan bahwa turunnya harga minyak dunia saat ini hanya bersifat sementara. Sedangkan, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi itu didasari oleh pertimbangan harga rata-rata tahunan.[17] Karena, ketika arus investasi membanjiri Indonesia, pasca Pidato Jokowi dalam KTT APEC dan pasca penetapan UMP 2015, tentu lagi-lagi hal tersebut akan mempengaruhi pelaku pasar dalam meningkatkan harga minyak dunia. Ya, benar sekali. Sehingga, ketika harga minyak dunia mulai merangkak naik, Pemerintahan Jokowi-JK pun akan semakin memiliki alasan dalam menaikkan harga BBM subsidi saat ini.

Jadi, masyarakat tak perlu ragu lagi kan? Jika ke depan alokasi anggaran benar-benar diperuntukkan bagi sektor-sektor yang terbilang produktif? Ya produktif. Tak hanya bagi Pemerintahan Jokowi-JK, tapi juga bagi perekonomian global. Sekali lagi, Indonesia saves the world!***

 

Penulis adalah mahasiswa Ilmu HI, FISIP UAI, Ketua Umum di Aliansi Pemuda Pekerja Indonesia (APPI)

————

[1] Dolar Menguat Bikin Harga Minyak Jatuh, diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/2132103/dolar-menguat-bikin-harga-minyak-jatuh

[2] Harga Minyak Mentah Indonesia Kembali Turun, diakses dari http://katadata.co.id/berita/2014/10/06/harga-minyak-mentah-indonesia-kembali-turun

[3] Ibid.

[4] Ibid.

[5] Dolar Menguat Bikin Harga Minyak Jatuh

[6] Dolar Perkasa, Harga Minyak Tertekan, diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/2128634/dolar-perkasa-harga-minyak-tertekan

[7] Harga Minyak Mentah Indonesia Kembali Turun

[8] Harga Minyak Terpuruk ke Level Terendah dalam 4 Tahun, diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/2133818/harga-minyak-terpuruk-ke-level-terendah-dalam-4-tahun

[9] Presiden Buruh Sebut Upah Minimum RI Lebih Rendah dari Malaysia, diakses dari http://finance.detik.com/read/2014/05/07/133238/2575882/4/presiden-buruh-sebut-upah-minimum-ri-lebih-rendah-dari-malaysia

[10] Ibid.

[11] Lihat UMK 2015 untuk Jawa Tengah Naik 14,96%, diakses dari http://m.liputan6.com/bisnis/read/2137106/umk-2015-untuk-jawa-tengah-naik-1496

[12] Lihat Daftar Lengkap UMP 2015 di Seluruh Indonesia, diakses dari http://bisnis.liputan6.com/read/2138489/daftar-lengkap-ump-2015-di-seluruh-indonesia?p=1

[13] JK: Perekonomian AS-China Melemah, dalam http://www.aktual.co/politik/jk-perekonomian-as-china-melemah

[14] LIhat Inilah ‘Oleh-oleh’ Presiden Jokowi dari KTT APEC,diakses dari http://www.tribunnews.com/nasional/2014/11/17/inilah-oleh-oleh-presiden-jokowi-dari-ktt-apec

[15] Ibid.

[16] Sofyan Djalil: BBM naik, upah buruh proses yang berbeda, diakses dari http://www.merdeka.com/uang/sofyan-djalil-bbm-naik-upah-buruh-proses-yang-berbeda.html

[17] Lihat Ini alasan pemerintah ogah turunkan harga BBM subsidi, diakses dari http://www.merdeka.com/uang/ini-alasan-pemerintah-ogah-turunkan-harga-bbm-subsidi.html

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.