Siapa yang mengatakan langit biru padahal sebenarnya adalah setengah kelabu
telah melacurkan kata-kata dan mempersiapkan diri untuk berlaku tiran…
(Albert Camus)
BULAT sudah keputusanmu mengubah pilihan langsung kepala daerah. 226 anggota parlemen mengalahkan 135 suara yang ingin pilihan langsung. Kalian gembira ketika pilihan langsung itu ditiadakan. Alibimu berkalang kata-kata nasionalis dan patriotik. Sungguh politik bagimu adalah usaha untuk melawan ide segar dengan cara membuang pertimbangan akal. Seakan rakyat bangga dengan kemampuanmu merawat lobi dan menyatukan pendapat. Tak mirip dengan partai, tapi persis seperti sindikat. Yang berusaha menjegal apapun inisiatif rakyat dengan mementahkan tiap gagasan perubahan. Kini usaha terbarumu adalah meloloskan pilihan kepala daerah tak langsung. Dan seperti biasa, tuan SBY terkejut, geram dan bingung dengan keputusan Walk Out partainya sendiri. Rasanya berpolitik seperti main petak umpet: kita semua menyembunyikan motif dan berusaha menampilkan drama.
Putusannya jelas: pilihan kepala daerah dikembalikan ke kawanan parlemen. Mereka yang memilih dan menjatuhkan pilihan. Buah dari pilihan itu jelas: biaya diarahkan untuk menyuap dan siapapun yang tampil harus merangkul hati parlemen. Betapa menakjubkan metode ini. Menilai parlemen sebagai barisan manusia suci yang punya niat sempurna. Seolah mereka adalah kawanan dewa yang tak punya ambisi. Berhak untuk menentukan yang terbaik dan pasti menghasilkan yang paling baik. Sepertinya kita baru keluar dari lorong gelap sejarah yang bernama: tipu muslihat. Kita lupa bahwa parlemen itu juga bisa culas dan gampang mengelabui. Korupsi bersarang di sana dan kebijakan jahat dapat berhulu di situ. Kini koalisi merah putih berusaha membuktikan sesuatu yang mustahil: parlemen bersih motif dan lurus niat. Kami ketawa dengan logika itu dan anak cucu menangis karena kalian bersandar pada realitas palsu. Koalisi merah putih pantas untuk berubah nama jadi koalisi kapak merah.
Pilihan kepada daerah tak bisa dipilih langsung. Itulah keputusan yang telah kalian ambil. Tesis ini bernada tuduhan. Tesis ini berbau bacin. Koalisi kapak merah menganggap rakyat bodoh, jahat, dan celaka. Kami seperti himpunan manusia naif yang tak bisa punya hak memilih. Itu hak istimewa yang tak bisa disebar-luaskan begitu saja. Ini hak yang tak semua mendapatkanya. Sungguh, anggapan ini selain meremehkan juga bermaksud jahat. Menuduh rakyat korupsi, suka main uang dan gampang ditipu. Maka cara untuk menghapus tuduhan itu dengan memulai tradisi: lenyapkan hak pilih rakyat. Buang kegiatan kampanye rakyat dalam pilihan kepala derah. Hapuskan semua bentuk kampanye yang menghimpun massa. Semua itu tokh hanya mengorbitkan anarkhi dan memperluas korupsi. Lagi-lagi koalisi merah putih berdiri di atas kebenaran palsu yang bersandar pada kepentingan sederhana. Pertahankan kekuasaan politisi dan tutup semua peluang munculnya pemimpin rakyat.
Kini keputusan itu telah diambil. Koalisi kapak merah memenangkan voting. Suara rakyat ditenggelamkan dalam meja pertaruhan parlemen. Tanpa malu lagi mereka sebut ini buah pengamalan sila keempat Pancasila. Memilih pemimpin melalui ‘cara’ musyawarah untuk mufakat. Kalian berusaha menutup bangkai kepentingan yang bau busuknya sudah tersebar: ketakutan pada suara rakyat. Ternyata suara itu ada dan kuat gemanya. Kemarin suara itu memilih Jakowi dan menundukkan Prabowo. Kemenangan dan kekalahan yang keras. Lalu kalian berusaha menggugat dengan alat bukti seadanya dan apa adanya. Gugatan itu ditolak dengan cara menyakitkan: semua gugatan tak diakui! Tak terima dengan itu maka berkumpullah kalian untuk membuat ikrar keji: kita gagalkan pilihan langsung kepala daerah. Keberatan diajukan oleh media apa saja. Malah banyak akademisi mengatakan ide itu mundur dan sesat. Tapi koalisi kapak merah tak mau surut. Mereka tetap berkeinginan untuk gagalkan hak pilih langsung rakyat.
Ingatlah suara rakyat tak pernah bisa dibekuk. Kami punya pengalaman kemarin, sebelumnya dan jauh sebelumnya. Suara itu pernah mengusir Soeharto dari tahta. Suara itu yang melejitkan Jokowi jadi pemimpin. Dan suara itu yang menaklukkan kekuatan kalian! Kini kalian seperti menantang kami untuk kembali ke medan tempur. Judul perangnya pedih: ‘kami telah rampok suara rakyat dan buktikan kalau kalian mampu mengembalikannya.’ Seolah kalian mau katakan pada kami, suara rakyat itu hanya angan-angan dan kepalsuan. Seakan kalian mau bilang: tunjukkan pada kami kelebihan yang ada pada diri kalian! Jika kalian setuju dengan pilihan langsung maka kami sekarang buktikan bahwa pilihan itu ‘langsung’ kami matikan. Keputusan yang bermotif keji itu seperti tak menawarkan pilihan. Koalisi kapak merah telah membawa bendera yang bernama pengkhianatan atas hak memilih dan dipilih. Hak yang selama ini ada di tangan rakyat.
Padamu Koalisi Kapak Merah Kami Berjanji
Pertama, membuktikan bahwa keputusan kalian itu akan kami lawan. Melawan dengan kesungguhan dan keyakinan. Sedang kami kumpulkan semua bentuk dukungan untuk batalkan itu melalui sidang Mahkamah Konstitusi. Sudah terkumpul pada kami ratusan, ribuan hingga jutaan KTP yang ingin jadi bukti dukungan pada sidang mahkamah. Sebuah bukti yang sempurna untuk melawan keputusan lancung yang sudah diambil. Kami akan segera membuka banyak pos pengaduan untuk membawa tindakan kalian dalam arena konstitusi. Salah satu tempat berlaga yang bisa menguji kredibilitas keputusan kalian. Di sana baru saja kalian bersimpuh kalah. Tentu kami bangga jika adegan kekalahan itu kembali terulang.
Kedua, kami akan terus mengingatkan siapa diri kalian. Partai-partai yang telah menuduh rakyat tak becus dan tak mampu memilih. Partai yang sudah menganggap rakyat seperti himpunan domba yang tak bisa diarahkan dan karenanya harus dikendalikan kebebasanya. Tuduhan kami beralamat jelas: sindikat kapak merah memberi panggung kembali pada parlemen untuk memilih dan mengangkat pemimpin. Kami akan membangun monumen ingatan, kalau ada sebuah masa dimana komplotan penyamun berusaha menyandera hak rakyat dengan alasan curang: rakyat waktunya ‘diwakili’ dalam memilih pemimpin. Ingatlah bahwa namamu akan diingat dan karya culasmu jadi peringatan bagi kami. Peringatan bahwa kalian tak lebih gerombolan ngawur yang ingin membangun pesta pora di atas anggapan naif bahwa rakyat tolol.
Ketiga, waktunya kami untuk membawa kembali dukungan. Jika dulu rakyat mendukung pemimpinya, maka kini rakyat perlu lawan wakilnya. Barisan wakil yang telah memutuskan meninggalkan para pemilih. Rombongan wakil yang tak percaya pada rakyatnya sendiri. Komplotan wakil yang malah curiga pada ‘kecerdasan’ rakyat. Padahal mereka duduk jadi wakil karena dipilih langsung oleh kebanyakan rakyat. Kalian seperti kumpulan orang hilang ingatan yang tak punya cermin untuk berkaca. Maka tugas kami untuk mengingatkan dan memberi peringatan. Bahwa koalisi kapak merah kadang membuat yang merah jadi putih dan putih jadi merah. Karena keyakinan politik mereka bersandar pada ‘ketidak-percayaan’ pada kemampuan rakyat. Sumber keyakinan itu dalilnya palsu dan penuh hasutan, karena selalu beranggapan, rakyat tak bisa lagi dipercaya untuk memilih.
Keempat saatnya kami mengajari kalian bagaimana cara berpolitik. Kami sebenarnya lebih suka berduel dalam arena baik dan lebih baik: tapi kalian ajak kami berdebat dalam kategori ringan, salah dan benar. Kami tak mau punya politisi pandir yang memenangkan gagasan karena jumlah. Kami tak ingin parlemen dikuasai oleh yang berjumlah banyak dan karena itu banyak yang menang dalam ambil keputusan. Demokrasi tak hanya pada jumlah tapi juga seperangkat gagasan yang bernalar dan bersandar pada akal. Itu sebabnya kami hendak ‘melatih’ kalian untuk percaya kalau rakyat adalah himpunan massa yang pintar, sungguh-sungguh dan punya gagasan benar. Kebenaran yang tak disandarkan pada jumlah tapi kepercayaan pokok kalau sumber kedaulatan suara itu ada di tangan rakyat. Itu kebenaran yang sepatutnya dijejalkan dalam liang kepala kalian.
Para Pimpinan Koalisi Kapak Merah
Sudah waktunya kami menutup tulisan ini. Kami beruntung memiliki politisi seperti kalian. Dimana karya dan sikap politiknya bersandar pada apa yang ‘dipercaya’ dan ‘tak dipercaya’. Percaya bahwa keputusan politik yang melawan opini itu benar dan tak percaya bahwa opini publik itu kadang benar. Di atas landasan itu mungkin politik buat kalian seperti adegan di ruang komedi: tertawa ketika menang dan marah saat kalah. Sehingga politik akan diwarnai oleh fitnah dan voting. Fitnah itu ditebarkan saat pertarungan Capres dan voting ditampilkan sebagai senjata masa kini. Tentu kami sadar bahwa politik kadang berada pada garis yang lugas: yang di sini akan selalu berlawanan dengan yang di sana. Koalisi kapak merah, kali ini Anda memilih berseberangan dengan kami. Kami yang punya hak memilih, kami yang memiliki hak konstitusi untuk dipilih dan kami yang memiliki kedaulatan. Jika putusanmu adalah ‘merampas hak pilih kami’ maka bersiaplah untuk kami ‘rebut’ kembali hak itu. Ini bukan sekedar pertarungan antar partai politik, tapi ini pertarungan antara mereka yang berakal dan mereka yang zalim. Kami bangga karena punya kesempatan ‘jihad’ berduel dengan kalian lagi. Duel yang dulu pernah kami menangkan dan akan selalu kami menangkan. Tuhan selamanya tak pernah memihak yang jahat dan culas.
Semoga iblis membawa tuntunan padamu selalu!
Salam tabik
Koalisi Putih tanpa Kapak!***
Penulis aktif bergiat di Social Movement Institute