Daftar Isi Edisi Ini:
- DR. Dede Oetomo: Sesuatu Yang Tidak Salah Tidak Usah Dipermalukan
- Kontrol Buruh Dalam Lintasan Sejarah
- Martin Suryajaya: Materialisme Dialektis Sebagai Metode
- Tendensi Jatuhnya Tingkat Keuntungan dalam Krisis Kapitalisme Kontemporer
SAAT ini, kita menyaksikan adanya kebangkitan politik kelas di Indonesia. Belum lama ini, untuk pertama kalinya pada masa pasca-reformasi, gerakan rakyat berhasil menahan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Perlawanan yang luar biasa ini sampai mempolarisasi (memecah hegemoni) kekuatan-kekuatan politik dari kelas yang berkuasa di parlemen. Kemudian, kita juga melihat kecenderungan penyatuan serikat-serikat buruh reformis yang besar ke dalam sebuah ’blok gerakan buruh’ yang bernama Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI). Perlawanan terhadap ’akumulasi primitif’ di wilayah-wilayah agraris oleh kaum tani, masyarakat adat dan warga yang dirampas tanahnya pun semakin menajam dan keras.
Ironisnya, kita tidak melihat adanya kebangkitan pengetahuan kiri yang mampu memberikan usulan politik yang solid terhadap bermacam gerak ’spontan’ perlawanan rakyat. Kalaupun tampak ada, seperti yang tercermin dalam istilah ’sosialisme,’ itu masih sebatas jargon dan retorika, belum menjadi usulan politik yang terelaborasi. Ketiadaan tradisi ilmiah yang kuat dan maraknya penyakit subyektivisme serta sektarianisme juga memunculkan problem-problem lain yang secara praktis menghambat kemajuan gerakan kiri. Konflik internal yang tanpa dasar, kegagalan menetapkan prioritas, kebiasaan bongkar pasang aliansi tanpa perspektif persatuan yang strategis dan berbasis pada kondisi obyektif, serta berbagai macam hal lain yang menguras sumber daya gerakan tanpa kejelasan apa sebenarnya capaian politiknya, semua ini masih marak terjadi di gerakan kiri Indonesia.
Berdasarkan problem pengetahuan kiri itulah, Left Book Review (LBR) yang akan berisikan tinjauan buku-buku kiri dan wawancara terhadap pengarang buku kiri, diterbitkan. Kita memang harus mengubah dunia, tapi kita hanya bisa mengubah dunia apabila kita memiliki pengetahuan yang memadai tentang dunia yang hendak kita ubah. Pengetahuan yang solid tentang dunia yang hendak kita ubah, pada gilirannya, juga bisa memunculkan imajinasi non-utopis tentang ’dunia baru’ yang akan menggantikannya. Tidak akan ada tindakan yang efektif untuk mengubah dunia tanpa pengetahuan tentang dunia yang hendak kita ubah. LBR diterbitkan dengan harapan sederhana, yakni menambah bahan-bahan yang bisa dijadikan rujukan untuk memajukan pengetahuan kiri di Indonesia. Kemajuan pengetahuan kiri ini pada gilirannya diharapkan bisa mendorong gerakan kiri yang sekarang sudah berlawan agar lebih efektif dalam berlawan.
Selamat membaca.
¶