Dari Wall Street hingga Court Street

Print Friendly, PDF & Email

Politik Resistensi di Jantung Sang Imperium


Occupy Wall Street!

MENGAPA Wall Street?[i]  Wall Street adalah  nama sebuah jalan di kota Manhattan, New York, Amerika Serikat, tempat dimana korporasi-korporasi raksasa finansial dunia berbasis. Semenjak krisis ekonomi yang terjadi pada 2008, para bankir atau yang secara akademik disebut monopoly finance-capital, dianggap sebagai biang keladi penyebab krisis. Tapi lebih dari itu, ketika kalangan monopoly finance-capital ini bangkrut, mereka malah mendapatkan bonus yang sangat besar dari dana talangan yang dikucurkan oleh pemerintah dan bank sentral AS. Sementara pada saat yang sama, mayoritas rakyat AS kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah tinggal, penurunan tingkat pendapatan, dan tingginya biaya pendidikan dan kesehatan akibat krisis tersebut.

Kondisi ini tentu saja mendatangkan amarah. ‘Jika ekonomi membaik kalianlah (1%) yang menikmati keuntungannya, sementara jika ekonomi memburuk kamilah (99%) yang mesti menanggungnya.’ Tapi, kemarahan adalah soal lain dan gerakan adalah hal lain pula. Dalam masa krisis, kemarahan yang diorganisasikan menjadi sebuah gerakan bersama bukan hal yang mudah dilakukan. Tetapi, para aktivis tak henti-hentinya menyuarakan pentingnya sebuah aksi bersama dari rakyat yang disengsarakan oleh krisis. Hasilnya adalah sebuah aksi yang menduduki Wall Street. Ribuan warga Amerika Serikat dari berbagai latar belakang – tua-muda, lelaki-perempuan, kelas menengah, pengangguran, mahasiswa, dosen, aktivis, berbagai intelektual kenamaan, dan warga-warga yang simpatik melibatkan diri dalam sebuah pergerakan bernama Occupy Wall Street (OWS)[ii]. Mereka turun ke Wall Street dan jalan-jalan lain sebagai reaksi dan aksi nyata atas ketidakpuasan yang mereka rasakan, terutama dalam hal kesulitan ekonomi, ketimpangan kesejahteraan, dan pembajakan jalur-jalur politik demokratis oleh segelintir penguasa dan pemegang modal.

Dalam waktu singkat, gerakan Occupy segera menjalar dengan cepat ke berbagai tempat lain di Amerika[iii] maupun dunia[iv]. Terinspirasi dari berbagai demonstrasi dan gerakan sebelumnya, seperti demonstrasi di Tahrir Square di Kairo, Mesir, demonstrasi buruh dan pekerja di Wisconsin, dan pendudukan di Spanyol dan Israel, OWS adalah sebuah inisiatif demokratis yang kreatif, di mana proses-proses politik yang deliberatif kembali dipraktekkan di level masyarakat atau orang biasa. Para pendemo, yang terdiri dari berbagai macam latar belakang dan bahkan afiliasi politik, mendiskusikan tuntutan dan agenda apa saja yang perlu diperjuangkan. Tak lupa, berbagai urusan teknis dalam proses ‘pendudukan,’ seperti sanitasi, makanan, tenda, tempat menginap, dan banyak hal lain juga dirundingkan secara demokratis, tanpa adanya figur pemimpin maupun struktur atau hierarkhi organisasi yang jelas.

Slogan ‘We are the 99%’[v]kita adalah 99%, menjadi pesan utama yang dikumandangkan oleh gerakan ini. 99% adalah simbol dari mayoritas rakyat Amerika dan dunia yang mengalami kesamaan pengalaman dan perjuangan dalam menghadapi kesulitan hidup yang diakibatkan oleh struktur ekonomi, sosial, dan politik yang eksploitatif karena didominasi oleh the 1%, sang 1%, yaitu kelas penguasa dan kapitalis pada umumnya. Berbagai intelektual progresif, seperti Slavoj Sizek[vi], Cornel West[vii], Naomi Klein[viii], Judith Butler[ix], dan Noam Chomsky[x] juga ikut mendukung gerakan ini dan bahkan turun ke jalan, bergabung langsung bersama para demonstran untuk menyatakan solidaritas mereka.

Ada apa di Court Street?

Mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang Court Street. Court Street adalah sebuah nama jalan di kota Athens, Ohio, yang juga terletak dekat dengan kampus Ohio University (OU), di mana saya sedang berkuliah sekarang. Sebagai bagian dari gerakan Occupy, di kota Athens dan kampus OU, gerakan OccupyOhioU atau Occupy Athens juga dimulai[xi]. Selama satu minggu, dari tanggal 16 hingga 21 Oktober, mahasiswa, dosen, dan warga Athens bergabung untuk ‘menduduki’ kampus OU, melakukan berbagai kegiatan seperti diskusi, malam renungan, long march, dan kuliah umum untuk mensosialisasikan agenda gerakan Occupy[xii].

Gerakan ini, yang diinisiasi oleh berbagai elemen mahasiswa dan warga Athens, seperti OU Young Democratic Socialist (YDS), atau perkumpulan mahasiswa demokratik sosialis, dan United Campus Ministry (UCM), sebuah organisasi lintas iman di Athens, juga didukung oleh berbagai dosen dan warga Athens pada umumnya. Tidak hanya itu, beberapa aktivis gerakan Occupy, seperti dari Washington D.C juga datang langsung ke Athens untuk memberikan dukungan mereka. Diskusi dan sosialisasi mengenai isu-isu nasional dan lokal, mulai dari pemotongan anggaran pendidikan dan pinjaman untuk mahasiswa, pembatasan hak-hak berserikat, dominasi bank-bank besar, transparansi dalam pembuatan kebijakan di universitas, hingga isu-isu seperti harga sewa apartemen, sistem sanitasi, dan jaminan air bersih dibahas secara terbuka, bebas, dan beradab. Serangkaian kuliah umum dari berbagai profesor OU yang membahas berbagai topik mulai dari gender dan gerakan sosial, pendidikan, neoliberalisme, hingga pergerakan mahasiswa juga digelar dan menjadi forum belajar bersama yang interaktif.

Relevansi isu-isu lokal di negara bagian Ohio

Bersamaan dengan keadaan politik nasional Amerika yang menghangat, terutama menjelang Pemilu Presiden 2012, suhu politik di Negara Bagian Ohio juga turut memanas, terutama yang berkaitan dengan partisipasi politik dan potongan-potongan bagi anggaran publik. Perlu diketahui, Ohio, terutama di beberapa titik seperti Athens dan Columbus, adalah kantong-kantong pendukung Partai Demokrat dan bahkan memiliki kecenderungan yang sangat liberal dan progresif. Ohio juga dapat dikategorikan sebagai tempat yang pergolakan politiknya paling dinamis di Amerika Serikat.

Salah satu isu yang sedang menghangat di Ohio adalah Senate Bill 5 atau yang biasa disingkat sebagai SB5, yaitu sebuah rancangan undang-undang yang disinyalir akan membatasi hak-hak berserikat dan negosiasi di tempat kerja (collective bargaining) dan memotong anggaran untuk sektor publik dan para pekerja publik, seperti pemadam kebakaran, perawat, dan guru sekolah[xiii]. Menurut We Are Ohio, sebuah kelompok advokasi dan lobi yang menentang penerapan SB5 dan mengampanyekan warga Ohio untuk memilih ‘tidak’ pada referendum untuk SB5, rancangan undang-undang ini akan memiliki dampak yang besar dalam kehidupan publik di Ohio. Tidak hanya para pekerja sektor publik, profesor dan dosen di universitas-universitas di Ohio juga akan kehilangan hak untuk berserikat dan bernegosiasi secara kolektif. Gaji untuk pekerja sektor publik dan anggaran publik konsekuensinya akan dipotong, yang juga akan berdampak pada sektor pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, dan masih banyak lagi.

Di OU sendiri, selama satu bulan terakhir terdapat berbagai rangkaian acara yang mengampanyekan agenda-agenda progresif. Belum lama ini, Jesse Jackson, seorang aktivis hak-hak sipil dan pendeta Baptis terkemuka di Amerika yang pernah aktif di gerakan hak-hak sipil bersama Martin Luther King Jr. di tahun 1960an, datang ke kampus OU untuk memberikan kuliah umum dalam rangka memperingati visi ‘The Great Society’ dan ‘War on Poverty’ yang dicanangkan oleh Presiden Lyndon Johnson, yang juga memberikan pidatonya di OU pada tahun 1964[xiv]. Dalam kuliahnya, Jesse Jackson menekankan bagaimana ketimpangan ekonomi semakin merebak di Amerika, relevansi visi ‘The Great Society,’ dan bagaimana memperjuangkan agenda-agenda progresif seperti kesejahteraan, distribusi ekonomi yang lebih adil,  dan hak-hak bagi kelompok-kelompok yang termarjinalkan seperti perempuan, pekerja, kelompok minoritas, dan lain sebagainya.

Dalam kesempatan yang lain, Alden Library, perpustakaan OU, juga menghadirkan seri kuliah tematik, dengan fokus pada pergerakan buruh di Amerika[xv]. Dua seri kuliah pada bulan September dan Oktober, yang pertama tentang pergerakan buruh tambang di bagian tenggara Ohio, dan yang kedua tentang sejarah dan perkembangan Industrial Workers of the World (IWW) atau Wobblies, salah satu serikat buruh yang paling terkemuka di Amerika, mendapat respon yang cukup antusias dan semakin mewarnai rangkaian acara dan usaha untuk memperjuangkan agenda progresif di Ohio dan Amerika.

Anatomi Resistensi: Aksi dan Narasi

Gerakan Occupy adalah suatu bukti bagaimana sebuah gerakan progresif melakukan usaha-usaha yang kreatif demi mewujudkan suatu masyarakat yang lebih demokratik. Menyebar dengan cepat tanpa dikomandoi oleh organisasi atau pemimpin tertentu, gerakan Occupy menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Tentu saja, setiap upaya untuk mengubah dunia tidaklah mudah. Sudah ada beberapa kejadian bagaimana aksi-aksi gerakan Occupy dikacaukan oleh segerombolan oknum yang melakukan tindakan kekerasan. Di New York, para aktivis OWS yang melakukan aksi kolektif untuk menarik uang dan menutup rekening bank mereka di bank-bank besar seperti Chase Bank dan Citi Bank, dilaporkan oleh pihak bank ke polisi dan ditangkap[xvi]. Di Oakland dan Cleveland, aksi damai para peserta Occupy dibubarkan oleh tindakan-tindakan kekerasan dari pihak polisi[xvii]. Bahkan di OU dan Athens, acara Occupy mengalami penurunan peserta yang cukup drastis dikarenakan oleh faktor cuaca, yaitu hujan yang cukup deras selama beberapa hari terakhir aksi Occupy. Tidak sedikit juga jumlah orang yang menyuarakan skeptisme maupun kritik terhadap tujuan dan aktivitas gerakan Occupy.

Meskipun demikian, tantangan-tantangan itu tidak menyurutkan antusiasme dan komitmen para penggerak gerakan Occupy. Salah seorang warga Athens, misalnya, menyebutkan bagaimana dia harus kehilangan pekerjaannya sebagai seorang guru untuk anak-anak berkebutuhan khusus, meskipun dia sudah memiliki pengalaman yang panjang dan gelar S2. Seorang ibu yang sudah mulai lanjut usia juga menuturkan bagaimana dia dan keluarganya harus menjual rumah dan pindah ke rumah yang lebih kecil untuk membayar hutang dan kebutuhan hidupnya. Ada lagi kisah seorang veteran Perang Korea yang sangat kritis terhadap kebijakan luar negeri Amerika yang semena-mena dan ekspansionis. Tidak hanya itu, saya juga menyaksikan bagaimana sebuah proses kreatif dan eksperimental akan praktek demokrasi secara langsung yang dilakukan oleh komunitas di ruang public secara terbuka terlaksanakan. Bahkan ketika beberapa anak sekolah dasar menyuarakan pendapatnya yang cerdas dalam sebuah diskusi tentang akses terhadap air bersih, semua orang diam dan menyimak dengan seksama. Hal yang sama juga terjadi ketika saya, yang notabene bukan warga negara Amerika, mengutarakan pendapat saya di dalam forum mengenai ketidaksetujuan saya terhadap pemotongan anggaran pendidikan untuk universitas, yang ditanggapi dengan hangat dan aktif oleh para peserta aksi.

‘Menembus’ jantung sang Imperium

Dalam sebuah rapat OU YDS, seorang rekan menceritakan pengalamannya ketika konferensi pers yang diadakan untuk menyambut kedatangan Jesse Jackson berlangsung. Dia dan beberapa mahasiswa dari OU YDS membentangkan spanduk yang bertuliskan ‘Kemiskinan adalah Gejala, Kapitalisme adalah penyakitnya.’ Selepas konferensi pers, Jesse Jackson mendatangi para mahasiswa tersebut dan berkata, ‘bung, saya pikir anda benar.’

Di saat yang bersamaan, jalur-jalur politik institusional di Amerika seakan-akan mengalami banyak kebuntuan. Obama, yang menekankan kepada kompromi bipartisan dengan pihak Partai Republik, dikritik habis-habisan oleh banyak kelompok dan pendukung politik progresif di Amerika, karena ketidakmampuannya untuk menekan agenda progresif ataupun sekedar membuat kompromi yang lebih cepat tanpa harus terlalu tergantung pada pihak Partai Republik.

Apa yang terjadi di Amerika sekarang adalah sebuah bukti bagaimana transformasi kapitalisme terjadi baik dalam hal struktur dan strategi. Yang kita saksikan sekarang adalah Imperium Kapitalisme, yang memiliki ‘jurus’ kebijakan publik Neoliberal, yang mengawinkan modal dan kuasa, berusaha mengontrol populasi melalui berbagai cara, mulai dari korporasi, media, bahkan aparatus militer.

Oleh karena itu, massa yang sadar, beserta elemen-elemen masyarakat demokratik lainnya, mulai dari serikat buruh, pengangguran, komunitas akademik, anak muda, dan kelas menengah Amerika pada umumnya, juga perlu melakukan transformasi atas struktur dan bentuk perjuangan yang dapat secara efektif mengoreksi kesalahan dan bahkan mentransformasi kebuntuan Sang Imperium. Tidak perlu diragukan bahwa ini akan memakan waktu yang cukup panjang dan menuntut pendekatan yang kreatif, terutama karena imajinasi politik kita yang terbatas dalam rejim aliansi modal dan kuasa. Namun demikian, justru sekaranglah saat yang paling tepat untuk memperjuangkan politik resistensi, sebuah politik yang menolak hegemon dan bukan untuk menciptakan utopia baru, melainkna untuk memunculkan dan menjaga kemungkinan-kemungkinan yang berbeda dalam hidup, yaitu kekayaan pengalaman dan dimensi hidup serta hak-hak kita sebagai bagian dari 99% warga dunia.***

Iqra Anugrah, Kandidat Master ilmu politik di Ohio University, AS


[i] “Hundreds of Occupy Wall Street protesters arrested”, http://www.bbc.co.uk/news/world-us-canada-15140671

[ii] Occupy Wall Street http://occupywallst.org/

[vii] Nick Carbone, “Cornel West Arrested Again at Occupy Protest”, http://newsfeed.time.com/2011/10/22/cornel-west-arrested-again-at-occupy-protest/

[viii] Nick Pinto, “Naomi Klein to Occupy Wall Street: Get Organized”, http://blogs.villagevoice.com/runninscared/2011/10/naomi_klein_to.php

[ix] Joshua Eton, “Noam Chomsky at Occupy Boston Saturday”, http://www.occupyboston.org/2011/10/18/noam-chomsky-at-occupy-boston-tomorrow/

[x] Justin Elliott, “Judith Butler at Occupy Wall Street”, http://www.salon.com/2011/10/24/judith_butler_at_occupy_wall_street/

[xiv] George Mauzy, “Rev. Jesse Jackson solicits students’ help in war against poverty”, http://www.ohio.edu/compass/stories/11-12/9/Jesse-Jackson-visit.cfm

[xv] “Fall 2011 Theme: There’s Power in a Union”, http://www.library.ohiou.edu/coll/diversity/fall11/

[xvi] Wendy Gittleson, “Occupy Wall Street Protesters Reportedly Arrested For Closing Their Accounts – Call the CEO”, http://www.addictinginfo.org/2011/10/15/occupy-wall-street-protesters-reportedly-arrested-for-closing-their-accounts-call-the-ceo/

IndoPROGRESS adalah media murni non-profit. Demi menjaga independensi dan prinsip-prinsip jurnalistik yang benar, kami tidak menerima iklan dalam bentuk apapun untuk operasional sehari-hari. Selama ini kami bekerja berdasarkan sumbangan sukarela pembaca. Pada saat bersamaan, semakin banyak orang yang membaca IndoPROGRESS dari hari ke hari. Untuk tetap bisa memberikan bacaan bermutu, meningkatkan layanan, dan akses gratis pembaca, kami perlu bantuan Anda.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.