Front Pencemar Islam
[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/129646851″ params=”color=ff6600&auto_play=false&show_artwork=true” width=”100%” height=”166″ iframe=”true” /]
[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/129646851″ params=”color=ff6600&auto_play=false&show_artwork=true” width=”100%” height=”166″ iframe=”true” /]
[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/129644026″ params=”color=ff6600&auto_play=false&show_artwork=true” width=”100%” height=”166″ iframe=”true” /]
[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/129642983″ params=”color=ff6600&auto_play=false&show_artwork=true” width=”100%” height=”166″ iframe=”true” /]
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sebenarnya sudah melakukan abstraksi secara spontan. Sedari anak-anak, kita sudah belajar melakukan abstraksi. Bilangan 2, misalnya adalah abstraksi dari pola kuantitas bermacam hal yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti dua batu, dua kursi, dua daun, dan seterusnya. Untuk mendapatkan konsep dua, pikiran kita mengesampingkan benda-benda material dimana pola kuantitas itu melekat, sehingga didapatkan suatu konsep kuantitas murni tertentu yang kemudian kita beri nama ‘dua’ atau lambang bilangan Hindu-Arab ‘2.’ Tentu saja proses pemahaman atas bilangan 2 tidak sesederhana di atas. Ada juga misalnya proses komparasi dengan pola kuantitas lain yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti 1, 3, 4, dan seterusnya, yang berjalan dalam pikiran kita, sehingga kita mendapatkan sense of position dari bilangan 2 dalam urutan bilangan yang ada. Tapi, ada proses abstraksi di situ. Dan tanpa kita sadari, kita sudah melakukan hal ini sejak kanak-kanak.
[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/129504800″ params=”color=ff6600&auto_play=false&show_artwork=true” width=”100%” height=”166″ iframe=”true” /]
[soundcloud url=”https://api.soundcloud.com/tracks/129499509″ params=”color=ff6600&auto_play=false&show_artwork=true” width=”100%” height=”166″ iframe=”true” /]
SEJAK Peristiwa G30S 1965, gerakan dan pemikiran politik Kiri, khususnya Marxisme, secara politik, budaya, dan hukum dinyatakan terlarang. Walaupun menyisakan kalimat bahwa “kecuali untuk kegiatan
Tak terasa, sudah satu tahun laman kebudayaan yang terlalu pede sehingga merasa dirinya begitu dicintai sidang pembaca ini hadir di hadapan Anda. Seperti juga ulang tahun yang datang setiap tahun, perayaan tahun baru pun lama-lama terasa hambar; menjadi pengulangan yang tak berarti. Sebaik-baiknya perayaan adalah perayaan atas hasil kerja. Dan untuk yang terakhir ini, LKIP belum bisa berbesar hati. Menyitir Chairil Anwar, ‘kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan apa-apa.’
Daftar Isi Edisi Ini: Antonio Gramsci tentang Krisis dan Kebangkitan Kapitalisme Global Zely Ariane: “Kita Seharusnya Bisa Melakukan lebih, Melawan Lebih!” Perjuangan Upah dan Kapitalisme
Apa yang patut kita catat dalam pengantar ini: buruh yang dihajar paramiliter sampai babak belur, ajakan para pembesar negara untuk bekerja sama dengan paramiliter, mogok nasional dan #KelasMenengahNgehek, korban 65 yang dipukuli FAKI, atau anak jenderal polisi yang menabrak 11 orang dengan mobil barunya? Saking banyaknya yang perlu dicatat, penulis pengantar ini hanya bisa memparafrasekan penyair Anantaguna, terlalu banyak kulihat dan terlalu sedikit waktu untuk mencatat.
Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.