WACANA ‘Sekolah Minggu’ diluncurkan dengan gambaran tentang bagaimana secara historis sekolah formal di Indonesia tidak bisa terlepas dari konteks masyarakat yang melingkupinya. Pada jaman kolonial, sekolah formal di Indonesia didirikan sebagai mesin produksi Ambteenar Pemerintah Hindia Belanda. Mengutip Pramoedya, sekolah formal kala itu hanya melahirkan manusia bermental ‘jongos dan babu.’ Rupanya, kondisi semacam itu diwariskan sampai sekarang, ketika sekolah formal berada dalam sistem masyarakat kapitalis-industri. Sekolah formal kemudian berfungsi memperkuat sistem itu. Gagasan ini terbukti dengan kemunculan ‘buruh kerah putih’ yang berfungsi sebagai sekrup mesin produksi masyarakat kapitalistik. Alih-alih membebaskan muridnya, sekolah formal justru memperkeruh masalah dengan memunculkan ketidakadilan dan mempertegas segregasi kelas sosial dalam masyarakat.