Esai

Dari Pemilukada sampai Dicokok: Memaknai Bahasa Masa Kini

PERUBAHAN zaman pasti akan tercermin pada bahasanya. Begitu zaman berganti, kosakata yang digunakan masyarakat juga ikut berubah. Tidak pernah terjadi pada zaman baru orang tetap menggunakan istilah atau kata-kata warisan zaman lama. Walaupun misalnya zaman lama begitu ngebet ingin menghibahkan bahasanya kepada zaman baru, sangat patut diragukan zaman baru sudi menerima warisan itu. Tidaklah berlebihan kalau ditegaskan bahwa zaman lama akan selalu gagal mewariskan bahasanya kepada zaman baru. Dan karena dalam 15 tahun terakhir Indonesia terutama mengalami perubahan politik, maka yang mencolok adalah perubahan bahasa politik.

Berhimpun Berkarya dan Berhuni Bersama – Pengalaman Rakyat Brazil

Selain berkarya sebagai arsitek dan mengajar di salah satu sekolah arsitektur, Pedro Arantes adalah koordinator sebuah lembaga bernama ‘Colectivo USINA’, sebuah lembaga kolaborasi berbagai profesi, mulai dari arsitek, insinyur sipil, ahli tata kota, pengacara, sosiolog, seniman sampai analis sistem. Sebelum secara legal terbentuk pada tahun 1990, dalam 1980-an, beberapa anggotanya secara terpisah (secara kolektif atau individual) bekerja sama dengan gerakan sosial masyarakat Brazil untuk menyelesaikan permasalahan permukiman bagi masyarakat miskin kota. Para pengajar sekolah arsitektur dan mahasiswanya sangat aktif terlibat, tidak hanya meneliti, tapi juga mendorong pemahaman bahwa kebutuhan masyarakat akan hunian tidak hanya berupa rumah, tetapi juga sarana umum seperti tempat bermain, sarana olahraga dan pusat kebudayaan komunitas. Selama satu dekade, pengetahuan teknis desain dan konstruksi bangunan alternatif yang lebih efektif dan efisien (dalam artian sesuai kebutuhan masyarakat dan relatif lebih murah), serta pengalaman solidaritas kaum profesional untuk berkolaborasi dengan masyarakat miskin dan kelas pekerja pun terakumulasi. Keterlibatan para peneliti dan pengajar universitas bukanlah tanpa persoalan. Akibat krisis anggaran, tenaga pendidikan juga saat itu harus menghadapi pemecatan dan pengurangan dana penelitian. Untungnya, kematian satu inisiatif terus diikuti oleh kemunculan inisiatif baru sehingga gerakan kolaborasi untuk habitat yang humanis tersebut terus bergulir. Perlu dicatat, bahwa gerakan sosial (politik) perumahan di Brazil ini juga banyak dipengaruhi oleh gerakan serupa di Uruguay (Pedro Arantes, 2013).

Makin Terbatas, Makin Luhung: Surat untuk Samin tentang Musik Non-Arus-Utama di Jakarta

Gimana kabarmu, Min? Sudah jadi PNS, Min? Kaupasti sudah punya sepeda motor seperti layaknya pemuda desa, ‘kan? Kredit motor ‘kan murah, belilah satu biar kausama dengan mereka. Sumber, kampung kita, pastinya sudah maju ‘kan?

Namun, tampaknya semaju apa pun Sumber[1], aku belum mau pulang. Jakarta belum memberikan apa yang kuharapkan. Gajiku masih digerogoti sewa kostan yang mencekik. Dan jangan tanya masalah kelas sosial; konon pekerja kantoran level manajer rendahan sepertiku ini sudah masuk kelas menengah, tapi aku tak percaya. Wong, rasanya sama saja. Hidup cuma habis di bus kota dan kostan, atau khusus untuk aku, di pagelaran musik.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.