1. Beranda
  2. /
  3. Left Book Review
  4. /
  5. Edisi LBR
  6. /
  7. Page 7

Edisi LBR

Edisi III/2012

TIGA Oktober lalu, untuk pertama kalinya sejak penghancuran gerakan rakyat 1965/1966, kaum buruh Indonesia melakukan Mogok Nasional. Jutaan buruh tumpah-ruah ke jalan-jalan di berbagai daerah di Indonesia. Mogok Nasional ini merupakan bagian dari proyek Hostum (Hapus Outsourcing dan Tolak Upah Murah) yang digulirkan sejak Mei 2012. Dan sejak itu, mereka sudah melakukan aksi-aksi pengepungan pabrik untuk memaksa pengusaha mengubah status buruhnya yang outsourcing menjadi hubungan kerja langsung dengan perusahaannya. Dari wawancara Roni Febrianto, salah seorang pimpinan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), yang diterbitkan di situs Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP), dilaporkan ada lebih dari 50.000 buruh outsourcing yang berhasil diubah statusnya menjadi hubungan kerja langsung dengan perusahaan. Adapun Mogok Nasional ini berdampak pada kerugian triliunan Rupiah di pihak kaum kapitalis.

Saat Ini, Kita Semua (Buruh/ Pekerja/ Karyawan) adalah Precariat!

MENJADI buruh kontrak dan buruh outsourcing/alih daya, seolah merupakan kewajaran yang tak dapat ditolak rakyat pekerja akhir-akhir ini. Itu, misalnya, tampak pada meningkatnya sistem kerja kontrak dan outsourcing menjadi sistem kerja wajib yang diterapkan oleh hampir semua perusahaan di Indonesia. Dalam data statistik yang dikeluarkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), terlihat bahwa jumlah tenaga kerja setengah pengangguran, yaitu mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap, selalu mengalami peningkatan selama enam tahun terkahir. LIPI mencatat, pada tahun 2005, tenaga kerja setengah pengangguran berjumlah 28,64 juta jiwa. Namun, pada tahun 2010, jumlahnya meningkat menjadi 32,8 juta jiwa. Pada tahun 2011, LIPI memperkirakan jumlahnya akan meningkat menjadi 34,32 juta jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja atau buruh yang tidak memiliki pekerjaan tetap tidaklah sedikit. Dari data itu juga dapat dilihat bahwa jumlah buruh yang bekerja dengan ketidakpastian pekerjaan tersebut selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Buruh yang tidak memiliki pekerjaan tetap itu dapat diidentifikasi sebagai buruh kontrak dan atau outsourcing. Artinya, jumlah buruh kontrak dan outsourcing terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, setidaknya sejak tahun 2005.

Edisi II/2012

PENGETAHUAN bukanlah sesuatu yang ajeg. Dinamika serta perubahan atas realitas membuat pengetahuan harus selalu dinamis dan berubah pula. Adaptabilitas pengetahuan terhadap realitas menjadi penting agar pengetahuan menjadi fungsional bagi kebutuhan kemanusiaan itu sendiri. Tautan erat antara pengetahuan dengan realitas akan membantu kita terhindar dari cara pandang doktriner sekaligus dogmatis. Kritisisme, keraguan atau bahkan mempertanyakan pengetahuan selalu terbuka entah untuk ditolak atau diterima dengan catatan-catatan tertentu.

Edisi I/2012

SAAT ini, kita menyaksikan adanya kebangkitan politik kelas di Indonesia. Belum lama ini, untuk pertama kalinya pada masa pasca-reformasi, gerakan rakyat berhasil menahan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Perlawanan yang luar biasa ini sampai mempolarisasi (memecah hegemoni) kekuatan-kekuatan politik dari kelas yang berkuasa di parlemen. Kemudian, kita juga melihat kecenderungan penyatuan serikat-serikat buruh reformis yang besar ke dalam sebuah ’blok gerakan buruh’ yang bernama Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI). Perlawanan terhadap ’akumulasi primitif’ di wilayah-wilayah agraris oleh kaum tani, masyarakat adat dan warga yang dirampas tanahnya pun semakin menajam dan keras.

Shopping Basket

Berlangganan Konten

Daftarkan email Anda untuk menerima update konten kami.