Illustrasi: Illustruth
2020 ialah tahun yang ambyar. Mungkin Anda gagal cuan. Mungkin penjualan real estate Anda seret. Mungkin kapal pesiar yang Anda inginkan itu tak bisa terbeli tahun kemarin. Tapi, jangan gusar! Wahai para investor dan manajer investasi, siapkan kocek Anda karena Indonesia siap lepas landas tahun ini!
Betul. Indonesia adalah negara di mana Bali berada kalau Anda belum tahu. Penduduknya diperkirakan akan mencapai 275 juta pada tahun ini, dan kelompok usia terbesarnya ialah… usia produktif! Anda tahu maksudnya bukan? Itu berarti negara ini bakal terus bertumbuh pesat perekonomiannya hingga sekurangnya saja 25-30 tahun ke depan. Pun, penduduknya masih akan terus bertambah. Proyeksinya, 320 juta. Tidak ada rem!
China adalah masa silam. Penduduknya tengah mengalami penuaan. Indonesia adalah masa depan! Dan itu baru berita baik pertama. Oh, sungguh, Indonesia adalah sekumpulan kabar baik.
Tahukah Anda tahun kemarin pemerintahan Presiden Joko Widodo baru saja mengesahkan UU Omnibus Law Cipta Kerja? Kami beritahu saja, UU ini menggembirakan bejibun bisnis dan taipan di negeri ini. UU ini melepas belenggu yang selama ini menghalangi Indonesia merealisasikan potensinya. Berkat UU ini, perusahaan-perusahaan kini leluasa memperkerjakan buruh tanpa mengangkat mereka. Upah minimum pun, kami jamin, tak bakal sama mencekiknya seperti sebelumnya. Ia jelas lebih rendah daripada China dan dalam beberapa tahun ke depan akan lebih rendah daripada Vietnam.
Dan situasi ini berbarengan dengan bakal dibukanya pabrik baterai dan mobil listrik di Indonesia yang memang berlimpah dengan nikel, bahan baku baterai mobil listrik. Pabrik dibuka, buruh murah tersedia. Sungguh kebetulan yang indah bagi perusahaan-perusahaan, wabilkhusus pertambangan dan otomotif di Indonesia!
UU yang luar biasa ini juga mempermudah izin usaha. Izin usaha salah satunya tak mensyaratkan lagi izin lingkungan. Sungguh mengada-ngada ketentuan yang ada sebelumnya! Bisnis sudah dicekik dengan pelbagai birokrasi pemerintahan, mengapa masih diharuskan untuk mengurus izin lingkungan? Dan kini, lahan subur Indonesia yang membentang, menganggur, dan tertutupi hutan itu pun bisa dimanfaatkan. Berterimakasihlah kepada UU yang menghapus ketentuan lahan tutupan hutan ini.
Anda seharusnya sudah tahu apa artinya ini. Saham-saham perkebunan, kayu, kertas, alat berat eksploitasi hutan itu akan terbang. Saham-saham otomotif dan pertambangan nikel malah sudah ngacir.
Oh iya, saham-saham batu bara, yang selalu berbinar cuannya, juga belum akan redup. “Mengapa?” tanya Anda. “Bukankah tambang dan pembangkit listrik batu bara kini tengah ditutup di mana-mana?” Pertama-tama, UU ini menjamin terlindunginya kegiatan pertambangan dari provokator di masyarakat dan memberi insentif yang menarik untuk bisnis-bisnis terbesarnya. Kedua, jangan bayangkan negeri ini seperti negeri Anda. Kesadaran akan adanya perubahan iklim cuma ada di antara seupil anak muda dan biang masalah bayaran yayasan internasional ibu kota.
Usia bisnis batu bara di negara Anda mungkin sudah tinggal hitungan hari. Usia bisnis batu bara masih panjang di sini. Waktu yang tepat untuk memasukkan uang Anda ke pasar modal Indonesia, bukan? Selagi belum banyak orang yang tahu, Tuan dan Puan.
Dan banyak orang yang juga belum tahu betapa rasionalnya Presiden Indonesia. Hanya sosok pemimpin yang rasional dan berkomitmen 120 persen kepada dunia usaha yang dapat memblejeti segepok UU yang memperlambat bisnis dalam kurun tak sampai setahun. Kini, dia juga akan membentuk SWF—sovereign wealth fund. Bukan, bukan SWF yang akan menaruh cadangan kekayaan negara untuk investasi-investasi menguntungkan. SWF negara kami adalah instrumen untuk mengepul dana asing. Negara akan menghimpun dana dari mana-mana untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur strategisnya.
Dampaknya buat Anda? Oh, tentu saja ada bila Anda berinvestasi kepada kami. Negara kami akan kian jor-joran membangun jalan tol, jalur kereta api, pelabuhan, bandara. Uang berjumlah miliaran dolar akan mengalir ke BUMN-BUMN pembangunan infrastruktur. Anda sudah bisa mengendus dari sini tentunya: saham-saham mereka bakal cuan!
Ya… akan ada dampak dari langkah ini. Infrastruktur-infrastruktur tidak akan menjadi milik publik lagi. Tarif mereka akan semakin sulit dijangkau. Wajar belaka. Bunga investasi asing, toh, perlu dibayar. Tapi, itu sama sekali tak perlu menjadi pikiran Anda selama Anda bukan pemakai infrastruktur di Indonesia.
Yang perlu menjadi pikiran Anda adalah kalau Anda kehilangan momen untuk berinvestasi. Bayangkan capital gain miliaran yang hilang dari genggaman Anda hanya karena Anda ragu atau menunda-nunda investasi. Bayangkan kekayaan Anda yang batal berganda begitu pandemi ini benar-benar kelar.
“Tapi, bagaimana dengan pandemi?” tanya Anda. “Tidakkah itu masih akan menghalau bisnis buat bangkit?”
Ehem. Pandemi memang masih belum akan berakhir di tahun ini. Kami buka-bukaan saja. Vaksin tersedia namun masih belum akan cukup untuk menyuntik 70 persen populasi. Tapi, sudahkah Anda melihat bagaimana negara kami mengomunikasikan pandemi? Pandemi sudah ada di titik pengujungnya. Vaksin akan menjadi jalan keluar dari kegelapan panjang yang tampak tiada ujung ini.
Untuk penyuntikan vaksin perdana nanti, negara kami sudah mengundang banyak dan beragam tokoh publik. Anda akan melihat nanti ada seremoni besar yang mengirimkan sinyal pandemi sudah tiba di endgame. Covid-19 sudah terpojok. Tinggal diskakmat!
Apa lagi? Dalam setiap mengabarkan perkembangan kasus Covid-19, tingkat kesembuhan Covid-19 selalu ditonjolkan. Tingkat kesembuhan nasional “tinggi” dan tingkat kematian “rendah”. Virus ini tidak sefatal yang digembar-gemborkan. Para penggaung anonim siap menyikat para perusuh di media sosial yang melebih-lebihkan dampak virus ini dan tak peduli dengan pemulihan ekonomi negara.
Dan kalau Anda seperti saya yang tinggal di Indonesia, Anda akan tahu bahwa kami punya paspor istimewa yang memastikan kegiatan-kegiatan produktif tetap dapat berjalan. Anda akan mendengarnya setiap saat dan di mana-mana. Paspor itu adalah “protokol kesehatan”. Semua boleh dijalankan asal “memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku”.
Kegiatan rapat instansi pemerintahan yang melibatkan ratusan orang di hotel? Boleh. Asal mereka tampak memakai masker selama rapat. Kunjungan-kunjungan kerja? Jalan terus, selama orang-orangnya tampak saling berjauhan selagi difoto.
Intinya, sentimen positif akan terus bertahan. Nilai investasi Anda tidak akan tiba-tiba terjun bebas seperti kalau Anda menaruhnya di negara-negara yang mendadak bisa menerapkan pembatasan ketat.
Jujur, saya tak akan selesai bicara berhari-hari kalau harus merunut satu-persatu proyeksi apik Indonesia di tahun 2021 ini. Saya mau bilang, tak perlu pikir panjang. Kereta saham di Indonesia sudah berjalan menuju puncak barunya, jangan sampai ketinggalan gerbong.
Plus, satu hal penting yang tak boleh ketinggalan saya singgung. Anda tak perlu takut dengan keruwetan politik lagi bila berinvestasi di negara ini. Politik di negara berkembang yang kekuatannya terpolarisasi memang bisa merepotkan. Kudeta dapat terjadi sewaktu-waktu. Demonstrasi berbulan-bulan dapat mematikan bisnis. Tapi, semua pihak yang menjadi oposisi serius di Indonesia sejak 2014 sudah menyeberang ke sisi pemerintahan berkuasa. Mereka sudah diberi mainannya sendiri-sendiri. Jadi, pertama-tama, tidak akan ada yang menjegal kebijakan-kebijakan progresif Joko Widodo.
“Bagaimana dengan gerakan sipil?” tanya Anda. Kalau ada satu hal yang lebih kami percaya daripada komitmen pemerintahan Joko Widodo kepada bisnis, hal itu adalah kebolehannya melucuti bibit-bibit oposisi dari bawah. Saya sulit menggambarkannya secara terperinci dan ringkas. Yang pasti, pemerintahan Joko Widodo bisa memerintahkan aparat, instansi pemerintahan, operator telekomunikasi, asosiasi bisnis dan industri hingga rektor untuk mematahkan potensi keributan.
Anda tentu tidak kenal Rizieq Shihab. Ia adalah orator populis ulung yang mengusung identitas habib. Ia dielu-elukan bak nabi di antara para pengikutnya. Ia menggalang unjuk rasa terbesar sepanjang sejarah Indonesia di tahun 2017. Sekarang, aparat meringkusnya seakan dia bukan siapa-siapa, dengan peraturan yang tak pernah dipakai menahan siapa-siapa. Anda lihat betapa menyedihkan kondisinya sekarang. Sakit dalam sel tahanan dan kesulitan mendapatkan layanan kesehatan.
Maaf, kalau suasana jadi agak muram. Tapi, percayalah, saya sejatinya ingin membagikan kabar baik: persatuan elite politik sangat solid saat ini di Indonesia dan itu kabar baik buat kita! Sepanjang tak ada lagi oposisi politik yang membekingi provokator sipil, situasi politik bakal terus kondusif.
Sekali lagi, kereta saham di Indonesia sudah berjalan. Jangan sampai ketinggalan gerbong.
Eh, omong-omong, ini bukan tabloid The World of Cuan ya?***
Geger Riyanto, Mahasiswa Ph.D. Institut Antropologi Universitas Heidelberg